Suami yang pelit merupakan tipe suami yang buruk. Secara umum, tabiat wanita itu mencintai keindahan hidup, kesenangan, dan harta. Akan tetapi, orang yang pelit lebih besar lagi cintanya terhadap harta. Bedanya, wanita senang memiliki harta yang banyak untuk ia belanjakan hingga tidak ada lagi yang tersisa di tangannya. Sedangkan orang yang pelit mencintai harta untuk ia simpan dan tidak pernah keluar dari genggaman tangannya selamanya. Dari sinilah akan timbul kontradiksi yang saling berlawanan. Sang suami tidak mau mengeluarkan harta, sedangkan sang istri senang berbelanja.
Terlepas dari hal itu, seorang wanita itu bila ia menginginkan banyak uang untuk bersenang-senang, ia juga merasa bahwa uang yang diberikan oleh suaminya kepadanya merupakan bukti cinta suaminya kepadanya. Pendapatnya ini tidak salah. Akan tetapi orang yang pelit tidak akan pernah memberikan bukti cintanya itu walaupun ia mencintainya. Cinta yang palsu. Karena cintanya terhadap harta merupakan angan-angan puncaknya. Itulah cintanya yang pertama dan hatinya selalu terikat pada harta tersebut setiap kali ia berkehendak. Akan tetapi, orang yang pelit itu menjadikan harta sebagai cinta pertama dan terakhir. Ia tidak peduli terhadap istrinya. Biarlah ia hidup dalam neraka kesengsaraan.
Persoalan ini tidak sebatas itu saja. Orang yang pelit dalam persoalan hartanya biasanya juga pelit dalam persoalan perasaannya. Ia tidak mungkin mengucapkan kata-kata cinta, atau ucapan yang mengagumkan, atau pujian untuk istrinya. Karena, ia khawatir bila istrinya nanti menginginkan kekayaannya. Semuanya demi kekayaannya.
Seorang suami yang pelit merupan tipe suami yang paling buruk secara mutlak karena ia membuat istrinya hina dan membuatnya malu dalam kehidupan sosial. Ia telah membuatnya merasa bahwa bahwa hidup dan matinya terasa sempit dalam dirinya sendiri, di rumah, di mata anak-anaknya, kerabatnya, rekan-rekannya, dan di tempat manapun yang ia singgahi. Sebab, kepelitan suaminya tergambar di wajah, pakaian, perhiasan, rumah, kendaraaan, dan semua aspek kehidupannya. Adalah neraka bagi seorang wanita yang masa depannya berada di tngan seorang suami yang pelit.
Wallahu a’lam
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Dinukil dari, “Aswa-ul Azwaj”, karya : Abdullah al-Ju’aitsan (eid,hal. 33-34)