Tauhid dalam Kehidupanmu

Saudaraku..

Ketahuilah bahwa seagung-agung maksud, semulia-mulia ibadah, dan sebaik-baik tujuan adalah mentauhidkan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-Tuhan langit dan bumi, mengakui dan menetapkan ke Esa-an-Nya, dengan penuh ketundukan, memasrahkan wajah kepada-Nya dengan penuh ketundukan, kehinaan, harapan dan ketakutan, dengan rukuk dan sujud, memurnikan agama bagi-Nya, berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan, sedikit atau pun banyak, kecil atau pun besar.

Inilah dia tujuan teragung dari diciptakannya makhluk. Mereka diadakan untuk merealisasikannya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ  [الذاريات : 56]

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (adz-Dzariyat : 56)



Dan itulah yang menjadi tujuan dari diutusnya para Rasul, dan diturunkannya kitab, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ [النحل : 36]

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah taghut (an-Nahl : 36)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ  [الأنبياء : 25]

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku (al-Anbiya : 25)

Dan, tauhid itu akan menghidupkan seorang hamba dengan kehidupan yang sejatinya, memenuhi kehidupan dengan keridhaan Dzat yang Maha Penyayang, didapatkannnya keberuntungan berupa karamah dan berbagai karunianya.

Sedangkan tanpa tauhid, seseorang akan hidup dengan kehidupan binatang ternak,

إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا  [الفرقان : 44]

Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya (al-Furqan : 44)

Sesungguhnya orang yang kehilangan tauhid adalah seonggok mayat walau pun ia berjalan di atas permukaan bumi. Sedangkan orang yang merealisasikan tauhid, dialah sebenarnya yang hidup dengan kehidupan yang sebenarnya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ  [الأنعام : 122]

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan (al-An’am : 122)



Yakni, lalu Kami hidupkan dengan iman dan tauhid.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ [الأنفال : 24]

Wahai orang-orang yang beriman ! Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu (al-Anfal : 24)

Dan dengan tauhid pula, tempat-tempat tinggal akan aman, badan-badan akan Sehat dan  manusia akan bahagia,

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ  [الأنعام : 82]

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk (al-An’am : 82)

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا [النور : 55]

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebaikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. (an-Nur : 55)

Dan dengan tauhid akan didapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan kenyamanan seorang insan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  [النحل : 97]

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laik-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (an-Nahl : 97)

Dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) [طه : 123 ، 124]

Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan  buta.” (Thaha : 123-124)

Dan dengan tauhid pula, angan-angan buruk akan pergi dari hati, was-was dan pemikiran-pemikiran jelek pun akan tertolak. Hati akan mendapatkan ketenangan dan kenyamanan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) [الناس : 1 – 3]

Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja manusia. sembahan manusia.

Ini adalah bentuk mentauhidkan Allah.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)  [الناس : 4 – 6]

dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (an-nas : 4-6)

Dan dengan tauhid pula, setan akan lari terbirit-birit, dan ia tidak akan mampu tetap berada di tempat yang diretakkan dengan tauhid. Bila setan mendengar adzan niscaya ia lari. Di mana adzan seluruh isinya adalah tauhid, sanjungan dan pengagungan terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.  Dan ayat kursi, adalah ayat tauhid dan penjelasan bukti-buktinya, hujjah-hujjahnya, dan petunjuk-petunjukknya, dan apabila seorang mukmin membaca ayat kursi ketika membaringkan tubuhnya di atas pembaringan niscaya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan memberikan penjagaan kepadanya dan setan tak akan dapat mendekatinya sampai pagi.

Dan dengan tauhid pula, seorang hamba-dengan izin Allah- akan selamat dari tipu daya orang-orang yang buruk, dari kalangan para tukang sihir, para dukun, dan orang-orang buruk lainnya, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا [الحج : 38]

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. (al-Hajj : 38)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ  [الروم : 47]

dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.(ar-Rum : 47)

Dan dengan tauhid pula seorang hamba akan memperoleh kebaikan-kebaikan seluruhnya, dan meraih pula kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menetapkan dalam ketentuan hukum-Nya yang agung bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mentauhidkan-Nya, di (kehidupan) dunia mereka, di kubur mereka, dan di (kehidupan) akhirat mereka. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ [الإنفطار : 13]

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada di dalam (Surga yang penuh) kenikmatan, (al-Infithar : 13)

Kita memohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-agar menghidupkan kita sebagai golongan orang-orang yang mentauhidkan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dengan semurni-murninya karena menjalankan agama, termasuk pula golongan orang-orang yang beriman kepada-Nya, dan mengagungkan-Nya.

Semoga pula Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-melindungi kita semuanya dari segala bentuk kesyirikan semuanya, baik yang sedikit atau pun banyak, yang besar atau pun yang kecil.  Amin

 

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Makanatu at-Tauhid Fi Hayati al-Muslimi, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr –حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى. Dengan ringkasan

 

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *