Tawasul yang disyariatkan adalah tawasul dengan Dzat Allah, seperti ucapan Anda, “ Ya Allah. Begitu juga bertawasul dengan menyebut salah satu nama-nama Allah. seperti, Ya Rahman, Ya Rahim Ya Hayyu Ya Qayyum. Atau dengan menyebut sifat-sifatNya seperti perkataanMu, “ Ya Allah dengan perantaraan rahmatMu aku mengadukan persoalanku, dan yang lainnya. Atau, juga bisa dengan doa orang yang shaleh yang masih hidup yang ada dihadapan kita atau yang sehukum dengannya, engkau mengatakan, Ya Syaikh berdoalah kepada Allah untukku, dan yang lainnya, sebagaimana para sahabat ketika meminta hujan mereka datang kepada nabi meminta beliau agar berdoa kepada Allah ta’ala.
Bentuk tawasul yang disyariatkan juga adalah dengan amal shaleh, hal ini seperti qisah ashabul ghaar, orangorang yang ketika masuk ke dalam goa tiba-tiba goa tertutup oleh batu besar, lalu mereka berdoa kepada Allah dengan bertwasul dengan amal shaleh yang mereka lakukan, lalu Allah pun kemudian membebaskan mereka dari belenggu persoalan yang tengah mereka hadapi, mereka akhirnya dapat keluar dari goa tersebut. Oleh karenanya, Anda boleh untuk mengatakan, Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadamu dengan kecintaan ku terhadap nabimu dan pengesaanku terhadapmu begitu juga dengan ketaataanku kepadaMu dan kepada RasulMu, kiranya Engkau berkenan memberikan kepadaku demikian.
Allah subhanhu wa ta’ala telah mengarahkan hamba-hambaNya agar mereka meminta hanya kepadaNya semata, tidak meminta kepada selainNya. Dan, Allah juga menjanjikan akan mengijabahi orang yang memohon kepadaNya sekalipun boleh jadi tidak segera, Dia berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. Al-Baqarah : 186)
Dia juga berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (Qs. Ghafir/al-Mukmin : 60)
Allah juga telah mengarahkan kita agar kita tidak meminta pertolongan melainkan kepadaNya, dalam setiap rakaat shalat kita, kita mengatakan:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (Qs. Al-Fatihah : 5)
Namun, sangat disayangkan tidak jarang kita dapati orang-orang yang rajin melaksanakan shalat. ketika mereka tidak segera mendapatkan apa yang mereka minta, kemudian mereka malah pergi ke kubur (untuk bertawasul dengan penghuninya). Wal ‘iya dzubillah
Sungguh, Allah sangat mampu untuk segera mengabulkan permohonan mereka pada saat mereka memohon kepadaNya. Namun, tidak segeranya Allah melakukan hal tersebut merupan cobaan bagi hambaNya. Sungguh dibalik cobaan itu terkandung hikmah yang mendalam yang sangat boleh jadi tidak disadari oleh hamba-hambaNya. Boleh jadi, Allah menunda permohonan hambaNya untuk menguji kejujurannya, bila mana seorang hamba benar-benar jujur, maka ia akan tetap tegar tatkala berbagai hal menderanya, maka ia tetap memohon hanya kepadaNya semata tidak memalingkan permohonannya tersebut kpeada selainNya sekalipun kepalanya terkena reruntuhan gunung atau bumi mengalami keretakan untuk menelan dirinya. Inilah dia orang yang kuat yang benar-benar yakin terhadap Allah, ia kuat dalam meminta pertolongan hanya kepada Allah, ia bertawakkal hanya kepada Allah. Maka, kondisi yang demikian ini permohonannya sangat berpeluang untuk dikabulkan Allah ta’ala. Yang lainnya terfitnah, tatkala cobaan menderanya imannya justru melemah, keimanananya tidak mendorongnya untuk memohon pertolongan hanya kepada Allah, setan menghiasi hatinya dengan harapan palsu yang mendorongnya untuk mendatangi kubur untuk menyampaiakn apa yang menjadi hajat mereka. Dengan ini, setan berusaha untuk mengeluarkan orang tersebut dari agamanya yang lurus sebagaimana janjinya yang pernah dinyatakannya kepada Allah ta’ala, sebagaimana diabadikan di dalam Al-Qur’an:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[Qs. Shaad : 82-83].
Saudaraku, cobaan dan ujian Allah untuk makhluqNya telah allah tetapkan, Hal tersebut sebagaimana Allah nyatakan dalam firmanNya:
الم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Alif laam miim
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Qs. Al-‘Ankabut : 1-3)
Dia juga berfirman:
أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali Setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (Qs. At-Taubah : 126)
Wallahu a’lam
Sumber : At-Tawassul al-Masyru’ wa al-Mamnu’, 1/19, Maktabah Syamilah, dengan sedikit gubahan.
Penerjemah : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet