Setia adalah akhlak tinggi yang dengannya orang-orang berjiwa menghiasi diri. Saling setia antar pasangan suami istri, tidak saling melupakan kebaikan, saling menghargai, saling menjaga kasih sayang, dan saling memenuhi hak adalah perkara yang wajib diperhatikan, terlebih di saat umur sudah tua, sakit, atau kondisi-kondisi lainnya. ‘Aisyah berkata :
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا بِي أَنْ أَكُوْنَ أَدْرَكْتُهَا وَمَا ذَاكَ إِلَّا لِكَثْرَةِ ذِكْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَهَا وَإِنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ فَيَتَتَبَّعَ بِهَا صَدَائِقَ خَدِيْجَةَ فَيُهْدِيْهَا لَهُنَّ
Aku tidak pernah merasa cemburu dengan istri-istri Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- seperti cemburunya aku dengan Khadijah. Padahal aku tidak pernah bertemu dengannya. Hal itu tidak lain karena Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- sering menyebutnya. Apabila menyembelih kambing beliau mencari teman-teman Khadijah lalu menghadiahi mereka.” (Shahih at-Tirmidzi)
Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- berkata, bahwasanya Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
اِذْهَبُوْا بِهِ إِلَى فُلَانَةٍ فَإِنَّهَا كَانَتْ صَدِيْقَةَ خَدِيْجَةَ اِذْهَبُوْا بِهِ إِلَى بَيْتِ فُلَانَةٍ فَإِنَّهَا كَانَتْ تُحِبُّ خَدِيْجَةَ
Bahawalah ke Fulanah, karena dia dahulu teman Khadijah ! Bawalah ke rumah Fulanah, karena dia dahulu menyukai Khadijah.” (Shahih al-Adab al-Mufrad)
Di dalam hidis ini terdapat makna kesetiaan yang tinggi dari Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- teruntuk istrinya, Khadijah –semoga Allah meridhainya- bahkan bertahun-tahun setelah wafatnya. Termasuk kesetiaan kepada istrinya adalah dengan memuliakan teman-temannya.
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ قَالُوا لِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ بكُفْرِهِنَّ قِيلَ يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ وَلَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطّ.
Dan aku melihat Neraka, aku tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti itu. Aku melihat yang paling banyak penghuninya adalah perempuan. “Para sahabat bertanya, “ Mengapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab ,”Karena kekufuran mereka.” Ditanyakan (kepada beliau) “Apakah kufur kepada Allah ?”Beliau menjawab, “Mengkufuri al-‘Asyir (suami) dan mengingkari kebaikan. Apabila engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka sepanjang masa, lalu melihat sesuatu darimu, maka ia akan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikanmu.” (Shahih al-Bukhari)
Kata al-‘Asyir dalam hadis ini maksudnya ; orang yang lama bergaul dan menemaninya, yang dimaksud adalah suami. Hadis ini memakai kata al-‘Asyir padahal membicarakan perempuan yang mengingkari kebaikan suaminya. Maka, hadis ini mencakup siapa saja yang mengingkari kebaikan pasangannya secara umum.
Wallahu a’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 73)
Amar Abdullah bin Syakir