Tauhid Ibadah

Tauhid Ibadah, artinya ; memurnikan semua macam ibadah-ibadah yang akan datang keterangannya untuk Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى semata.
Pada tauhid inilah dahulu orang-orang musyrik menjadikan bagi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sekutu-sekutu. Dan kata “sekutu” mengisyaratkan pengakuan mereka terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى [1]
Para rasul عَلَيْهِمُ السَّلَامُ diutus kepada musyrikin untuk mengingatkan (tauhid) yang pertama dan mengajak mereka kepada (tauhid) yang kedua seperti (yang terdapat pada) perkataan mereka kepada orang-orang Musyrikin ;

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ [إبراهيم : 10]

“Berkata rasul-rasul mereka : “ Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah …” (Qs. Ibrahim : 10),

هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ [فاطر : 3]

“Adakah pencipta selain Allah … ?” (Qs. Fathir 3)

Dan melarang mereka dari melakukan kesyirikan dalam ibadah. Karena itu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ [النحل : 36]

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu “ (Qs. an-Nahl : 36) [2]



Yakni para rasul itu berkata kepada kaum mereka, “beribadahlah kalian kepada Allah.” Sedangkan ucapan-Nya “pada tiap-tiap umat “ hal ini menunjukkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى tidak mengutus para rasul kepada semua umat kecuali untuk mengajak kepada tauhid ibadah, bukan untuk memperkenalkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى satu-satunya pencipta dan Rabb alam semesta, langit dan bumi. Karena sebenarnya mereka sudah mengakuinya.
Maka ayat-ayat (seputar ini) pada umumnya tidak datang kecuali dalam bentuk pertanyaan yang mengingatkan saja seperti,

هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ [فاطر : 3]

“Adakah pencipta selain Allah … ?” (Qs. Fathir 3)

أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ [النحل : 17]

Apakah yang menciptakan disamakan dengan yang tidak menciptakan…” (an-Nahl : 17)

أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ [إبراهيم : 10]

‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi…” (Qs. Ibrahim : 10)

أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ [الأنعام : 14]

Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi …” (al-An’am : 14)

هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ [لقمان : 11]

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah..” (Qs. Lukman : 11)

أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ [الأحقاف : 4]

“… perlihatkanlah kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit…” (Qs. al-Ahqaf : 4)
(Semuanya) adalah pertanyaan yang mengingatkan mereka [3] karena mereka sebenarnya sudah mengakuinya.
Maka dengan ini kamu ketahui bahwa orang-orang musyrikin tidak mengambil berhala, dan tidak mengibadahinya, dan mereka tidak juga menjadikan al-Masih dan ibunya dan para malaikat sebagai sekutu-sekutu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى adalah karena mereka sekutu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dalam penciptaan langit dan bumi dan pada penciptaan diri-diri mereka sendiri. Melainkan itu dilakukan karena mereka ingin mendekatkan diri kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dengan sedekat-dekatnya, sebagaimana hal ini mereka ucupkan sendiri.
Maka mereka mengakui Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى pada kata-kata kufur mereka dan bahwa mereka (yang diibadahi) adalah para pemberi syafa’at di sisi Allah [4] Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman :

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ [يونس : 18]

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka mengatakan : “Mereka itu adalah pemberi syafa’at [5] kepada kami di sisi Allah “. Katakanlah : “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi ?”Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus : 18)



(Pada ayat ini) Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menjadikan perbuatan mereka mengambil perantara (dalam ibadah) sebagai kesyirikan. Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mensucikan diri-Nya dari memiliki perantara. Karena tidak ada yang bisa memberi syafa’at di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى kecuali dengan izin-Nya. Maka bagaimana mereka bisa menetapkan perantara (para pemberi syafa’at) sedangkan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى tidak mengizinkan mereka memberi syafa’at, dan mereka bukan orang yang berhak mendapatkannya ?! Kemudian pihak-pihak yang diklaim sebagai perantara itu tidak berguna bagi mereka di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sama sekali ?!
Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :
Thath-hiir al-I’tiqaad ‘An Ad-raani al-Ilhad, Al-Imam Ash-Shan’aniy رَحِمَهُ اللهُ , ei, hal. 8-13

Catatan :
[1] “Sekutu” maksudnya yang dianggap setara dengan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى pada kekhususan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى, seperti rububiyah, uluhiyah atau asma was sifat. Menetapkan sekutu bagi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى terkandung pengakuan terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Inilah akidah musyrikun (orang-orang Musyrik). Karena mereka sudah mengakui Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sebagai satu-satunya pencipta, pemilik dan pengatur alam semesta dan bahkan mengibadahi-Nya. Tapi disamping itu mereka juga beribadah kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى, sehingga mereka menjadi kafir karenanya.
[2] Yakni : para rasul ditugasi untuk mengajak kaumnya yang musyrik agar meninggalkan peribadahan kepada berhala-berhala dan memurnikan ibadah mereka untuk Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى semata (tauhid uluhiyah) dengan dasar tauhid rububiyah yang sudah mereka imani.
[3] Mengingatkan kepada tauhid rububiyah
[4] Hal ini seperti yang telah dijelaskan, bahwa kekufuran musyrikin dulu dari jenis menduakan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dalam peribadahan bukan seperti kufurnya orang-orang atheis atau agnostik.
[5] Yakni perantara. Karena syafa’at artinya minta kebaikan untuk orang lain. Orang-orang musyrikin dulu beranggapan bahwa sesembahan-sesembahan mereka adalah perantara yang bisa menyampaikan hajat mereka kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dalam menggapai hajat-hajat mereka di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *