Menyeru kepada jalan Allah Ta’ala adalah tugas mulia, dengan mengajak kepada yang makruf dan mencegah maupun melarang dari yang munkar.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran: 104)
Namun dalam praktiknya, terkadang menyampaikan kebenaran harus lewat jalur diskusi, jika lawan bicara memiliki alasan atau argumentasi tersendiri.
Maka dalam kondisi ini, seorang Da’i harus memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana firmannya:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An Nahl: 125)
Ya, dengan cara yang baik. karena menyampaikan kebenaran juga harus dengan cara yang benar. bukan dengan cara sembrono apalagi kasar, sehingga terkesan memaksakan kehendak, bukan lagi menyampaikan kebenaran.
Dan salah satu adabnya adalah tidak menyerang dan menjelek-jelekkan secara langsung afiliasi atau madzhab lawan bicara. Mengapa? karena jika hal tersebut dilakukan, hal yang terjadi adalah tersinggungnya perasaan lawan bicara karena afiliasi yang selama ini dia hormati dijelek-jelekkan.
Maka jika sudah tersinggung perasaannya, selanjutnya diskusi akan subyektif dan bisa jadi tidak murni lagi mencari kebenaran, tapi mengarah kepada pembenaran dan merasa benar sendiri.
Simak, tuturan Syaikh Muhammad Al Utsaimin Rahimahullah berikut:
فليس من طريق الدعوة التي أرشد الله إليها نبيه محمدًا صلى الله عليه وسلّم أن يقدح فيما هو عليه، من مذهب أو نحلة؛ لأن ذلك ينفره، وربما يؤدي إلى أن يسب ما أنت عليه من الحق؛ لأنك سببت ما هو عليه من الباطل الذي يعتقده حقًّا، ولكن الطريق: أن أبين له الحق، وأشرحه له؛ لأن كثيرًا من الناس، ولا سيما المقلدون، قد يخفى عليهم نور الحق.. بما غشيهم من الهوى والتقليد. (تعاون الدعاة وأثره في المجتمع, لفضيلة الشيخ العلامة محمد بن صالح العثيمين –رحمه الله-)
“Dan bukanlah dari cara berdakwah yang ditunjuk oleh Allah dan Rasulnya dengan mencela pendiriannya, atau madzhab dan agamanya. Karena hal tersebut dapat menjauhkannya, bahkan bisa jadi berbalik mencelamu yang di atas kebenaran. Hal itu terjadi karena engkau mencela pendapatnya yang dia yakini adalah benar. Akan tetapi, cukup terangkan dan jelaskan baginya apa yang benar. karena kebanyakan orang, terutama awam, seringkali cahaya kebenaran memang tidak terlihat oleh mereka, karena setelah sekian lama mereka diliputi oleh hawa nafsu dan fanatisme”.
Jadi, hendaklah seorang Da’i fokus menjelaskan kebenaran dengan dalil yang ada dan penjelasan Ulama tentangnya, tanpa harus menyerang secara personalnya. Jika orang tersebut memang mencari kebenaran, maka Insyaallah akan terbuka hatinya dan menerima kebenaran. Namun, pada akhirnya hidayah dari Allah Ta’ala kepada yang dia kehendaki. Dan kewajiban Da’i adalah menyampaikan kebenaran.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan hidayahnya.
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor