Suami Lelah Kerja, Istri Bersikap Boros

Suami bermandi peluh dan membanting tulang mengumpulkan uang untuk keluarga. Namun dengan ceroboh dan tanpa perhitungan, dalam waktu satu jam, istri menghabiskan apa yang dikumpulkan suami selama setahun. Pasalnya, si istri telah melihat wanita tetangganya memiliki vas bunga cantik berharga murah, hanya beberapa puluh ribu.

Ia juga melihat saudarinya mempunyai telapak meja yang harganya sebanding dengan jumlah gaji bulanan suaminya. Pun lemari anak-anak telah penuh sesak oleh baju-baju bermerek internasional. Tetapi wanita ini merasa harus membeli bebarapa lemari lagi, sebab ada model-model baju yang menyilaukan matanya dan menawan hatinya, sementara ia tidak sanggup meredam keinginannya.

Di pihak lain, suami melihat harta yang ia kumpulkan dengan susah payah sampai rela begadang dengan begitu mudahnya mengalir melalui sela-sela jari istrinya untuk kemudian masuk ke kantong orang lain. Sedangkan ia tidak cukup tega mengeluarkan kata ‘tidak’. Sebab, jika ia menolak, air mata istri mengalir deras hingga hampir menenggelamkannya. Dan, jika ia menyampaikan pendapat lain, lidah istrinya seakan dihunus dari sarungnya mematahkan semua pendapat.

Duhai sekiranya semua ini mempu menenangkan jiwa istri dan memuaskan keinginannya, lalu ia mengucapkan terima kasih kepada suami dengan senyuman manis dan kata-kata lembut, sehingga dapat menutup kembali luka dongkol yang telah dibuka kebodohan dan kehendaknya yang tiba-tiba. Namun, ketidak puasan, hobi mengoleksi dan ambisi memiliki semua hal yang baru telah menanamkan perasaan gundah dalam jiwa istri dan memakaikan cadar kemarahan, serta merasa kurang pada wajahnya. Ia selalu berwajah masam, murung, susah dan benci terhadap kemampuan ekonominya.

Suami dengan tersenyum ramah meminta bantuan finansial kepada kawan-kawannya, hingga ia menanggung hutang begitu besar. Akibatnya, ia selalu menyembunyikan hidungnya dari orang-orang yang memberi hutang dan ia tak berani bertemu kawan-kawan dan handai tolannya. Mungkin syair di bawah ini cukup jelas memberi gambaran akan kerakusan sebagian wanita dan cinta mereka pada harta Pujangga

 

‘Alqamah al-Fahl mengatakan :

Jika kalian menanyaiku tentang wanita

Maka akulah dokter yang sangat mengenal penyakit-penyakit wanita

Bila seseorang telah beruban atau hartanya sedikit

Ia takkan sedikitpun mendapat cinta mereka

Mereka menginginkan harta melimpah di mana mereka mengetahuinya

Dan bagi mereka, usia muda begitu menggairahkan

(Diwanu ‘Alqamah al-Fahl Bi Syarhil A’lam Asy-Syantamri, hal. 35-36)

 

Betapa menusia mencemooh wanita yang boros dan mereka membuat ungkapan-ungkapan yang menggambarkan kerakusan wanita dan menampakkan kebodohannya. Berikut ini sebagian ungkapan-ungkapan mereka.

Salah seorang dari mereka mengatakan, “Wanita itu penyejuk hati dan setan-setan penguras saku.”

John Barrymore mengatakan, “Wanita itu satu-satunya makhluk yang tidak mengetahui apa yang harus dimilikinya sebelum ia membelinya.”

Sedangkan Voster Wallker berkata, “Wanita itu selalu siap membeli barang apa pun yang ia yakini bahwa penjual akan rugi karenanya.”

Ada sebuah pepatah berbahasa inggris berbunyi,”Wanita itu seperti jalan, perawatannya membutuhkan biaya besar.”

Alexandre Dumas mengatakan, “Pernikahan itu sama dengan perpindahan tabunganmu secara berangsur-angsur dari kantongmu ke kantong istrimu.”

Derzaili berkata, “Takkan lagi lahir wanita yang tidak mau membeli sesuatu yang sepele dengan harga tinggi.”

Emile Zola berkata, “Kesenangan wanita yang bodoh adalah membelanjakan harta suami untuk memancing kemarahan wanita-wanita lain.”

Hanya saja pendidikan berbasis ajaran Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam- yang hakiki menolak mempersepsikan wanita dengan gambaran yang buruk ini dan tidak mengizinkan lelaki menilai wanita dengan penilaian materialistis seperti ini. Untuk itu, ajaran beliau bekerja meluruskan tabiat wanita dan membersihkan budi pakertinya. Ketika ditanya tentang wanita yang paling baik, maka beliau bersabda:

Yaitu wanita yang membahagiakan suami bila ia memandangnya, menaatinya bila ia memerintahnya, dan tidak menyelisihinya terkait diri dan hartanya dengan sesuatu yang tidak disukai suami. “

Dalam sejarah perjalanan hidup para Ummahatul Mukminin dan shahabiyah yang mulia terkandung keteladanan paling agung dan contoh paling indah. Fathimah –semoga Allah meridhainya– memberikan kita deskripsi nyata tentang seorang wanita Muslimah yang penyabar, mengerti kondisi suami, dan tidak membebaninya dengan beragam permintaan.

Suaminya, Ali bin Abi Thalib, menghadapi ekonomi yang sulit. Lantas apa yang Fathimah lakukan ? Apakah ia mengeluhkan nasibnya ini dan membuang muka dari suaminya ? Apakah ia menanamkan perasaan kekurangan dalam dirinya ? Lihat apa yang dilakukannya !

Tatkala Fathimah tak kuasa lagi menahan lapar dan dampak laparnya mulai nampak di wajahnya, Ali terkejut dengan perubahan ini dan ia segera menanyainya, “Kenapa engkau, wahai Fathimah ? “

Sudah tiga hari saya tidak mendapati suatu makanan di rumah,,!” , Jawab Fathimah. Ali bertanya lagi,”Kenapa engkau tidak memberitahuku ?”

Pada malam pernikahan, ayahku, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– berpesan kepadaku ‘Wahai Fathimah, bila Ali memberimu sesuatu, makanlah. Dan bila tidak, maka jangan meminta kepadanya’, Jawab Fathimah.

Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridhainya- berkata menyebutkan sebaik-baik wanita, “Sebaik-baik wanita kalian adalah yang berbau wangi, dan memakan yang baik-baik. Bila mengeluarkan harta, tidak berlebihan; dan bila menahannya, juga tidak berlebihan. Wanita seperti ini termasuk pekerja Allah. Dan, pekerja Allah itu tidak akan kecewa (Bahjatul Majalis, III : 33)

Wallahu A’lam

Sumber :

Dinukil dari, “Ya Ma’syaran Nisa Rifqan bir Rijal“, karya : Dr. Najah binti Ahmad Zhihar (ei, hal.55-59)

Amar Abdullah bin Syakir

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *