Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang (bag.3)

Seorang gadis tidak seharusnya bercampur baur dengan lelaki yang bukan mahramnya, seorang isteri juga tidak seharusnya menerima teman suaminya di rumah, menyapanya jika bertemu di kereta atau bertemu di jalan. Seorang gadis tidak seharusnya menjabat tangan pria di kampus, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, kemudian dia lupa bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikannya sebagai wanita dan si kawan sebagai pria, satu dengan yang lainnya dapat saling terangsang. Siapa pun, baik wanita, pria atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala, menyamakan antara kedua jenis atau menghilangkan kecenderungan yang ada di dalam jiwa mereka.

Aku memiliki beberapa makalah tentang kesetaraan gender (kesamaan antara laki-laki dan wanita). Di situ aku berbicara tentang beberapa hak dan kewajiban, pahala dan siksa, tetapi aku tidak berbicara mengenai pekerjaan, fungsi dan tugas. Karena tidaklah mungkin seorang laki-laki itu akan hamil dan menyusui menggantikan para wanita, sementara wanita pun tidak mungkin berperang atau melakukan pekerjaan-pekerjaan berat menggantikan peran laki-laki.

Para propagandis ‘egalitarianisme’ (persamaan hak) dan ikhtilath yang mengatasnamakan ‘civiel society’ adalah para pembohong besar. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek:

karena semua itu mereka lakukan untuk memberikan kepuasan kepada diri mereka sendiri. Mereka menikmati pemandangan anggota tubuh yang terbuka itu dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi, mereka tidak berani berterus terang. Oleh karena itu, slogan-slogan seperti kemajuan, masyarakat madani, seni, kehidupan kampus, semangat olahraga dan slogan-slogan kosong tanpa makna lainnya itu hanyalah kedok belaka, ibarat gendang yang ditabuh.

Kedua, mereka bohong karena mengekor kepada Barat dan menjadikan Barat sebagai penyuluh. Mereka tidak dapat memahami kecuali menurut cara pandang Barat. Menurut mereka, kebenaran bukanlah lawan dari kebatilan. Tetapi kebenaran adalah segala sesuatu yang datang dari sana; Paris, London, Berlin dan New York, sekalipun yang dilakukan itu berupa dansa, pornografi, pergaulan bebas di kampus, pamer aurat di tempat umum atau telanjang ria di pantai (atau kolam renang). Sementara kebatilan menurut mereka adalah sesuatu yang datang dari sini; dari lembaga-lembaga pendidikan Islam di Timur dan dari masjid-masjid milik orang-orang Islam, sekalipun hal itu berupa kehormatan, petunjuk kebenaran, keterpeliharaan dan kesucian, baik kesucian hati maupun tubuh.

Di Eropa dan Amerika, Seperti yang sering kita baca dan dengar dari mereka yang pernah berkunjung ke sana ternyata masih terdapat banyak keluarga yang tidak rela dan tidak mengizinkan pergaulan bebas. Di Paris, misalnya, para bapak dan ibu melarang anak gadis mereka berjalan dengan seorang pemuda atau pergi bersama ke gedung bioskop. Bahkan mereka tidak diperbolehkan nonton, kecuali film-film yang sudah diketahui jalan ceritanya dan mereka tahu benar bahwa di dalam film-film itu, tidak ada adegan porno dan jorok. Yaitu, adegan-adegan yang sangat disayangkan, selalu ada dalam tayangan-tayangan yang dibuat perusahaan film di negeri kita untuk kalangan muda-mudi, yang mereka sebut sebagai seni perfilman, karena ketidakfahaman terhadap agama bahkan juga terhadap film itu sendiri.

Kata mereka, “Pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan gejolak seksual di dalam jiwa.”

Untuk menjawab hal ini, saya limpahkan kepada mereka yang telah lebih dulu pernah merasakan pergaulan bebas di sekolah-sekolah, yaitu orang Rusia yang tidak beragama, yang tidak pernah mendengar petuah ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini, setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?

Tentang Amerika, apakah mereka belum membaca, bahwa problem Amerika, adalah semakin meningkatnya siswi-siswi yang hamil? Itu karena mereka mengajarkan pelajaran seks di sekolah-sekolah. Artinya, sama saja dengan menuangkan bensin ke dalam api. Kepada para gadis suci yang buta terhadap masalah seks, mereka jelaskan mengenai apa yang tersembunyi dari aurat laki-laki dan apa yang dilakukan laki-laki jika sedang berduaan dengan wanita. Pada saat yang sama, ada setan-setan dari jenis manusia yang mengajak kita agar melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Sebagaimana mereka juga membiasakan dan melatih para siswi sekolah-sekolah menengah untuk menggunakan pil pencegah kehamilan.

Siapa yang akan merasa senang apabila universitas-universitas di negeri-negeri kaum Muslimin mengalami persoalan yang sama?

Aku tidak berbicara kepada para pemuda. Aku tidak ingin mereka mendengar. Aku tahu bahwa mungkin mereka menyanggah dan menertawakan diriku. Karena aku telah menghalangi mereka menikmati kelezatan yang benar-benar telah mereka peroleh. Akan tetapi, aku berbicara kepada kalian, putri-putriku. Wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara! Ketahuilah bahwa yang akan menjadi korban bukan orang lain tetapi kamu sendiri. Oleh karena itu, jangan serahkan diri kalian sebagai korban iblis. Jangan dengarkan bujuk rayu mereka dengan dalih pergaulan demi kebebasan, modernisasi, kemajuan dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang-orang terkutuk itu tidak memiliki isteri dan anak. Mereka sama sekali tidak perduli dengan kalian, selain sebagai pemuas kenikmatan sementara. Sedangkan aku (penulis) adalah seorang ayah dari beberapa orang putri. Jika aku membela kalian, berarti aku membela putri-putriku sendiri. Aku ingin kalian bahagia seperti yang aku inginkan untuk putri-putriku.

Sesungguhnya dari perbuatan liar yang mereka lakukan, tak ada sesuatu pun yang dapat mengembalikan diri wanita kepada kehormatannya yang lenyap, kemuliaannya yang terkoyak, begitu juga dengan martabat yang hilang.

Jika seorang gadis telah terjerumus, maka tak seorang pun dari mereka yang mau meraih tangannya kembali atau menyelamatkannya dari keterjerumusan itu. Yang justeru mereka lakukan adalah memperebutkan kecantikan gadis itu selama masih tersisa kecantikan di wajahnya. Jika sudah hilang, mereka pun pergi meninggalkan gadis tersebut. Persis seperti anjing-anjing yang meninggalkan bangkai karena sudah tak menyisakan daging sedikit pun.

Inilah nasihatku buatmu, wahai putriku. Inilah kebenaran, selain ini jangan dipercaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah kunci pintu perbaikan itu, bukan di tangan kami kaum lelaki. Jika ada kemauan pada dirimu niscaya engkau sanggup memperbaiki dirimu sendiri, dengan demikian, umat secara keseluruhan akan menjadi baik.

Sumber :

Dinukil dari “Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang”, karya :   Ali Thanthawi, (edisi Indonesia), diterbitkan oleh Yayasan al-Sofwa, Jakarta.

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *