Munculnya fitnah pada zaman Sahabat terjadi setelah terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab–رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-; masa sebelum wafat beliau ibarat sebuah pintu yang terkunci dari berbagai fitnah. Ketika beliau terbunuh, muncullah berbagai fitnah yang besar, dan muncullah orang-orang yang berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang belum tertanam keimanan dalam hatinya, dan dari kalangan orang-orang Munafik yang sebelumnya menampakkan kebaikan di hadapan manusia, padahal mereka menyembunyikan kejelekan dan makar terhadap agama ini.
Dijelaskan dalam ash-shahihain dari Hudzaifah –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- bahwasanya Umar –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- berkata,
“Siapakah di antara kalian yang hafal sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- tentang fitnah ?” Lalu Hudzaefah berkata, “Aku hafal seperti yang beliau sabdakan ?.” (Umar) berkata,”Kemarilah, engkau memang berani.” Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Fitnah seorang laki-laki (yang ada) pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya, bisa dihapus dengan shalat, shadaqah, dan amar ma’ruf nahi munkar.” Beliau (‘Umar) berkata, “Bukan yang ini, akan tetapi yang bergelombang seperti gelombang ombak di lautan.” Dia (Hudzaefah) berkata, “Wahai Amirul Mukminin ! Hal itu tidak jadi masalah bagimu, sesungguhnya di antara engkau dengannya ada pintu yang tertutup.” Beliau (‘Umar) bertanya, “Pintu itu dibuka atau dirusak?” Dia menjawab, “Tidak, bahkan dirusak.” Beliau berkata, “Pintu itu pantas untuk tidak ditutup.” Kami (Syaqiq) bertanya, ‘Apakah beliau tahu apakah pintu itu ?’ Dia menjawab, “Betul, sebagaimana (dia tahu) bahwa setelah esok hari ada malam, sesungguhnya aku meriwayatkan hadis dan bukan cerita bohong.’ Lalu kami sungkan untuk bertanya kepadanya, dan kami memerintahkan Masruq agar ia bertanya kepada beliau, lalu dia berkata, “Siapakah pintu itu ?” Dia (Hudzaefah) menjawab, “Umar.” [1]
Itulah yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. ‘Umar telah terbunuh, pintu telah dirusak, muncullah berbagai fitnah dan terjadilah banyak musibah. Fitnah yang pertama kali muncul adalah terbunuhnya Khalifatur Rasyid, Dzun Nuraini,, ‘Utsman bin ‘Affan oleh para penyeru kejelekan, yang berkumpul untuk menghadapinya dari Irak dan Mesir. Mereka memasuki Madinah dan membunuhnya sementara beliau berada di rumahnya [2]
Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menjelaskan kepada ‘Utsman bahwa musibah akan menimpanya, karena itulah beliau bersabar dan melarang para sahabat agar tidak memerangi orang-orang yang membangkang kepadanya, sehingga tidak ada pertumpahan darah karenanya [3]
Dijelaskan dalam hadis Abu Musa al-Asy’ariy, ia berkata,
“Pada suatu hari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun Madinah…lalu datang ‘Utsman, aku berkata, ‘Tunggu dulu ! Sehingga aku memohon izin (kepada Rasulullah) untukmu,’ kemudian Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – berkata, ‘Izinkanlah ia, berilah kabar kepadanya dengan Surga, bersamanya ada musibah yang menimpanya. ” [4]
Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –mengkhususkan ‘Utsman dengan menyebutkan musibah yang akan menimpanya, padahal Umar pun meninggal dengan terbunuh. Hal itu karena ‘Umar tidak mendapatkan cobaan sebesar yang didapatkan oleh ‘Utsman ; berupa sikap kaumnya yang lancang dan memaksanya untuk melepaskan jabatan kepemimpinan atas tuduhan kezhaliman dan ketidakadilan yang dinisbatkan kepadanya, dan ‘Utsman memberikan penjelasan yang lugas serta bantahan atas pernyataan-pernyataan mereka.[5]
Dengan terbunuhnya Utsman kaum Muslimin menjadi berkelompok-kelompok, terjadilah peperangan antara para sahabat, berbagai fitnah dan hawa nafsu menyebar, banyaknya pertikaian, pendapat menjadi berbeda-beda, dan terjadilah berbagai pertempuran yang membinasakan pada zaman sahabat. Sebelumnya, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-sudah mengetahui fitnah yang akan terjadi pada zaman mereka. Dijelaskan dalam sebuah hadis :
عَنْ أُسَامَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ ثُمَّ قَالَ « هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى إِنِّى لأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلاَلَ بُيُوتِكُمْ كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ »
Dari Usamah bahwa Nabi pernah memperhatikan sebuah bangunan tinggi dari beberapa bangunan tinggi di Madinah, lalu beliau berkata, ‘Apakah kalian melihat fitnah yang aku lihat ? ‘ Para sahabat menjawab, ‘Tidak.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya aku melihat fitnah-fitnah terjadi di antara rumah-rumah kalian bagaikan kucuran air hujan.’ [6]
An-Nawawi berkata, “Penyerupaan dengan kucuran air hujan terjadi pada sesuatu yang banyak dengan cakupannya yang umum, artinya fitnah tersebut banyak dan tidak khusus menimpa satu kelompok. Ini merupakan isyarat adanya peperangan yang terjadi antara mereka, seperti perang jamal, Shiffin, Hurrah (daerah berbatu), pembunuhan ‘Utsman dan al-Husain…dan yang lainnya. Hadis tersebut juga menunjukkan adanya mukizat Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-yang nampak.[7]
Wallahu A’lam
Sumber :
Asyraatus saa’ah, Yusuf bin ‘Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Amar Abdullah bin Syakir
[1] Shahih al-Bukhari, kitab al-Manaqib, bab ‘Alaamatun Nubuwwah (VI/603-604,al-Fath), dan shahih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyratus Saa’ah (XVIII/16-17, Syarh an-Nawawi).
[2] Lihat perincian itu peristiwa itu dalam kitab al-Bidayah wan Nihaayah (VII/170-191)
[3] Lihat, al-‘Awashim minal Qawashim (hal.132-137) tahqiq dan ta’liq Muhibbudin al-Khathib
[4] Shahih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab al-Fitnah allati Tamuuju ka Maujil Bahri (VIII/48, al-Fath)
[5] Lihat Fathul Baariy (XIII/51)
[6] Shahih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyratussa’ah
[7] Syarh Muslim, karya an-Nawawiy (XVIII/8)
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor