Telah kita bahas dua hal dalam masalah bersuci, yaitu bersuci dengan cara “ berwudhu “ dan bersuci dengan cara “ bertayamum “. Adapun bahasan selanjutnya dalah bersuci dengan cara “ Mandi “ ?
Pembaca yang budiman…
jika anda ditanya, “ jika anda mengalmi junub ( keluarnya air mani dari –maaf –kemaluan anda, maka apa yang hendaknya anda lakukan ? penulis yakin anda mengetahui jawabannya. “ Mandi “, itulah jawabannya. Namun, penulis kurang yakin bila anda telah mengetahui bagaimana tata caranya. Untuk itulah, pada edisi kali ini, kita ketengahkan dihadapan pembaca sekalian mengenai tata caranya semoga bermanfaat.
Pembaca yang budiman…
Berhubung masalah ini terdapat tuntunanya dari nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, maka kita sebagai pengikutnya hendaklah mengikuti apa yang menjadi petunjuk beliau. Marilah kita perhatikan petunjuk beliau,
‘Aisyah meriwayatkan bahwa,
كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)
Maimunah mengatakan,
وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
“Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)
Dari penuturan ‘Aisyah dan Maimunah di atas, maka dapat kita sederhanakan apa yang dilakukan oleh Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam tatkala mandi karena junub, sebagai berikut :
- Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.
- Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
- Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.
- Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat. Atau, tatkala berwudhu, mencuci kakinya di akhirkan selepas prosesi mandinya usai.
- Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut.
- Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
- Menyela-nyela rambut.
- Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.
Karena, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, mengatakan ,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)
Demikianlah bahasan singkat mengenai tata cara mandi sebagai bentuk bersuci dari junub. Akhirnya, semoga Alloh mengaruniakan taufiq kepada kita sehingga kita mampu melaksanakan sunnah nabi kita shallallohu ‘alaihi wasallam. Wallohu a’lam ( Abu Umair)