Sesungguhnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menciptakan makhluk-Nya untuk mentauhidkan-Nya, untuk hanya menyembah-Nya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku (adz-Adzariyat : 56)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah mengutus para Nabi-Nya untuk menyeru kepada peribadatan hanya kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ [النحل: 36]
Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah Taghut.” (an-Nahl : 36)
Untuk tujuan inilah, ibadah-ibadah yang disyariatkan merupakan tanda untuk mentauhidkan-Nya. Shalat misalnya, untuk menegakan Dzikrullah,
إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain-Ku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku (Thaha : 14)
Demikian pula ibadah haji (yang kini kita telah memasuki bulan-bulannya). Sedemikian nampak tanda-tanda mentauhidkan-Nya dalam ibadah ini, dalam setiap syiar dari syiar-syiarnya, dalam setiap amalannya, dan dalam setiap dzikir-dzikirnya.
Talbiyah Syiar Orang-orang Bertauhid
Talbiyah merupan syiar orang-orang yang tengah menunaikan haji, semenjak Nabiyullah Ibrahim-عَلَيْهِ السَّلَام – mengumumkan kepada manusia untuk menunaikan ibadah haji sebagai bentuk pengamalan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
ﵟوَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ ﵞ [الحج: 27]
Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh (al-Hajj : 27)
Dulu, orang-orang Arab di masa jahiliyah berhaji dan bertalbiyah, akan tetapi mereka memoles haji dan talbiyah mereka dengan sesuatu yang mengandung kesyirikan kepada Allah-سبحانه وتعالى – mereka mengatakan,
«لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، إِلَّا شَرِيْكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ»
Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu yang dia untuk-Mu, Engkau memilikinya dan apa yang dimilikinya.
Datanglah Nabi penutup, yaitu, Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk menyatakan pengesaan terhadap Allah-سبحانه وتعالى- dan merobohkan tiang-tiang kesyirikan, beliau bertalbiyah dengan tauhid,
«لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمْلُكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ»
Aku penuhi panggilanmu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan kenikmatan serta kerajaan itu hanyalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Sebagian orang (dari kalangan para sahabat) menambahi talbiyah Rasulullah ini namun demikian beliau tidak mengingkarinya selagi talbiyah tersebut di atas tauhid. Meski begitu, beliau melazimi talbiayah yang diungkapkannya tersebut. Beliau tidak menambahinya.
Dalam talbiyah tersebut terdapat pengesaan kepada Allah-سبحانه وتعالى – dan menafikan kesyirikan terhadap-Nya, penetapan bahwa pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanyalah milik Allah-سبحانه وتعالى -semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Telah shahih diriwayatkan dari Ibnu Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا – bahwa beliau bertalbiyah dengan talbiyah Rasulullah dan menambahkannya dengan ungkapan :
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ، وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ، لَبَّيْكَ وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ -رواه مسلم
Labbaika labbaika, wa sa’daika, wal khairu bi-yadaika, labbaika wa ar-raghbaa-u ilaika, wal ‘amal
(aku penuhi panggilanmu, aku penuhi panggilanmu, dan aku memohon pertolongan kepada-Mu untuk mentaati-Mu. Kebaikan (seluruhnya) di tangan-Mu. Aku penuhi panggilanmu, permintaan hanya ditujukan kepada-Mu dan amal semata-mata hanya untuk-Mu.
Talbiyah ini dimulai semenjak seseorang berihrom, dan terus saja dilakukan hingga orang yang berkunjung ke baitullah (umrah) melihat Ka’bah. Ketika itu, ia menghentikan talbiyahnya. Ia mulai bertawaf. Sementara, untuk orang yang menunaikan haji, talbiyah ini terus berlangsung hingga ia melempar jumrah aqobah pada hari nahar.
Syiar Tauhid Dikeraskan
Disunnahkan untuk mengeraskan bacaan talbiyah ini. Karena, haji yang paling utama adalah al-‘Ajju dan ats-Tsajju . al-‘Ajju adalah mengeraskan suara saat bertalbiyah, sedangkan ats-Tsajju adalah mengalirkan darah (menyembelih hewan ) pada hari Nahar atau menyembelih hewan hadyu dan kurban.
Dalam hadis, Nabi-صلى الله عليه وسلم-bersabda,
«أَتَانِي جِبْرِيْلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ، مُرْ أَصْحَابَكَ أَنْ يَرْفَعُوْا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّلْبِيَةِ فَإِنَّهَا مِنْ شَعَائِرِ الْحَجِّ»
Jibril datang kepadaku, lalu ia mengatakan, ‘wahai Muhammad ! Perintahkan para sahabatmu supaya mereka mengangkat (mengeraskan) suara-suara mereka saat bertalbiyah, karena sesunggunya talbiyah itu termasuk syiar-syiar haji (HR. Al-Hakim, dan ia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi)
Syiar Tauhid Diulang-ulang
Siapa yang memperhatikan talbiyah ini, niscaya ia mendapatkan bahwa talbiyah ini, yang merupakan syiar tauhid, diulang-ulang dalam rangkaian ibadah yang agung ini. Pengulangan talbiyah ini dan pengulangan lafazh labbaik memberikan faidah terus menerusnya seseorang memenuhi panggilan dan seruan-Nya. Ada yang mengatakan bahwa talbiyah dari lazum dan iqomah, maknanya, aku berdiri di depan pintu-Mu dan aku penuhi panggilan-Mu berkali-kali, dan aku melazimi tegak berdiri di atas ketaatan kepada-Mu.
Talbiyah Tidak Terlepas Hingga Berjumpa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Dulu, para sahabat bertalbiyah apabila Rasulullah-صلى الله عليه وسلم- memanggil mereka, salah seorang dari mereka mengatakan, ‘Labbaika Ya Rasulallah Wa Sa’daika.’ Talbiyah, memenuhi seruan Rasulullah adalah mengikuti petunjuk dan sunnahnya. Adapun memenuhi seruan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى adalah mentauhidkan dan mentaati-Nya. Dan, seorang mukmin itu tidak lepas dari talbiyah dan pemenuhan seruan ini hingga ia berjumpa dengan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -. Barang siapa suka untuk berjumpa dengan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى niscaya Allah suka berjumpa dengannya dan para malaikat memberikan kabar gembira kepadanya berupa keridhaan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى kepadanya. Karena itu, maka bergembiralah !. Sedangkan barang siapa tidak suka berjumpa dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -, niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – tidak suka berjumpa dengannya.
Adapun balasan bagi orang-orang yang memenuhi seruan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dan Rasul-Nya -صلى الله عليه وسلم- adalah Surga-Nya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,
لِلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَٱلَّذِينَ لَمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَهُۥ لَوۡ أَنَّ لَهُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا وَمِثۡلَهُۥ مَعَهُۥ لَٱفۡتَدَوۡاْ بِهِۦٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ سُوٓءُ ٱلۡحِسَابِ وَمَأۡوَىٰهُمۡ جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمِهَادُ [الرعد: 18]
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhan, mereka (disediakan) balasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak tidak memenuhi seruan-Nya, sekiranya mereka memiliki semua yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak itu lagi, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu. Orang-orang itu mendapat hisab (perhitungan) yang buruk dan tempat kediaman mereka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (ar-Ra’du : 13)
Akhirnya, semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – mengaruniakan taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita semuanya untuk senantiasa memenuhi seruan-Nya-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dan seruan Rasul-Nya -صَلَّى اللَّه ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. Amin
Wallahu A’lam
Sumber :
Ma’alim at-Tauhid Fii al-Hajj, Dr. Jamal al-Marakibiy, حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى. Dengan ringkasan.
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor