Sihir dan Cara Terlepas diri dari Pengaruhnya

Khutbah Pertama :

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ؛ إِلَهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَقُيُوْمُ السَمَاوَاتِ وَالأَرْضِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الوَعْدِ الأَمِيْنَ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

 

Kaum muslimin, rahimakumullah, wahai hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah. Karena, siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan menjaga dan membimbingnya kepada sebaik-baik urusan, baik urusan agama maupun urusan dunianya.

Kaum muslimin, rahimakumullah.

Ketahuilah, di antara bentuk ketakwaan seorang hamba kepada rabbnya ‘azza wajalla adalah menjauhkan dari segala bentuk dosa, baik kecil maupun besar. Karena dengannya seorang hamba akan terselamatkan dari siksa di akhirat dan kesengsaraan di dunia.

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Di antara dosa besar yang akan membinasakan pelakunya adalah “sihir”. Sihir juga merupakan kejahatan yang besar, merupakan bentuk kemunkaran. Banyak nash-nash syariat yang memperingatkan atau bahkan mengancam perbuatan ini atau hanya sekedar berdekat-dekatan dengannya.

Hakitat Sihir adalah ikatan perjanjian seseorang dengan setan yang menyebabkan bahaya yang banyak, di antaranya: seorang bisa terbunuh karena sihir, sakit, bercerai dengan istrinya, dan bahaya-bahaya lainnya yang tentu saja hanya terjadi atas kehendak Allah, sebagaimana Allah ‘azza wajalla menegaskan dalam firmanNya,

وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 103)

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Seseorang tidak akan menjadi penyihir atau tidak akan mampu menguasai ilmu sihir kecuali jika mereka kufur kepada Allah tabaraka wata’ala, menentang Al-Qur’an Al-Karim, menyelisihi syariat al-hakim, mendekatkan diri kepada setan dan jin, sebagaimana difirmankan Allah dalam kitab-Nya,

وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (101) وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ (102)

“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah: 101-102)

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Tukang sihir hukumnya adalah kafir kepada Allah jalla wa ‘ala. Allah berfirman,

وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

“Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’.” (QS. Al-Baqarah: 102)

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Seorang tukang sihir juga tidak akan beruntung selama-lamanya, baik di dunia dan maupun di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

“Tidak akan beruntung penyihir-penyihir itu dari mana pun mereka datang.” (QS. Thaha: 69)

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Penyihir termasuk orang yang memiliki andil sangat besar dalam melakukan pengerusakan di muka bumi ini. Allah ta’ala berfirman,

قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ

“Musa berkata: ‘Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya’. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang membuat kerusakan.” (QS. Yunus: 81)

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Sihir itu mampu menanamkan keraguan terhadap masyarakat yang terpercaya, melepaskan keimanan, menghancurkan generasi, dan tidak akan pernah mendatangkan kebaikan selama-lamanya bahkan ia menghadirkan kejelekan yang besar dan berbahaya, baik untuk perorangan ataupun masyarakat.

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Penyihir sangat layak bahkan wajib dieksekusi mati agar manusia selamat dari keburukannya. Kita tahu, tidak hanya satu kisah yang menceritakan bahwa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengeksekusi mati para tukang sihir. Oleh karena itu, wajib bagi seseorang yang mengetahui adanya person-person tertentu yang mempraktikkan dan dekat dengan ilmu sihir agar melaporkannya kepada pihak yang berwenang, agar orang lain bisa selamat dari bahaya yang ia timbulkan.

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Tidak selayaknya seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya mendatangi para tukang sihir baik sekedar mendatanginya, apalagi mendatanginya untuk bertanya kepadanya tentang suatu hal lalu membenarkannya. Apalagi ia mendatanginya dengan maksud untuk mendatangkan manfaat ataupun menolak mudharat. Bilamana hal tersebut dilakukan sungguh ia telah terjerumus ke dalam prangkap yang membahayakan dirinya.

Hal demikian, karena ukang sihir tersebut akan mendekatkan orang yang mengunjungi mereka kepada setan melalui banyak bentuk perantaraan. Semisal menyuruhnya untuk melakukan penyembelihan binatang dengan ciri dan sifat tertentu untuk dipersembahkan kepada setan yang mana setan tersebut diharapkan akan memberikan bantuan ataupun pertolongan kepadanya. Ini adalah kesyirikan yang nyata, karena adanya pemalingan hak Allah ta’ala kepada selainNya. Hal seperti ini adalah terlarang dalam agama kita, agama Islam yang mulia. Oleh karena itu, agama yang mulia memerintah kepada ummatnya agar menjauhakan diri dari salah satu dosa yang akan menghancurkan pelakunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan…” Di antaranya beliau sebutkan adalah sihir.

Kaum muslimin, rahimakumullah.

Namun, sungguh merupakan fenomena yang miris tatkala kita banyak jumpai orang-orang yang lemah keyakinannya, yang terlilit oleh berbagai macam problema kehidupan, entahlah itu masalah ekonomi, rumah tangga, pekerjaan, dan lain sebagainya, berbondong-bondong berdatangan kepada para tukang sihir yang berkedok sebagai seorang yang alim, yang berpenampilan sebedemikan bagus sehingga mereka tak menyadari bahwasanya orang yang mereka datangi tersebut tak lain dan tak bukan, hakikatnya dalah seorang tukang sihir. Mereka mendatangi para tukang sihir tersebut demi sebauah harapan yang mereka inginkan yaitu, terlepas dari problem yang kini tengah melilit mereka. Mereka siap melakukan apa saja yang diperintahkan oleh tukang sihir tersebut sekalipun harus mengorbankan kehormatannya, wal ‘iyadzubillah.

Mereka melupakan Dzat yang Mahaperkasa, Dzat yang kepadaNya disandarkan berbagai urusan, Dzat yang Mengabulkan jika diminta, Dzat yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Sungguh apa yang mereka lakukan, yaitu mendatangi para tukang sihir untuk mengatasi problema kehidupan yang tengah dihadapinya bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah. Namun justru merupakan maslah yang akan mendatangkan masalah yang bahayanya jauh lebih besar lagi.

Kaum Muslimin, rahimakumullah.

Hendaknya kita senantiasa bertakwa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya tatkala datang permasalahan. Dan hendaknya kita ketahui! Bahwa syariat kita, syariat Islam mengharamkan sihir. Alasannya karena sihir memiliki bahaya yang besar dan mengandung kerusakan yang sangat berbahaya karena sihir itu menghancurkan agama dan akidah. Kitapun diancam dengan ancaman yang keras bilamana kita datang kepada tukang sihir dan membenarkan ucapannya.

Dan kita memohon kepada Allah Dzat yang Mahaagung lagi Mahatinggi agar menjaga kita dan saudara kita kaum muslimin di mana saja berada, dengan penjagaannya yang baik, semoga pula Allah membebaskan mereka dari keburukan orang-orang yang melakukan keburukan, tipu daya orang-orang yang jahat, sesungguhnya Dia Maha berkah lagi Mahatinggi mendengar permohonan. Dialah Dzat yang selayakNya kita berharap kepadaNya, Dialah Dzat yang memberikan kecukupan kepada kita dan sebaik-baik Dzat untuk kita menyandarkan berbagai urusan.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ ورسوله

اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين، أما بعد :

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Ketauhilah! Segala sesuatu yang Allah syariatkan untuk para hambanya telah mencukupkan mereka. Allah tabaraka wata’ala juga telah mengganti solusi-solusi yang batil dan sesat itu dengan cara berdoa dan meminta hanya kepada-Nya. Bagi seseorang yang tertimpa suatu musibah atau permasalahan baik itu penyakit atau terkena sihir hendaknya mereka berdoa kepada Allah dengan merendahkan diri kepada-Nya. Karena Allah jalla wa ‘ala telah berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Kaum muslimin, rahimakumullah.

Hendaknya orang-orang yang tertimpa atau terkena sihir memiliki perhatian dalam membaca Al-Qur’an terlebih lagi membaca surat Al-Baqarah. Ada sebuah hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ؛ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ، وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

“Bacalah surat Al-Baqarah! Karena sesungguhnya membacanya adalah berkah, meninggalkannya akan kerugian, dan tukang sihir tidak bisa mengalahkannya.” (HR. Muslim no. 1910)

Dalam hadits yang lain beliau bersabda,

أَنَّ الشَيْطَانَ لَا يَدْخُلُ بَيْتاً تَقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ البَقَرَةِ

“Sesungguhnya setan tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.”

Dan ayat Al-Qur’an yang paling agung berkaitan dengan permasalahan ini adalah ayat kursi, dan lebih utama lagi dibaca di pagi dan sore hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَّ مَنْ قَرَأَهَا إِذَا أَصْبَحَ أُجِيْرُ مِنَ الشَّيَاطِيْنَ حَتَّى يُمْسِي، وَإِذَا قَرَأَهَا إِذَا أَمْسَى أُجِيْرُ مِنَ الشَّيَاطِيْنَ حَتَّى يُصْبِحُ

“Barangsiapa yang membacanya (ayat kursi) di pagi hari, ia akan dilindungi dari setan sampai sore hari. Dan barangsiapa yang membacanya di sore hari, ia akan dilindungi dari setan hingga pagi hari.”

Demikian juga membacanya sebelum tidur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَّ مَنْ قَرَأَهَا إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ لَمْ يَزَلْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ حَافِظٌ، وَلَا يَقْرَبُهُ شَيْطَانُ

“Barangsiapa yang membacanya saat berada di atas tempat tidurnya, maka ia senantiasa dalam perlindungan Allah. Setan tidak akan mendekat kepadanya.”

Demikian juga membaca dua ayat terakhir dari sura Al-Baqarah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan keutamaan dua ayat ini dalam sabdanya,

مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah di malam hari, ia akan dipalingkan.” (HR. Bukhari)

Maksudnya dipalingkan dari segala keburukan dan musibah.

Ayat lainnya yang harus diperhatikan juga dalam membacanya adalah tiga surat terakhir dalam Al-Qur’an; Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Dibaca di pagi hari masing-masing tiga kali dan di sore hari juga dibaca masing-masing tiga kali. Atau ketiganya dibaca sekaligus dalam shalat demikian juga membaca ayat kursi dalam shalat atau setelah shalat fardhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ دَبَرَ كُلَّ صَلَاةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعُهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ إِلَّا أَنْ يَمُوْتَ

“Barangsiapa yang membaca ayat kursi dalam setiap selesai shalat fardu, maka tidak ada yang menghalanginya untuk masuk ke surga kecuali kematian.”

Hal lainnya juga yang harus diperhatikan agar terhindar dari sihir adalah membaca dzikir pagi dan petang, membaca dzikir sebelum tidur, dan dzikir setelah shalat.

Kita juga harus menjaga hal-hal yang Allah wajibkan dan menjaga shalat lima waktu, terkhusus menjaga shalat subuh secara berjamaah di masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ

“Barangsiapa yang menunaikan shalat subuh, maka ia dalam perlindungan Allah.” (HR. Muslim)

Bersamaan dengan itu tidak lupa untuk menjauhkan diri dari berbagai bentuk kemasiatan dan kemungkaran.

Kaum Muslimin, rahimakumullah, kesemunya ini merupakan sebab keselamatan dan mendapatkan perlindungan dengan izin Allah tabaraka wata’ala.

Kita memohon kepada Allah jalla wa ‘ala agar menjaga kita semua dalam ketaan kepada-Nya dan agar Dia senantiasa melindungi kita dari keburukan dan pelakunya.

Wahai hamba-hamba Allah, bershalawatlah kepada Rasulullah Muhammad bin Abdillah dan ucapkanlah salam kepadanya seperti halnya yang Allah perintahkan kepada kalian di dalam kitabNya, Dia berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

Kaum muslimin, rahimakumullah.

Ketahuilah, sesungguhnya semakin banyak kita bershalawat kepada nabi kita Muhammad, niscaya akan semakin banyak kebaikan yang akan kita peroleh. Simaklah sabda kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدْ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ شَرْعِكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلْ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَالمَوْتُ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْنَا وَبِكَ آمَنَّا وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ آنَبْنَا وَبِكَ خَاصَمْنَا، نَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تَضِلَّنَا فَأَنْتَ الحَيُّ اَلَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا، وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا.

اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، وَارْحَمْ مَوْتَانَا مَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ ، وَنَفِّسْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنِ عَنِ المَدِنِيْنَ. اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ وَالِمحَنَ وَالزَلَازِلَ وَالفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.


Artikel   : www.hisbah.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *