Wasiat Para Pendahulu yang Sholeh Menjelang Kematian

Buletin Dakwah Hisbah

Th. IV/Jum’at III/26 Shafar 1433 H/20 Januari 2012 M
Wasiat Para Pendahulu yang Sholeh Pada Detik-Detik Menjelang Kematian

Wasiat merupakan salah satu ajaran Allah ‘azza wajalla yang mulia. Hal ini, penting dan sangat berguna. Allah ‘azza wajalla memberikan contoh sebuah wasiat yang amat mulia di dalam kitabNya. Allah ta’ala berfirman, yang artinya, “…dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah…” (Qs. An Nisa : 131)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keteladan kepada kita ummatnya dengan memberikan contoh wasiat yang baik. Ummu Salamah -istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam– mengatakan adalah di antara wasiat terakhir Rasulullah r, “Solat..sholat dan (perlakukanlah dengan baik) orang-orang yang berada dibawah tanggung wajabmu.” (HR. Ahmad, no.27240)   

Itulah contoh wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang baik yang beliau sampaikan menjelang wafatnya. Lalu, bagaimana halnya dengan generasi terdahulu yang baik (baca: Salaf Sholeh), yang meneladani suri teladan mereka -yakni: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam– dengan baik? Berikut ini kami nukilkan untuk anda –wahai saudaraku kaum muslimin– beberapa contoh wasiat mereka yang mereka lontarkan menjelang kematian mereka. Semoga bermanfaat. Amin.

Wasiat Abu Bakar Ash Shiddiq :

Abu Malih mengatakan, tatkala kematian hendak mendatangi beliau, beliau mengirim (surat) kepada Umar bin Al Khoththob, (di dalam surat beliau tersebut) beliau mengatakan, “aku wasiatkan kepada mu dengan suatu wasiat mudah-mudahan engkau mau menerimanya; sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai hak (yang wajib ditunaikan oleh hambaNya) pada malam hari yang tidak diterimaNya di siang hari, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai hak (yang wajib ditunaikan oleh hambanya) pada siang hari yang tidak diterimaNya di malam hari, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tak akan menerima amalan sunnah hingga amalan yang fardhu ditunaikan, timbangan yang berat sesungguhnya adalah yang berat timbangannya di akhirat karena mereka mengikuti kebenaran sewaktu hidup di dunia meskipun hal tersebut terasa berat, adalah hak mizan (timbangan) untuk tidak diletakkan padanya melainkan benar-benar hal tersebut akan memperberatnya. Tidakkah engkau tahu bahwa ringannya timbangan adalah yang ringan timbangannya di akhirat disebabkan mereka mengikuti kebatilan sewaktu di dunia, di mana hal tersebut terasa ringan oleh mereka, maka banar-benar diletakkan di dalam timbangannya melainkan kebatilan sehingga timbangannya menjadi ringan. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah ‘azza wajalla menurunkan ayat ar-Roja (ayat yang berisi harapan) pada ayat Asy-Syiddah (ayat yang berisi ancaman yang keras), dan ayat asy-Syiddah pada ayat ar-Roja, agar seorang hamba harap-harap cemas, ia tidak menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran, ia tidak berharap kepada Allah dengan yang tidak benar.      

Wasiat Umar bin Al Khoththob :

Salim bin Abdullah dari ayahnya mengatakan, Umar berada di pahaku saat beliau sakit yang mengakibatkan beliau meninggal dunia. Beliau (yakni : Umar –ed) mengatakan, letakkan kepalaku di atas tanah. Aku pun mengatakan, ada apa dengan anda, aku letakkan kepala di atas tanah atau di atas pahaku?! Lalu, beliau mengatakan, tak ada ibu bagimu, letakkanlah ia di atas tanah. Maka, aku pun meletakkan kepala beliau di atas tanah. Lalu, beliau mengatakan, “celakalah aku dan celakalah ibuku jika ‘azza wajalla tidak merahmatiku.

Wasiat Utsman bin Affan :

Al-‘ala bin Fadhl dari ayahnya mengatakan, tatkala Utsman bin Affan terbunuh, mereka memeriksa beberapa tempat yang dijadikan Utsman sebagai tempat penyimpanan hartanya. Mereka pun mendapati di dalamnya sebuah kotak yang tertutup. Lalu, mereka membukanya. Mereka mendapati secarik kertas yang bertuliskan, “ini adalah wasiat Utsman bin Affan, dengan menyebut nama Allah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Utsman bin Affan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, bahwa Surga itu benar adanya, bahwa Neraka pun benar adanya, Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada di dalam kubur pada hari yang tak ada keraguan padanya, sesungguhnya Allah tak akan menyelisihi janjiNya, di atasnya dia dihidupkan dan di atasnya pula dia dimatikan, dan di atasnya pula dia akan dibangkitkan, insyaa Allah U. 

Wasiat Ali bin Abi Tholib :

Asy Sya’bi mengatakan, tatkala Ali bin Abi Tholib dipukul dengan pukulan itu, beliau mengatakan, apa yang dilakukan orang yang memukulku? Mereka mengatakan, kami telah menangkapnya. Beliau mengatakan, berilah ia makan dari makananku, dan berilah ia minum dari minumanku. Jika aku hidup niscaya aku akan mempertimbangkan kelanjutannya. Namun, jika ternyata aku meninggal maka pukullah ia dengan sekali pukulan saja, jangan kalian menambahkannya. Kemudian, beliau berwasiat kepada Al-Hasan (putranya-ed) agar ia memandikan jenazahnya, tidak bermahal-mahal dalam (pembelian/pengunaan) kain  kafan, beliau mengatakan, “aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “janganlah kalian bermahal mahal dalam hal kain kafan, karena sesungguhnya ia akan cepat rusak” (selanjutnya) beliau (Ali bin Abi Tholib-ed) mengatakan, “dan bawalah aku dengan berjalan, jangan telalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Karena jika ia baik, berarti kalian telah mempercepatku menuju kepadaNya, dan jika keadaannya buruk berarti kalian telah segera melemparkan aku dari pundak-pundak kalian.            

Wasiat  Fatimah Putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

Asma bintu Umais mengatakan bahwa Fatimah bintu Rasulillah pernah berwasiat agar yang memandikan (mayatnya) adalah suaminya Ali bin Abi Tholib t. Maka, tatkala ia meninggal dunia, suaminya dan asma bintu ‘Umais memandikan (jenazah)nya. 

Wasiat Abdullah bin Mas’ud :

Asy-Sa’biy mengatakan, tatkala menjelang wafat Abdullah bin Mas’ud memanggil anaknya seraya mengatakan, wahai Abdurrohman bin Abdullah bin Mas’ud aku wasiatkan kepadamu 5 hal, hafalkanlah dengan baik; tampakkanlah rasa putus asa terhadap orang lain karena hal tersebut adalah sebuah kekayaan yang utama, tinggalkan meminta-minta keperluan kepada manusia karena hal tersebut merupakan kefakiran yang kentara, tinggalkanlah perkara yang kamu berhalangan untuk melakukannya dan janganlah engkau melakukannya, jika engkau bisa berada pada suatu hari yang engkau lebih baik dari pada hari sebelumnya maka hendaklah engkau lakukan, dan jika engkau sholat maka hendaklah engkau lakukan seperti sholatnya orang yang hendak berpisah seolah-olah engkau tak akan pernah melakukan sholat setelah itu.

Wasiat Robi’ bin Khutsaim :

Abu Robi’ah As Sa’di mengatakan, pernah dikatakan kepada Robi’ bin Khutsaim, tidakkah anda berwasiat? Beliau menjawab, “dengan apa aku berwasiat?” sunguh kalian telah mengetahui bahwa aku tak punya dinar tidak pula dirham, tak akan ada seorang pun yang mempersoalkan diriku di sisi Tuhanku ‘azza wajalla  dan aku tak akan memusuhi seorang pun. (lalu) dikatakan kepadanya, berwasiatlah!, beliau pun kemudian mengatakan, “aku mempunyai seorang istri yang masih muda, jika aku meninggal maka doronglah ia agar mau menikah, carikanlah untuknya seorang lelaki yang sholeh, dan anakku ini bila kalian melihatnya usaplah kepalanya karena sesungguhnya aku pernah pendengar ibnu mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “barangsiapa mengusap kepala anak yatim maka baginya dengan setiap rambut terdapat tamr di atasnya, tangannya bercahaya pada hari kiamat. (lalu) dikatakan kepada beliau, berwasiatlah! Beliau mengatakan, inilah yang Ar-Robi’ bin Khutsaim wasiatkan.               

Wasiat Abu Bakr Muhammad bin Sirin :

Ibnu ‘Aun mengatakan, Ibnu Sirin pernah berwasiat tatkala hendak meninggal dunia.

dengan menyebut nama Allah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Muhammad bin Abi ‘Amroh kepada anak-anak dan keluarganya, “hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” Beliau juga berwasiat seperti apa yang diwasiatkan oleh nabi Ya’kub kepada anaknya, “Hai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Wasiat ‘Alqomah :

Al Musayyib bin Rofi’ mengatakan, saat menjelang wafat Al Qomah mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “talkinlah aku, Laa Ilaaha illallah.”

Wasiat Marwan bin Hakam :

Abdul Aziz bin Marwan mengatakan, Marwan berwasiat kepadaku, “janganlah engkau jadikan orang yang menyeru kepada Allah sebagai hujjah atasmu, apabila engkau berjanji dengan suatu janji maka datangilah tempatnya meskipun engkau akan dipenggal dengan pedang, dan jika engkau mempunyai masalah hendaklah engkau memusyawarahkannya dengan ahli ilmu dan orang-orang yang mencintaimu. Karena, ahli ilmu itu Allah ‘azza wa jalla telah memberikan petunjuk kepada mereka insyaa Allah. Adapun orang-orang yang mencintaimu mereka tak akan bakhil untuk memberikan nasehat kepadamu.”

Wallahu ‘alam bishshowab (Abu Umair bin Syakir)

Sumber :

Washoya al ‘Ulama ‘Inda Huduuril Maut, karya : Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Zabr Ar Rib’I Abu Sulaiman.  Daar Ibnu Katsir, Bairut. Cet.I tahun 1406. Tahqiq : Abdul Qodir Al Arnauth dengan sedikit gubahan.

 


Artikel : www.hisbah.net

Gabung Juga Menjadi Fans Kami Di Facebook Hisbah.net | Dakwah Al-Hisbah | Hisbah.Or.Id

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *