Menyambung tulisan sebelumnya, para ulama menyebutkan beberapa faktor pendorong untuk dapat tegar dan teguh dalam mempertahankan kebenaran, berikut beberapa diantaranya:
1- Kembali kepada Allah Ta’ala sembari mengakui ketergantungan diri hanya kepada-Nya dan konsisten berdoa meminta kekuatan dari-Nya.
Mengapa? Karena seorang hamba tidaklah dapat mandiri dari pertolongan Rabbnya walaupun sekejap mata, sehingga seorang hamba kapanpun dapat binasa dan celaka bilamana tidak diteguhkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا
“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (QS Al Israa: 74)
Dan demikianlah sehingga Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun meminta keteguhan dari Allah dengan berdoa kepada-Nya seperti yang sudah disebutkan.
Dan yang demikian itu karena apabila seorang hamba menyatakan rasa ketergantungan dan rasa butuhnya kepada Allah Ta’ala, maka Allah pun akan menjawabnya dengan melindunginya dari kejahatan, perkara keji dan fitnah.
2- Mentadabburi Al Qur’an, mempelajari dan mengamalkan kandungannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS Al Furqon: 32)
Dan Al Qur’an juga berisikan motivasi dan teguran, janji dan ancaman, sebagaimana firman-Nya:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيم * وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS Al Hijr 49-50)
Dan sebagaimana mendengar dan mempelajarinya dapat menambah keimanan, sebagaimana firman-Nya:
( وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَاناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ) (التوبة:124)
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS At Taubah: 124)
Dan firman-Nya tentang kaum mukminin:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS Al Anfal: 2)
Dan Al Qur’an merupakan obat penyembuhan dari penyakit hawa nafsu dan ketergelinciran dalam beragama.
Allah Ta’ala berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Israa: 82)
Jadi, bilamana hati telah selamat dari penyakit syahwat dan syubhat, ia akan lebih siap untuk menahan gempuran fitnah dan siap untuk tegar diatas kebenaran.
3- Ta’at kepada Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya.
Karena ketaatan adalah obat hati, dan maksiat bagaikan racun.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan”.( QS Al Anfal: 24)
Dan firman-Nya:
(ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به لكان خيراً لهم وأشد تثبيتاً)
“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. (QS An Nisaa: 66)
Maka barangsiapa yang mentaati peraturan Allah, dan menjauhi larangan-Nya, ia akan dikuatkan untuk menghadapi cobaan, sebagaimana bilamana seseorang memperturuti hawa nafsunya, maka ia pun akan sangat lemah jika ditimpa musibah.
4- Perbanyaklah Dzikir Kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً ) الأحزاب: 41
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al Ahzab: 41)
Dan dengan berzikir hati menjadi tenang, sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28)
Dan yang lebih meyakinkan lagi, Allah Ta’ala memerintahkan untuk berzikir ketika berhadapan dengan musuh,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS Al Anfal: 45)
Jadi, memperbanyak zikir dapat menguatkan hati dan jasmani, sehingga lebih siap ketika berhadapan dengan musuh dan musibah.
5- Dekat Dengan Ulama
Karena sesungguhnya ulama adalah ahli waris para Nabi, sebagaimana yang disebutkan didalam hadits.
Dan Allah Ta’ala juga berfirman:
كيف لا وقد قال الله عز وجل في حق رسوله مع أمته: (لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ) (آل عمران:164)
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS Ali Imran: 164).
Dan untuk lebih jelas lagi, Ibnul Qayyim Rahimahullah menerangkan keadaan dirinya bagaimana mereka membutuhkan sosok gurunya, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika keadaan genting dan sempit.
Beliau mengatakan:
“وكنا إذا اشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه، فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله وينقلب انشراحاً وقوة ويقينا وطمأنينة.”
“Dan kami apabila keadaan begitu menakutkan, mulai berpikir yang tidak-tidak, dan dunia sudah begitu terasa sempit, kamipun mendatang beliau, memandangi beliau sembari mendengarkan wejangannya, maka seketika itu pula, semua rasa diatas berbalik menjadi rasa lapang, kuat, yakin dan tenang”.
Semoga dengan menerapkan petunjuk diatas, Allah Ta’ala menguatkan kita semua diakhir zaman yang penuh dengan tipu daya ini.
وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله محمد وآله وصحبه وسلم أجمعين.
Sumber:
http://articles.islamweb.net/media/index.php?page=article&lang=A&id=138117