Tauhid adalah Cahaya, sedangkan Kesyirikan adalah Kegelapan dan Kebodohan

Allah ﷻ menyeru menusia untuk mentauhidkannya. Allah ﷻ juga memerintahkan seluruh Rasul untuk menyampaikan kepada ummatnya bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi kecuali Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al Baqarah : 257)

Dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dikeluarkan oleh Allah ﷻ dari kegelapan menuju cahaya. Sebaliknya, orang-orang kafir wali-wali (penolong-penolong) mereka adalah para thaghut yang membawa mereka dari cahaya menuju kegelapan.

Inilah hakikat dari kesyirikan. Dia adalah kegelapan, karena dasarnya adalah kebodohan pelakunya tentang Allah ﷻ. Oleh kerena itu, Allah ﷻ menyuruh Nabi ﷺ membantah orang-orang Musyrik yang mengajak beliau ﷺ untuk menyembah tuhan-tuhan kaum musyrikin. Sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan :

قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ

Katakanlah, ‘Apakah kalian menyuruh aku menyembah kepada selain Allah, hai orang-orang yang jahil (bodoh) ? (Qs. Az-Zumar : 64)

Syaikh Muhammad Ath Thahir Ibnu ‘Asyur –رَحِمَهُ اللهُ– mengatakan dalam tafsirnya, “Dalam ayat tersebut terdapat isyarat bahwa keimanan (ketauhidan) adalah saudara dari ilmu. Keduanya adalah cahaya dan ma’rifatu haq (sebagai sebab agar bisa mengenal kebenaran). Dan sesungguhnya kekafiran adalah saudara dari kesesatan. Sesungguhnya kekafiran dan kesesatan adalah kegelapan dan keraguan yang batil. (At Tahrir wa At Tanwir, XXIV/37)

Ketika Nabi Hud -عَلَيْهِ السَّلَامُ- mendakwahi kaumnya untuk meninggalkan kesyirikan, ternyata mereka menentang Nabi Hud -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Kemudian beliau mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh. Allah ﷻ berfirman

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23)

Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar.”

Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Ia berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh.” (Qs. Al Ahqaf : 21-23)

Begitu pula ketika kaum Nabi Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- melihat kaum musyrikin menyembah berhala-berhala, kaumnya pun meminta kepada Nabi Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- agar beliau menjadikan sebuah berhal untuk disembah. Nabi Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- pun mengingkari hal tersebut dan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh.

Allah ﷻ juga berfirman

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat sifat Tuhan).” (Qs. Al A’raf : 138)

Wallahu A’lam

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *