Syubhat Seputar Hijab (8) : Menghalangi Berhias

Pembaca yang budiman…

Syubhat ini -sebagaimana yang terdahulu- lebih tepat disebut syahwat dari pada syubhat. Ia adalah nafsu buruk, sehingga menghalangi para wanita ber-hijab.

Tetapi wanita yang menurutkan dirinya di belakang nafsu ini. Patut kita pertanyakan: “Untuk siapa engkau pamer aurat? Untuk siapa engkau berhias?”

Jika jawabannya: “Aku memamerkan tubuhku dan bersolek agar semua orang mengetahui kecantikan dan kelebihan diriku,” maka kembali kita perlu bertanya:

“Apakah kamu rela, kecantikanmu itu dinikmati oleh orang yang dekat dan yang jauh darimu?”

“Relakah kamu menjadi barang dagangan yang murah, bagi semua orang, baik yang jahat maupun yang terhormat?”

“Bagaimana engkau bisa menyelamatkan dirimu dari mata para serigala yang berwujud manusia?”. “Maukah kamu, jika dirimu dihargai serendah itu?”

Kisah Nyata

Seorang artis terkenal, mengadakan lawatan di salah satu negara teluk, untuk memeriahkan sebuah pesta malam kolosal di negara tersebut. Bersama grupnya, ia akan menggelar konser spektakuler.

Salah seorang wanita shalihah menghubungi artis tersebut via telepon. Ia akan melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar. Segera ia mencari nomor telepon kamar di hotel tempat artis itu menginap. Setelah menemukannya, ia segera menghubungi. Selanjutnya terjadilah dialog seperti di bawah ini:

Ukhti: “kami ucapkan selamat atas kedatangan anda di negeri kami. Kami senang sekali atas kehadiran anda disini. Kami ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda, saya harap anda sudi menjawabnya.”

Artis: ” Dengan segala senang hati, silahkan anda bertanya!”

Ukhti: “Jika anda memiliki barang yang berharga, dimana anda akan meletakkannya?”

Artis:”Di tempat yang khusus, aku akan menguncinya sehingga tidak seorangpun bisa mengambil.”

Ukhti:”Jika sesuatu itu barang yang amat berharga sekali, di mana anda akan menyembunyikannya?”

Artis:”Di tempat yang sangat khusus, sehingga tak ada satu tangan pun bisa menyentuhnya.”

Ukhti: “Apakah sesuatu yang paling berharga yang dimiliki oleh seorang wanita?”

Artis : “(Lama tidak ada jawaban)

Ukhti: Bukankah kesucian dirinya sesuatu yang paling berharga yang ia miliki?”

Artis : “Benar….Benar, sesuatu yang paling berharga dari milik wanita adalah kesuciannya.”

Ukhti: ‘Apakah sesuatu yang amat berharga itu boleh dipertontonkan di muka umum?”

Dari sini artis itu mengetahui kemana arah pembicaraan selanjutnya. Ia tercenung beberapa saat, lalu berteriak riang, seakan suara itu dari lubuk fithrahnya. Ia tersadarkan.

Artis: “Ini sungguh ucapan yang pertama kali kudengar selama hidupku. Saya harus bertemu anda, sekarang juga! Saya ingin lebih banyak mendengarkan petuah-petuah anda”.

Wahai ukhti, jika engkau menampakkan auratmu dan bersolek demi suamimu atau di depan sesama kaummu maka hal itu tidak mengapa selama tidak keluar dari rumah. Jika antar sesama wanita, maka hendaknya engkau tidak menampakkan aurat yang tidak boleh dilihat sesama wanita, yakni antara pusar dengan lutut.

Perumpamaan

Saudariku, engkau amat mahal dan berharga sekali. Pernahkah terlintas dalam benakmu, bagaimana seorang pembeli membolak-balik barang yang ingin dibelinya? Jika ia tertarik dan berniat membelinya, ia akan meminta kepada sang penjual agar ia diambilkan barang baru sejenis yang masih tersusun di atas rak. Ia ingin agar yang dibelinya adalah barang yang belum pernah tersentuh oleh tangan manusia.

Renungkanlah perumpamaan ini baik-baik. Dari sini, engkau akan tahu betapa berharganya dirimu, yakni jika engkau menyembunyikan apa yang harus engkau sembunyikan sesuai dengan perintah Allah kepadamu. Semoga Alloh memberikan taufiq.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *