Syubhat 2 :
Apakah shalat hanya sekedar membuang-buang waktu, sedang seseorang tidak memiliki sisa waktu dari aktifitasnya hanya sekedar untuk dibuang percuma?
Bantahan :
Saudaraku… Shalat juga bukan membuang-buang waktu. Ketika seseorang terlepas dari kesibukan kerja dan hiruk-pikuk orang-orang yang datang dan pergi, menyelinap dari kepenatan mengambil dan memberi, menjual dan membeli, percekcokan dan negosiasi, belajar dan mengajar dan menyelesaikan perkara orang-orang yang menghadap kepadanya, kemudian ia berdiri di tempat shalatnya, melepaskan diri dari setiap gangguan-gangguan tersebut, maka jiwanya menjadi tenang, hatinya berubah tenteram, badannya dapat beristirahat, kemarahannya mereda, hawa nafsunya terkekang dan diam barang beberapa menit guna bermunajat kepada Dzat yang ia cintai.
Rasa cinta akan mencapai puncaknya # Kala berdua dengan yang kamu cinta
Selanjutnya memohon pertolongan dan dukungan kepadaNya, meminta diberikan kekuatan dalam berbuat baik, sabar di atas mujahadah (perjuangan), meminta maaf bila berbuat jahat kepada makhluk manapun, baik berupa pandangan sinis, maupun ucapan atau tindakan kasar. Maka, (aktifitas pada) menit-menit tersebut bagaikan mengisi baterai dan mendinginkan mesin.
Dari titik tolak yang mulia inilah, bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dirundung suatu perkara, maka ia bersegera shalat. Bila beliau kembali dalam keadaan lelah setelah memerangi para musuh, maka ia berkata, “Wahai Bilal, nyamankan kami dengan shalat!” Yakni kumandangkanlah adzan shalat agar shalat membuat kami beristirahat dari derita kehidupan dan problematikanya.
Manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas kekuatannya, tidak mampu melakukan pekerjaan secara maraton. Karena itu, perlu istirahat jasmani dan akal. Dan tidaklah ada kesempatan untuk melakukan hal itu melainkan di dalam shalat. Istirahat mewakili separuh kehidupannya. Karena itu, Allah subhaanahu wata’ala menjadikan malam sebagai ketenangan, dan tidur sebagai istirahat.
Berapa lama orang menghabiskan waktunya untuk shalat? Sesungguhnya jika dia melakukannya dengan lama, itu pun tidak akan mencapai seperempat jam. Apakah kamu kikir kepada dirimu, wahai orang yang berakal, sehingga enggan meluangkan menit-menit yang tidak seberapa itu, dari waktu ke waktu dari harimu untuk mendapatkan berbagai manfaat tersebut, sementara kamu rela mendermakan waktu yang panjang hanya sekedar untuk membuangnya dengan sia-sia? Sekedar berkunjung dan begadang malam?
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet