Setelah Nabi Adam diturunkan Allah Ta’ala di muka bumi, pada awalnya anak-cucunya selalu beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan mengesakan-Nya.
Namun Iblis tidaklah tinggal diam, dia telah bersumpah atas nama Allah Ta’ala untuk menyesatkan Adam dan keturunannya, sebuah dendam yang akan terus berlangsung hingga akhir zaman.
Sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an:
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83) ص: 79 – 83
Artinya: “Iblis berkata: Wahai Rabbku, beri tangguhkanlah aku sampai hari mereka dibangkitkan. Allah berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat). Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shod: 79-83)
Hingga ketika satu persatu banyak yang tersesat setelah wafatnya Adam, Allah Ta’ala kemudian mengutus para Nabi dan Rasul kepada kaum mereka untuk memperingatkan dari kesyirikan dan membimbing mereka agar terus istiqamah di atas agama Allah Ta’ala.
Sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS Annahl: 36)
Risalah itu terus berlanjut selama ribuan tahun, dari Nuh ‘Alaihissalaam hingga le penutup para Nabi, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
23 tahun lamanya Nabi diutus berdakwah kepada sekalian alam, dari kalangan manusia dan jin juga. Dan 13 tahun pertamanya beliau fokus kepada sisi Tauhid dalam dakwahnya kepada penduduk Makkah yang sudah melenceng dari ajaran tauhid Nabi Ibrahim Alaihissalaam, hingga kemudian pada fase Madinah selama kurang lebih 10 tahun baru banyak diturunkan syariat lainnya dalam bentuk ibadah dan mualamah.
Tegasnya dakwah beliau kepada Tauhid tergambar jelas pada surat Al Ikhlas:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(1) Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
(2) Allah tempat meminta segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
(3) (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(4) dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Maka, ingatlah akan kewajiban utama ini, yang merupakan konsekuensi dari syahadat.
Beribadahlah kepada Allah Ta’ala dan mintalah pertolongan kepada-Nya.
Jauhilah kesyirikan dengan segala jenisnya, seperti sihir, mengundi nasib dan lain sebagainya.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dan anak keturunan kita dari kesyirikan dan mewafatkan kita di atas agama-Nya.
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor