Tangisan Bibi Urwah bin Zubair

Urwah bin Zubair –semoga Allah meridhainya- menceritakan kepada kita suatu kejadian yang dia saksikan sendiri, dia berkata :

Saya apabila keluar rumah di pagi hari, saya mulai dengan rumah bibi saya Aisyah –semoga Allah meridhainya- kemudian saya ucapkan salam kepadanya, suatu hari saya menjumpainya sedang melaksanakan shalat, dia membaca –ketika berdiri- firman Allah- subhanahu wata’ala,

فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ [الطور : 27]

Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab Neraka (Qs. Ath-Thuur : 27)

Dia berdoa sambil menangis dan mengulang-ulang ayat tersebut maka aku berdiri di belakangnya sampai aku bosan berdiri kemudian aku pergi ke pasar untuk keperluan, lalu aku kembali lagi dan aku dapati dia (bibiku, Aisyah) masih berdiri shalat sambil menangis (As-Samtsu Tsaimin, hal. 90 karya ath-Thabariy)

Saudaraku muslimah….

Renungkanlah takutnya Ummul Mukminin, bibi dari Urwah bin Zubair ini, apakah hal itu tidak mengingatkan kelalaian mu melaksanakan hak Rabbmu ?

Lihatlah rasa takutnya, tadabburkanlah kekhusyu’annya dan renungkanlah ketundukannya.

Apakah hal itu tidak menggerakkanmu untuk malu atas kelengahanmu ?

Lihatlah kepada tangisannya karena rasa takutnya kepada Allah, padahal dia memiliki kedudukan mulia, lalu lihatlah dirimu dengan kemaksiatanmu.

Sesungguhnya dia terpengaruh oleh al-Qur’an karena rasa takutnya kepada Allah –subhanahu wa ta’ala-, dia menangis karena takut dan khawatir akan azab Allah sampai-sampai dia mengulang-ulang satu ayat berkali-kali.

Saudariku muslimah…

Itulah bagian dari contoh rasa takut wanita shalehah generasi dahulu, mereka takut kepada Allah, takut terhadap hukuman, murka dan makar Allah, mereka takut terhadap dahsyatnya hari Kiamat, takut pada saat berdiri di hadapan-Nya, mereka menangis atas kelengahan mereka, menyesal atas kelalaian mereka dalam menunaikan hak Rabb mereka.

Akan tetapi datanglah sesudah mereka generasi dari wanita-wanita yang menyia-nyiakan shalat, memperturutkan hawa nafsu meskipun begitu mereka tetap mengharap bisa menjadi penghuni Surga.

Sesungguhnya seorang muslimah yang menjaga waktunya, dia bersedih atas hilangnya waktu dari umurnya untuk perkara yang tidak diridhai oleh Tuhannya, dialah muslimah yang benar-benar takut kepada Allah.

Akhirnya, semoga Allah azza wajalla mengaruniakan kepada kita rasa takut kepada Allah, takut kepada siksa-Nya, menyadari kekurangan dan kelalaian diri kita dalam menunaikan hak rabb kita, Allah azza wajalla. Amin

Sumber :

Tuhfatu an-Nisa, Abu Maryam Majdi Fathi as-Sayyid, (E.ind, hal.  101, dengan gubahan)

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *