Sihir Yang Mengandalkan Bantuan Makhluk Kasat Mata

Jenis sihir ini terjadi dengan cara memohon bantuan jin dan setan dengan mantra-mantra, bacaan (wirid), serta pengagungan terhadap mereka, dengan maksud memohon bantuan mereka dalam pekerjaannya dengan didahului oleh ritual-ritual tertentu, menghinakan diri di hadapan mereka, serta mewajibkan dirinya untuk komitmen terhadap perjanjian-perjanjian yang mengeluarkan dirinya dari koridor iman dan rasa tawakkal kepada Allah ta’ala menuju kekufuran dan bergabung di bawah barisan pasukan iblis terlaknat. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa bertawakkal dan memohon bantuan kepada bangsa jin tidak bermanfaat sama sekali, justru sebaliknya hanya akan menghasilkan kelemahan dan ketergantungan kepada mereka. Allah ta’ala berfirman,

 

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا


Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Qs. al-Jinn : 6)


Dalam ayat ini terdapat petunjuk yang pasti bahwa adanya hubungan antara manusia dan bangsa jin. Selain itu, hubungan tersebut tidak menghasilkan kebaikan, bahkan hanya menghasilkan kelemahan.


Sihir jenis ini, yaitu yang mengandalkan alam halus (ruh) terbagi peranannya menjadi dua, yaitu hakiki dan bukan hakiki. Yang pertama yaitu tukang sihir berhubungan dengan jin secara hakiki. Jenis ini sedikit, bahkan sangat jarang pada masa kita sekarang ini. Perlu diperhatikan bahwasanya tidak boleh mencampuradukkan antara tukang sihir yang mampu berhubungan dengan jin, juga yang dalam aksinya ada dosa, kekufuran dan kesesatan dengan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang mampu menundukkan bangsa jin sebagai mu’jizat untuk menampakkan kenabiannya. Masalah ini tidak seperti yang diyakini Kaum Yahudi –semoga Allah membinasakan mereka- bahwasanya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam adalah tukang sihir dan bahwa beliau mendirikan kerajaannya dengan cara sihir dan membodohi manusia. Nabi Sulaiman bukanlah penyihir, tidaklah pantas seorang Nabi menjadi penyihir, al-Qur’an membantah dan membebaskan Nabi yang mulia ini dari tuduhan tersebut. Allah ta’ala berfirman,

 

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ


Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (Qs. al-Baqarah : 102)


Adapun jenis yang bukan hakiki, maka ia lebih banyak beredar khususnya pada bangsa-banngsa yang primitif, terbelakang, tertindas dan terjajah. Tukang sihir yang mengaku mampu berhubungan denga jin menggunakan berbagai macam cara, di antaranya dengan menggunakan sapu tangan dengan cara menutupkannya pada gelas kecil yang berisi sedikit air dan minyak, atau dengan cara mengocoknya dalam botol kaca, atau menggerak-gerakkan gelas di atas papan yang ditulisi huruf abjad, atau dengan membakar kemenyan, atau menghadirkan jin pada seseorang yang menjadi medianya dan cara-cara sesat lainnya. Para penyihir dajjal yang mengaku mampu menghadirkan jin adalah penyihir yang paling keji, banyak melakukan makar dan licik serta paling mempu untuk meyakinkan orang, bahkan mengambil harta mereka, dan para penyihir jenis ini termasuk orang-orang yang paling kaya.


Wallah A’lam


Sumber :


“As-Sihru wa As-Sahrah min Minzhar al-Qur’an wa As-Sunnah
”,
Dr. Ibrahim Kamal Adham, ei, hal. 49


Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *