Tauhid uluhiyah maksudnya adalah mengesakan Allah-عَزَّوَجَلَّ-dengan ibadah [1]
Dengan melihat penisbatan kepada Allah-عَزَّوَجَلَّ-, tauhid ini dinamakan tauhid uluhiyah (mengesakan hak Allah dalam ibadah), namun jika dilihat dari penisbatan kepada makhluk, maka tauhid ini dinamakan tauhid ibadah, tauhid ubudiyah, tauhidullah bi af’alil ‘ibad (mengesakan Allah dengan semua perbuatan yang dilakukan oleh seorang hamba), tauhidul ‘amal, tauhidul qashd, tauhidul iradah wa ath-thalab, karena tauhid ini terbangun di atas pemurnian niat dalam seluruh ibadah, yaitu hanya dengan menghendaki wajah Allah-عَزَّوَجَلَّ-[2]
Tauhid ini menjadi sebab diciptakannya jin manusia oleh Allah-عَزَّوَجَلَّ-, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58) [الذاريات : 56 – 58]
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh
(Qs. Adz-Dzariyat : 56-58)
Dan karena tauhid ini juga, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ [الأنبياء : 25]
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku (Qs. al-Anbiya : 25)
Dan tauhid inilah yang didakwahkan oleh para Rasul yang pertama sampai dengan Rasul yang terakhir, sebagaimana firman-Nya,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ [النحل : 36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (Qs. an-Nahl : 36)
Dan dengan sebab tauhid ini juga, terjadi permusuhan antara para Nabi dengan umat mereka, dan antara orang-orang yang bertauhid, pengikut para Nabi, dengan para pelaku bid’ah dan khurafat.
Dan dengan sebab tauhid ini, pedang-pedang dihunus saat berjihad di jalan Allah. Dan tauhid ini adalah permulaan agama ini dan akhirnya. Bahkan ini adalah hakikat Islam. [3]
Tauhid uluhiyah ini memuat semua jenis tauhid. Karena tauhid uluhiyah ini memuat tauhid rububiyah dan tauhid al-asma wa Shifat [4]
Sesungguhnya orang yang hanya beribadah kepada Allah semata dan mengimani bahwa hanya Allah yang berhak mendapatkan ibadah, itu menunjukkan bahwa dia beriman kepada rububiyah Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Karena dia tidak melakukan itu kecuali karena dia yakin bahwa hanya Allah-عَزَّوَجَلَّ-yang memberikan karunia kepadanya dan kepada seluruh hamba-Nya, dengan menciptakan mereka, memberi rizki, mengatur dan lain sebagainya yang merupakan wujud dari sifat-sifat rububiyah Allah-عَزَّوَجَلَّ-. Dia juga menyakini bahwa Allah-عَزَّوَجَلَّ-memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat yang sempurna. Ini semua menunjukkan bahwa hanya Dia yang berhak mendapatkan ibadah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid uluhiyah ini sangat penting. Namun mayoritas manusia mengingkarinya. Mereka mengingkari bahwa hanya Allah -عَزَّوَجَلَّ-yang berhak mendapatkan ibadah, tidak ada sekutu bagi-Nya, sehingga mereka disamping beribadah kepada Allah, mereka juga beribadah kepada selain Allah-عَزَّوَجَلَّ-.
Imam Muhammad bin Ismail ash-Shan’ani –رَحِمَهُ اللهُ –berkata, “Ketahuilah bahwa Allah-عَزَّوَجَلَّ-telah mengutus para Nabi, dari awal sampai akhir, untuk mengajak manusia mengesakan Allah dengan ibadah. Bukan untuk menetapkan bahwa Allah-عَزَّوَجَلَّ-yang telah menciptakan mereka, karena mereka telah mengakui bahwa Allah yang menciptakan mereka…
Oleh karena itu orang-orang yang menolak dakwah Rasul mengatakan :
قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ …[الأعراف : 70]
Mereka berkata, “Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya beribadah kepada Allah saja ?” …(Qs. al-A’raf : 70)
Yaitu untuk mengesakan ibadah hanya kepada-Nya, mengkhususkan ibadah kepada-Nya ? Sehingga mereka beribadah kepada Allah dan juga kepada selain-Nya. Mereka menyekutukan selain Allah dengan-Nya, mereka mengangkat tandingan-tandingan bagi Allah.” [5]
Dan tauhid uluhiyah ini ditunjukkan dengan kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ . Oleh karena itu kita harus memahami tentang makna kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ .
Wallahu A’lam
Sumber :
Tashil al-‘Aqidah al-Islamiyah, karya : Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz bin Hamadah al-JIbrin.
Amar Abdullah bin Syakir
Catatan :
[1] Tathhiirul I’tiqad, hal. 13, Prinsip ketiga, karya Ash-Shan’ani ; ad-Durar as-Saniyyah, 2/291; Syarh ath-Thahawiyah, hal. 24)
[2] Syarh ath-Thahawiyah, hal. 24; Majmu’ah at-Tauhid, 1/6; ad-Durar as-Saniyah, 2/250, 304; Taisirul ‘Azizil Hamid, hal.22; al-Qaulus Sadid, hal. 19; al-Qawaidul Hissan, hal. 192; al-Haqqul Wadhihul Mubin, hal. 57; al-Qaulul Mufid, 1/9)
[3] Syarh ath-Thahawiyah, hal. 21,24; Tathhiirul ‘Itiqad, hal. 20; Taisirul ‘Azizil Hamid, hal. 20 dan 21; ad-Durun Nadhih, hal.65, karya asy-Syaukani ; Qurratu ‘Uyun al-Muwahhidin, hal.4, karya Abdurrahman bin Hasan; Ma’arijul Qabul, 2/402-410)
[4] Syarh ath-Thahawiyah, hal. 29, 32; Taisirul ‘Azizil Hamid, hal. 23; Qurratu ‘Uyun al-Muwahhidin, hal.5
[5] Tathhiirul I’tiqad, hal. 12, 20; Lihat juga Qurratu ‘Uyun al-Muwahhidin, hal.4)
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor