Pasti setiap dari kita pernah mendengar sebuah ungkapan:
“Surga dibawah telapak kaki Ibu”,
ungkapan diatas memang bukan sebuah hadits dari Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang, namun ungkapan diatas secara makna benar adanya, ia berarti bahwa surga seorang anak ada pada keridhoan seorang ibu kepadanya, dan sebaliknya, kehidupan yang tidak tenang dan neraka tempat bagi anak yang orangtuanya murka kepada dirinya selagi di dunia.
Mengapa dapat terjadi demikian? Karena orangtua memiliki hak yang sangat besar atas seorang anak, bahkan hak tersebut Allah Ta’ala urutkan langsung setelah hak dzat-Nya yang Mahakuasa.
Sebagaimana firman-Nya:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak…..” [An-Nisa : 36]
Terkhusus ridho seorang ibu, yang mana Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berikan tiga hak baginya diatas hak seorang bapak, yaitu sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian ayahmu.”
(HR Bukhari)
Setelah melihat firman dan sabda diatas, pasti kita bertanya-tanya mengapa hak kedua orangtua sangat diperhatikan didalam Islam, jawabannya ada pada firman berikut:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” [Luqman : 14]
Ya, berbakti kepada orangtua dalam rangka membalas kebaikan keduanya, ketika seorang ibu mengandung, membesarkan anaknya, dan jasa bapak yang rela pergi pagi pulang malam untuk mencari nafkah, membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Maka dari itulah ada sebuah pepatah yang mengatakan:
“Air susu dibalas dengan air tuba”
Bagi seseorang yang membalas kebaikan dengan kejahatan, membalas kasih sayang orangtua dengan kedurhakaan.
Ketahuilah, jangankan untuk sebuah kedurhakaan yang besar, mengatakan ‘ah’ saja tidak diperbolehkan, Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]
Setelah melihat banyaknya ayat dan hadits yang menyebutkan keutamaan orangtua dan besarnya hak mereka atas anak, dan kewajiban untuk berbakti kepada orangtua, maka hendaklah setiap anak menjadikan kebahagiaan orangtua sebagai prioritas, jangan sampai karena kemauan teman atau istri, hak orangtua diabaikan, karena sungguh Allah Ta’ala Maha Melihat, dan Maha Mendengar, Dia melihat kedurhakaan tersebut, dan apabila Dia telah mendengar keluhan orangtua atas anaknya, maka Allah Ta’ala tidak akan ridho ke anak tersebut, sampai kedua orangtuanya ridho akan dirinya, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupan seseorang yang tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala.