Wahai sang istri…
Pasutri sejatinya berada dalam perlombaan menuju ke Surga. Dan, orang yang lebih baik dari keduanya di sisi Allah adalah yang paling getol dan bersungguh-sungguh untuk memuliakan dan membahagiakan yang lainnya
Perbanyaklah olehmu doa untukmu dan untuk suamimu. Dan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa. Karena, kebaikan urusan dan kebahagiaan keluarga itu di tangan Allah, Rabbmu.
Wahai sang istri …
Berikut ini beberapa sifat yang dengannya engkau bakal bahagia dan dengannya pula engkau akan dapat membahagiakan orang-orang di sekitarmu, termasuk suamimu.
Istri yang diberi taufiq
- Ia yakin bahwa rahasia kebahagiaan di dunianya dan di akhiratnya terletak pada tiga hal : (1) ketakwaannya kepada Rabbnya, (2) ketaatannya kepada suaminya, dan (3) kesungguhannya untuk membahagiakannya.
- Membantu suaminya untuk taat kepada Allah, mengingatkannya untuk menjaga dan memelihara shalat pada waktunya dan mengingatkannya pula untuk menjauhkan diri dari usaha yang haram.
- Pandai berterima kasih kepada suaminya.
- Sabar bersamanya, ridha terhadap apa yang Allah bagikan untuknya.
- Getol menambah pengetahuannya dan hal-hal yang akan melembutkan hatinya yang akan membantunya untuk memperbagus pola pendidikannya terhadap anak-anaknya dan mendekatkan dirinya ke Surga Rabbnya.
- Membatasi pandangan suaminya hanya kepada dirinya saja, dan ia pun menundukkan pandangannya apabila ia keluar dari rumah.
- Mendorong suaminya untuk menjalin hubungan baik dengan kedua orang tuanya dan orang-orang yang masih memiliki hubungan rahim dengannya. Ia memuliakan mereka apabila mereka mengunjungi suaminya, menjauhkan diri dari segala bentuk tindak menyakiti mereka sejauh kemampuannya dalam rangka mencari pahala dan sebagai bentuk memuliakan suaminya.
- Jujur dalam setiap keadaannya
- Rapi pada pakaian-pakainnya ketika di dalam kamar tidur dan luarnya.
- Lembut dalam ucapan dan tindakannya.
- Pasrah terhadap suaminya di kamar tidur dan apabila suami memintanya untuk urusannya.
- Sangat memperhatikan sekali terhadap kebersihan badannya, mulutnya, dan pakaiannya.
- Murah senyum selalu
- Tahu bahwa kunci suaminya dan hatinya adalah kata-kata yang lembut, senyuman tipis yang keluar dari mulutnya sampai ke telinga suaminya.
- Berusaha dengan sungguh-sungguh agar keadaannya setiap malam bak seorang pengantin.
- Terus terang kepada suaminya dalam hal-hal yang disukai suaminya dan yang tidak disukai suaminya.
- Yakin bahwasanya dalam kehidupan rumah tangga terkadang haruslah ada sikap mengalah terkait dengan sebagian hal yang ia sukai demi suaminya, karena seorang pecinta sejati adalah ia menyukai apa-apa yang disukai kekasihnya.
- Yakin bahwa kehidupan rumah tangga adalah take and give dan buka sekedar take saja.
- Menjauhi sikap dan tidakan mencela suaminya, karena ia tahu bahwa celaan itu merupakan sebab terbesar yang akan dapat menjadikan sempit dada dan menjadikan suami lari darinya.
- Yakin bahwa tidak ada suami yang sempurna kecuali Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –
- Menjaga dzikir-dzikir dan wirid-wiridnya dari al-Qur’an dan menjauhkan diri dari sihir dan jalan-jalannya.
- Tahu bahwa suaminya seperti dirinya, ia menyukai sanjungan, ungkapan terima kasih, bahagia karena romantisme.
- Tahu bahwa kedekatan badannya dari badan suaminya dan peletakan tangannya di badan suaminya termasuk sebab terbesar lestarinya rasa cinta.
- Tidak tidur sebelum suaminya tidur kecuali karena darurat.
- Mencari pahala dalam setiap perbuatan yang dilakukan di rumahnya, dan tidak berkeluh kesah karena apa yang ia dapatkan berupa kepenatan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah dan mendidik anak-anaknya.
- Memilih waktu dan cara yang cocok ketika meminta hal-hal dari urusan-urusannya.
- Tidak mengangkat (mengeraskan) suaranya saat berdialog (atau berbicara) besama suaminya atau di hadapannya.
- Mengakui bahwa hak suaminya merupakan hak yang paling besar atas dirinya setelah hak Allah dan Rasul-Nya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.
- Mengakui bahwa suaminya adalah sayyidnya, berdasaarkan firman-Nya, وَأَلۡفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا ٱلۡبَابِۚ (dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu … Yusuf : 25)
- Bila bersalah, ia mengakui kesalahannya, tanpa merasa berat.
- Tidak meminta dari suaminya apa-apa yang tidak dimampuinya, tidak mendorong suaminya untuk melakukan hal yang di dalamnya terkandung syubhat dalam upaya mencari nafkah.
- Apabila ia memberikan kepada suaminya sesuatu yang disukainya, ia tidak mengungkit-ungkit pemberiannya.
- Tidak memasukan seorang pun ke rumahnya kecuali dengan izinnya.
- Tidak memperbanyak percakapan dengan telepon saat suaminya berada di rumah.
- Mendahulukan perintah-perintah suaminya atas perintah-perintah selainnya, sampai pun perintah kedua orang tuanya.
- Tidak menanggalkan (meletakkan) pakaiannya di selain rumah suaminya.
- Tidak menyebarluaskan rahasia rumahnya dan suaminya meski ia tengah marah kepadanya. Karena, termasuk tabiat wanita bahwa ia lebih banyak cakap daripada lelaki, sehingga boleh jadi ia menyingkap rahasia-rahasia rumahnya sementara ia tidak menyadarinya.
- Tahu bahwa rahasia-rahasia antara pasutri tidak hanya terkait dengan urusan jima’ (hubungan intim) saja, tetapi segala hal yang tidak disukai oleh suami untuk diketahui oleh seorang pun, maka hal tersebut merupakan sebuah rahasia.
- Kadang ia-lah yang memulai candaan, ia tidak selalu menunggu star candaan itu dari suaminya.
- Bervariasi dalam cara mencandai suaminya dan hal-hal yang membuat suaminya bahagia di kamar tidurnya.
- Mawas diri dari segala bentuk kekufuran dan mengingkari kebaikan suaminya, dan ia pun memerangi dirinya agar tidak terang-terangan melakukannya.
- Perhatian terhadap urusan pengelolaan belanja kebutuhan dari harta suaminya sehingga hartanya tersebut dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka.
- Bersabar terhadap suaminya jika ia tidak menyukai sebuah akhlak darinya, karena suaminya memiliki akhlak baik yang banyak dan tidak menghinanya di hadapan keluarganya.
- Perhatian terhadap sesuatu yang disukai suaminya berupa makanan dan minuman.
- Menjauhkan diri dari tindakan menyebut-nyebut suami akan kesalahan-kesalahannya sementara ia telah berdamai dengannya, dan tidak mengingatkannya kecuali dengan perkara-perkara yang baik yang telah terjadi di antara keduanya.
- Mengantar kepergiannya ketika suaminya keluar dari rumah dengan ucapan kata-kata yang indah dan tindakan yang indah pula. Begitu pula ketika sang suami kembali, ia menampakkan rasa rindunya.
- Apabila suaminya telah masuk rumah, ia tinggalkan semua pekerjaannya, dan menghadapkan dirinya kepada suaminya, kemudian jika masih ada pekerjaan yang mesti diselesaikannya, ia pun meminta izin darinya dan menyempurnakannya.
- Ia segera bersiap mendengar apabila suaminya ingin berbicara.
- Menjauhkan diri dari mengulang kesalahan yang telah diingatkan oleh suaminya.
- Tidak memuji-muji laki-laki asing di hadapannya.
- Menghormati pendapat suaminya di rumahnya dan di depan khalayak.
- Mewaspadai hal-hal yang akan melemahkan wibawa suaminya di hadapan anak-anaknya atau di hadapan keluarganya atau keluarga suaminya.
- Yakin bahwa ketawadhu-an dirinya terhadap suaminya merupakan hal yang akan dapat mengangkat nilai dirinya di hati suaminya, dan akan mengangkat derajatnya di sisi rabbnya sebelum itu dan juga termasuk sebab yang akan mendatangkan keridhaan Allah terhadap dirinya.
- Menjauhkan diri dari apa-apa yang tidak disukai suaminya meskipun hal itu merupakan perkara yang mubah dalam syariat.
- Perhatian dengan pakaian suaminya apabila ia ingin keluar dari rumah.
- Meminta keridhaan suaminya apabila suaminya marah, dan tidak meninggalkan adanya perselisihan sampai malam hari jika perselisihan itu terjadi di siang hari, tidak pula meninggalkannya sampai hari berikutnya jika hal tersebut terjadi pada malam hari.
- Tidak memperkenankan seorang pun untuk turut campur dalam urusan hidupnya bersama suaminya.
- Meminta pendapat suaminya dalam segala urusannya.
- Menampakkan kegembiraannya karena hadiah suaminya yang diberikan kepadanya.
- Sungguh-sungguh di dalam upaya memahami suaminya dan hal-hal yang disukainya dan hal-hal yang tidak disukainya, serta apa yang membuat suaminya marah dan hal-hal yang menjadikan suaminya bahagia.
- Tekun selalu untuk memperbaharui keadaan rumahnya, kehidupannya, dan kamar tidurnya.
- Tidak menyodorkan kepadanya berita-berita buruk pada awal-awal waktu sampainya suaminya ke rumah. Tetapi ia menundanya sampai waktu yang tepat setelah istirahatnya.
- Tidak menampakkan penyelisihan terhadap suaminya bila suaminya memberikan hukuman terhadap salah seorang anak-anaknya meskipun ia telah salah dalam hal tersebut, akan tetapi ia mengajak suaminya bicara jauh dari anak-anaknya.
- Seimbang dalam memenuhi hak suami dan hak anak-anaknya
- Perhatian dengan tamu-tamu suaminya
- Perhatian terhadap kesiapan rumahnya untuk menyambut para tamu kapan pun waktunya.
- Apabila suaminya terlambat pulang ke rumah, ia memperlihatkan rasa kerinduannya kepadanya, tidak selalu saja mencelanya atas keterlambatannya.
- Menimbulkan perasaan suaminya bahwa dirinya adalah sesuatu yang terpenting dalam hidupnya.
- Tidak membanding-bandingkan antara suaminya dan suami wanita lain, tidak pula antara suaminya dengan ayahnya, atau saudaranya, atau suami saudarinya, atau membandingkan suaminya dengan saudaranya.
- Menyambut suaminya ketika kembali ke rumah dalam keadaan capek dengan sesuatu hal yang akan dapat menghilangkan rasa capeknya.
- Berupaya dengan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah sebelum kembalinya suaminya dari bekerja.
- Tahu bahwa kepergian suaminya dari rumah untuk suatu hal yang harus dilakukannya akan menambah kerinduan antara pasutri dan memperbaharui kebahagiaan keduanya. Karena itu, ia tidak merasa lelah karena hal tersebut.
- Berupaya agar supaya kecemburuannya tidak bertambah melebihi batas yang masuk akal.
- Menjauhkan sebab-sebab yang boleh jadi akan menimbulkan perselisihan dengan suaminya, dan berkomunikasi dengan suaminya dalam setiap urusan rumah tangganya.
- Berupaya melakukan hal-hal yang dapat dilakukan pula oleh suaminya yang mana hal tersebut dapat mendukung hobi dan kesukaan suaminya.
- Yakin bahwa pastilah akan terjadi perbedaan-perbedaan pandangan atau pendapat dengan suaminya.
- Tahu bahwa tindakan selalu diam (tidak bicara) di dalam rumah merupakan salah satu sebab terbesar yang melemahkan rasa cinta dan menimbulkan kebosanan. Karena itu, ia berupaya untuk menyibukkan waktunya bersama suaminya dengan beramal shaleh dan menambah ilmu yang bermanfaat.
- Bersemangat untuk membahagiakan suaminya dengan memberikan kejutan-kejutan yang indah berupa makanan atau minuman atau ide gagasan atau pakaian atau ungkapan kata-kata yang segar atau gerakan yang lembut.
- Tahu bahwa nilai sebuah hadiah itu tidak terletak pada harganya, tetapi pada cara menyajikannya.
- Tidak semerta-merta membenarkan semua hal yang didengarnya dari kalangan wanita tentang sanjungan dan pujian terhadap suami-suami mereka, karena hal-hal tersebut boleh jadi termasuk tipu daya kaum wanita dalam merusak hubungan antara dirinya dan suaminya.
…
Wallahu A’lam
Sumber :
Ayyatuha az-Zaujah … Tsamanuna Washiyyah Fiihaa Sa’aadatuki, Abu Abdul Malik an-Nashri
http://www.saaid.net/mktarat/alzawaj/274.htm
Amar Abdulullah bin Syakir