Sucikan Aku dari “Dosa Zina”

(Kisah Pertaubatan Perempuan Ghamidiyah)

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari Buraidah, (ia berkata) :

Bahwa seorang perempuan yang dipanggil perempuan ghamidiyah datang kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- lalu dia berkata, “wahai Rasulullah, sesugguhnya aku telah berzina, maka sucikanlah aku.’ Namun Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- menolaknya. Keesokan harinya, dia berkata, ‘Ya Rasulullah, mengapa engkau menolakku ? Barangkali engkau menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz ? Demi Allah, sesungguhnya aku ini benar-benar hamil.’ Maka, Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, ‘jika engkau tidak mau begitu, (maknanya, apabila engkau menolak untuk menutupi aib lalu engkau bertaubat dan menarik kembali ucapanmu, maka pergilah sehingga engkau melahirkan, lalu engkau akan dirajam setelah itu) maka pulanglah sehingga engkau melahirkan.’ Ketika dia telah melahirkan, dia datang kepada beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- dengan menggendong bayi tersebut dengan menggunakan sebuah potongan kain, dia berkata, ‘Ini, sekarang aku telah melahirkannya. Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, ‘Pulanglah !, lalu susuilah bayimu ini sehingga engkau menyapihnya. ‘Manakala dia telah menyapihnya, dia datang kembali kepada Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- dengan membawa anak itu yang pada waktu itu sudah bisa memegang sepotong roti, lalu dia berkata, ‘Ini wahai nabi Allah, aku telah menyapihnya dan dia sudah makan makanan. Lalu, dia menyerahkan anak itu kepada seorang laki-laki dari kaum muslimin, kemudian beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam-memerintahkan agar wanita ghamidiyah itu dikubur di dalam tanah sampai batas dadanya, dan beliau memerintahkan orang-orang agar merajamnya, lalu datanglah Khalid bin Walid dengan membawa sebongkah batu, lalu dia melemparkan batu tersebut ke kepalanya sehingga memuncratlah darah ke wajahnya, maka dia mencelanya. Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- mendengar cacian Khalid kepada perempuan tersebut, maka beliau bersabda, ‘Sabar wahai Khalid ! Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh perempuan ini telah bertaubat dengan suatu taubat yang seandainya dilakukan oleh shahib maks (pemungut pajak) niscaya dosanya diampuni.’ Kemudian beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkan agar dia dishalatkan dan dikuburkan. (Shahih Muslim)

Wahai orang yang berlebihan terhadap dirinya sendiri ! Belumkah tiba waktunya untuk bertaubat yang akan diterima oleh Dzat Yang Maha mengampuni dosa-dosa ?

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

 

وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.

وَاتَّبِعُوْٓا اَحْسَنَ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَّاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya,

اَنْ تَقُوْلَ نَفْسٌ يّٰحَسْرَتٰى عَلٰى مَا فَرَّطْتُّ فِيْ جَنْۢبِ اللّٰهِ وَاِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِيْنَۙ

agar jangan ada orang yang mengatakan, ‘Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),’

اَوْ تَقُوْلَ لَوْ اَنَّ اللّٰهَ هَدٰىنِيْ لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

atau (agar jangan) ada yang berkata, ‘Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa,’

اَوْ تَقُوْلَ حِيْنَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ اَنَّ لِيْ كَرَّةً فَاَكُوْنَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ

atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, ‘Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.’

بَلٰى قَدْ جَاۤءَتْكَ اٰيٰتِيْ فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ –

Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.”

(Qs. Az-Zumar : 53-59)

Wallahu A’lam

Sumber :

Wa Laa Taq-rabuu al-fawaahisya, Jamal Abdurrahman Ismail (ei, hal.49-52)

Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *