Tafsir Surat al-Fatihah (5)

Alhamdulillah, pada tulisan sebelumnya kita telah membahas firman Alloh ta’ala:

نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

Diantara poin penting ayat ini adalah :

  1. Ayat ini, menjelaskan kepada kita bahwa kita mengiqrarkan diri untuk menyembah/beribadah hanya kepada Alloh ta’ala saja dan memohon pertolongan juga hanya kepada-Nya.
  2. Firman Alloh ta’ala, إِيَّاكَ نَعْبُدُ  (Hanya Engkaulah yang kami sembah), mengisyaratkan implementasi makna kalimat syahadat, “Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh”.
  3. Penyebutan kalimat, وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ setelah kalimat,  إِيَّاكَ نَعْبُدُ terdapat isyarat yaitu bahwa tidak selayaknya menyerahkan urusan kecuali kepada Dzat yang berhak diibadahi.; karena selainnya tak memiliki kekuasaan sedikitpun.
    1. Pengedepanan ibadah atas memohon pertolongan termasuk bab pengedepanan hal yang bersifat umum atas hal yang bersifat khusus. Dan, agar seseorang lebih perhatian untuk mengedepankan hak Alloh ta’ala atas hak seorang hamba.
    2. Penyebutan isti’anah setelah ‘ibadah padahal isti’adah termasuk bentuk ibadah adalah karena – Wallohu a’lam- sangat perlunya seorang hamba terhadap permohonan pertolongan kepada Alloh dalam pelaksanaan ibadahnya kepada Allohta’ala.
      1. Ibadah ialah istilah yang mencakup segala perkara yang dicintai dan diridhoi Alloh  berupa perbuatan dan ucapan yang nampak maupun yang tidak nampak. Sedangkan “isti’anah” yaitu percaya dan menyandarkan diri kepada Alloh dalam hal mendatangkan perkara-perkara yang bermanfaat dan menolak perkara-perkara yang membahayakan disertai dengan penuh yakin dengan hal tersebut bahwa ia akan mendapatkan hal yang ia harapkan.
      2. Di antara faedah ayat ini, yaitu :
  • Ibadah  hanya ditujukan kepada Alloh ta’ala saja. seseorang tidak boleh memalingkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain Alloh ta’ala.
  • Pentingnya memohon pertolongan kepada Alloh ta’ala dalam upaya mencapai hal yang kita inginkan.
  • Di dalamnya ada obat hati dari penyakit bergantung kepada selain Alloh ta’ala, penyakit riya, ujub dan sombong.
  • Beribadah dan memohon pertolongan kepada Alloh merupakan wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Selanjutnya, Alloh ta’ala berfirman, اهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيمَ ,Tunjukilah Kami jalan yang lurus.

Yakni, tunjukkanlah kami, bimbinglah kami dan beritaufiqlah kami kepada jalan yang Lurus, kokohkanlah kami berada di atasnya hingga kami berjumpa denganMu. Jalan itu adalah al-Islam, yaitu suatu jalan yang jelas yang akan menyampaikan kepada keridhoan Alloh dan kepada SurgaNya, yang telah ditunjukkan oleh penutup para Rosul dan para nabi, yaitu Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam. Tak ada jalan menuju kepada kebahagiaan seorang hamba melainkan dengan istiqomah di atas jalan tersebut (At Tafsir al Muyassar)

Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di mengatakan, Maknanya yaitu : “Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim yaitu jalan yang lurus.” Jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus (shirathal mustaqiim) adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya. Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. Dengan begitu do’a ini merupakan salah satu do’a yang paling lengkap dan merangkum berbagai macam kebaikan dan manfaat bagi diri seorang hamba. Oleh sebab itulah setiap insan wajib memanjatkan do’a ini di dalam setiap rakaat shalat yang dilakukannya. Tidak lain dan tidak bukan karena memang hamba begitu membutuhkan do’a ini (lihat Taisir Karimir Rahman, ibnu Sa’di)

Di antara faedah yang dapat kita pertik adalah :

  1. Di dalam ayat ini terdapat intisari bantahan kepada seluruh ahli bid’ah dan penganut ajaran sesat. Karena pada hakikatnya semua pelaku kebid’ahan maupun penganut ajaran sesat itu pasti menyimpang dari jalan yang lurus; yaitu memahami kebenaran dan mengamalkannya.
  2. Hendaklah seorang hamba senantiasa memohon kepada Alloh agar mendapatkan petunjukNya, dibibing olehNya dalam meniti petunjuk tersebut. Karena, sungguh ia sangat butuh kepada petunjukNya.  Wallohu a’lam

 

Sumber :

  1. At Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor bidang Tafsir dibawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turkiy.   
  2. Taisiir al Karimi ar Rohman fii Tafsiri Kalami al Mannaan, Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’diy, Tahqiq: Abdurrohman bin Ma’la al Luwaihiq. Penerbit: Muassasah ar Risalah. Cet.I Th.1430 H /2000 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *