Tafsir Surat al Fatihah (3)

Alhamdulillah, pada tulisan sebelumnya kita telah membahas firman Alloh ta’ala,

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Segala Puji bagi Alloh tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dan, diantara hal penting yang telah kita ketahui bahwa ;

  1. Alloh Maha terpuji baik di langit maupun di bumi ( Qs, ar Ruum :18), di dunia maupun di akhirat ( Qs. al Qoshosh : 70 dan Qs. Qs. Saba: 1).
  2. Segala bentuk pujian adalah hanya untuk Alloh, hal ini ditunjukkan oleh alif dan lam pada kata “الْحَمْدُ“.
  3. Kata الحمد merupakan pujian di mana Alloh memuji diriNya. Terkandung di dalamnya perintahNya kepada hamba-hambaNya agar memujiNya dengan mengucapkan kata tersebut.
  4. Alloh adalah Robb semesta alam. Yaitu, bahwa Dialah “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya” ( Qs. asy Syu’aro: 23-24)
  5. الرحمن dan الرحيم adalah sifat dan nama Alloh ta’ala. Kata, “الرحمن” lebih luas cakupan maknanya dari pada kata, “الرحيم”  karena, kata, “الرحمن” yaitu Dzat yang memilki rahmat yang menyeluruh kepada semua makhluq di dunia, dan bagi orang-orang yang beriman di akhirat. adapun الرحيم,  Dzat yang memiliki rahmat (yang diberikan secara khusus) kepada orang-orang yang beriman kelak pada hari kiamat. Inilah yang menjadi pendapat kebanyakan para ahli ilmu.

Pembaca yang budiman…

Selanjutnya, Alloh tabaroka wata’ala berfirman, “

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

“ (Yang menguasai di Hari Pembalasan).

Dalam ayat ini, Alloh tabaroka wata’ala menghabarkan bahwa Dialah satu-satunya yang menguasai pada hari itu, “ Yaumuddin “. Dalam ayat ini tidak dijelaskan tentang “ yaumuddin “ tersebut. Alloh memberikan penjelasan dalam ayatNya yang lain,

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ (17) ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ (18) يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ (19)

Artinya : Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?, Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah  (Qs. al Infithor : 17-19).

Adapun yang dimaksud dengan “الدِّينِ ”  dalam firman Alloh, مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ  adalah الجزاء (pembalasan). Makna ini pula yang dimaksud oleh firman Alloh ta’ala,

يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ

 Artinya : Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya) (Qs. an Nur : 25).

Pembaca yang budiman…

Mengapa dalam ayat ini, Alloh hanya menyebutkan bahwa Dialah yang menguasai hari pembalasan, tak ada yang menjadi raja pada hari itu selain diriNya, Alloh menyandarkan kekuasaan kepada hari itu  ?

Syaikh as Sa’di di dalam tafsirnya mengatakan,

وأضاف الملك ليوم الدين، وهو يوم القيامة، يوم يدان الناس فيه بأعمالهم، خيرها وشرها، لأن في ذلك اليوم، يظهر للخلق تمام الظهور، كمال ملكه وعدله وحكمته، وانقطاع أملاك الخلائق. حتى [إنه] يستوي في ذلك اليوم، الملوك والرعايا والعبيد والأحرار.

كلهم مذعنون لعظمته، خاضعون لعزته، منتظرون لمجازاته، راجون ثوابه، خائفون من عقابه، فلذلك خصه بالذكر، وإلا فهو المالك ليوم الدين ولغيره من الأيام.

Alloh menyandarkan kekuasaan kepada hari pembalasan, yaitu hari Qiyamat, hari dimana pada hari itulah manusia menerima balasan amalnya, amal yang baik maupun amal yang buruk, karena pada hari itu nampaklah sempurnanya kekuasaan Alloh  bagi para makhluq, sempurnanya kekuasaan dan keadilannya serta hikmah-Nya, serta terputusnya kekuasaan-kekuasaan makhluq sehingga pada hari itu samalah kedudukan para raja ( waktu di dunia ) dengan rakyatnya, sama pula kedudukannya antara seorang hamba sahaya dengan orang yang merdeka.

Semua makhluq-Nya tunduk kepadaNya karena keagunganNya, merendahkan diri kepadaNya karena kemulyaanNya, mereka menunggu untuk mendapatkan balasan atas amalnya, mereka mengharapkan pahala kepadaNya, mereka takut akan siksaNya. Oleh karena itulah, Alloh menghususkan penyebutannya. Sekalipun tidak, maka sebetulnya Dia adalah Raja atau penguasa pada hari pembalasan dan pada hari-hari lainnya.

Pembaca yang budiman….

Paling tidak, tat kala seorang muslim membaca ayat ini baik dalam sholat maupun di luar sholat menjadi pengingat baginya akan adanya suatu hari di mana amalnya akan mendapatkan balasan dengan seadil-adilnya dari Alloh subhanahu wata’ala Dzat yang Maha Adil. Oleh kerenanya, hal ini akan mendorongnya untuk mempersiapkan diri menghadapinya dengan melakukan berbagai amal sholeh yang mampu untuk dilakukannya dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kejelekan yang hanya akan mendatangkan dosa dan murkaNya.

Akhirnya, semoga Alloh tabaroka wata’ala mengaruniakan taufiq kepada kita untuk melaksanakan setiap amal sholih yang mampu kita lakukan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan serta kita terlindung dari keburukan godaan syetan makhluq yang terkutuk. Wallohu a’lam ( Abu Umair )

Sumber :

  1. Adwa’ul Bayaan Fii Iidhohi al-Qur’an bil Qur’an, Syaikh Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdil Qodir al-Janki asy-Syanqithi (wafat: 1393H), penerbit: Daarul Fikri Lith Thiba’ah wan Nasyr wat Tauzi’ Bairut- , 1415 H/1995 M.
  2. 2.    At Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor bidang Tafsir dibawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turkiy.   
  3. 3.    Taisiir al Karimi ar Rohman fii Tafsiri Kalami al Mannaan, Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’diy, Tahqiq : Abdurrohman bin Ma’la al Luwaihiq. Penerbit : Muassasah ar Risalah. Cet.I Th.1430 H / 2000 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *