Hukum, Berjamaah dalam Pelaksanaannya, dan Keutamaannya
Saudaraku…
Shalat tarawih merupakan shalat malam atau di luar Ramadhan disebut dengan shalat tahajud. Shalat tarawih adalah shalat yang hukumnya sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Dan, disyariatkan pelaksanaannya secara berjamaah di bulan ramadhan. Hal ini karena 3 alasan penting;
- Adanya legitimasi dari nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
- Tindakan beliau sendiri
- Adanya penjelasan beliau mengenai keutamaan pelaksanaan shalat tersebut secara berjama’ah.
Adapun legitimasi beliau, hal ini tercermin dalam hadits Tsa’labah bin Abi Malik al Qurozhiy, ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar suatu malam pada bulan ramadhan. Beliau melihat banyak orang di salah satu sisi masjid tengah melakukan shalat. Maka, beliau bertanya, apa yang dilakukan mereka ? menjawablah seseorang, wahai rasulullah mereka adalah sekelompok orang tak bersama mereka al Qur’an dan Ubaiy bin Ka’ab membaca dan mereka menjadi makmumnya. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ sungguh mereka telah melakukan kebaikan”, atau “ sungguh mereka benar” dan beliau tidak membenci hal tersebut dari mereka.” ( HR.al-BAihaqiy)
Adapun tindakan beliau sendiri, hal ini seperti tercermin dalam beberapa riwayat hadits, di antaranya :
-
Hadis Nu’man bin Basyiir
Dari Nu’man bin Basyiir, ia mengatakan,
قمنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم ليلة ثلاث وعشرين في شهر رمضان إلى ثلث الليل الأول ثم قمنا معه ليلة خمس وعشرين إلى نصف الليل ثم قام بنا ليلة سبع وعشرين حتى ظننا أن لا ندرك الفلاح قال وكنا ندعو السحور الفلاح
“ kami shalat bersama nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam 23 pada bulan ramadhan hingga 1/3 malam yang pertama, kemudian kami shalat bersama dengan beliau malam 25 ( bulan ramadhan) hingga tengah malam, kemdiaan beliau mengimami kami pada malam 27, hingga kamia mengira tidak akan mendapati al Falah, perawi mengatakan, “ kami menamakan waktu sahur dengan “ al falah “ ( keberuntungan).” (HR. Ibnu Abi Syaibah di dalam al Mushannaf, an Nasai, dan Ahmad )
Dalam hadis ini, terdapat dalil yang jelas bahwa shalat tarawih di masjid-masjid kaum muslimin merupakan sunnah yang dianjurkan. Dan, adalah Ali bin Abi Tholib menyarankan kepada Umat bin Khottob –semoga Allah meridhoi keduanya- agar menegakkan sunnah ini hingga umar pun melaksanakannya.
-
Hadis Anas bin Malik
Dari Anas bin Malik, ia berkata : rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat pada bulan ramadhan, lalu aku datang dan aku berdiri di samping beliau kemudian datanglah orang lain kemudian datang yang lain, hingga jumlah kurang dari 10 orang. Lalu, tatkala beliau merasa bahwa aku berada dibelang beliau maka beliau meringankan shalatnya kemudian (seusai shalat) beliau masuk ke dalam rumahnya. Setelah beliau masuk ke dalam rumahnya, beliau melakukan shalat, beliau tidak melaksanakan shalat bersama kami. Di pagi harinya, kami bertanya kepada beliau, wahai rasulullah apakah anda semalam mengetahui kehadiran kami ? beliau menjawab, ya, dan hal itulah yang menyebabkan aku melakukan apa yang telah aku perbuat. (HR. Ahmad di dalam al Musnad dan Ath Thobroni di dalam Mu’jam al Ausath)
-
Hadits ‘Aisyah
Ia menuturkan, “ dahulu manusia shalat di masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di malam bulan ramadhan dengan berpencar pencar (yakni : dengan berimam sendiri-sendiri). Seorang yang banyak hafal al Qur’an, mengimami 5 sampai 6 orang, atau bisa jadi lebih atau kurang. Masing-masing kelompok shalat bersama imamnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhku untuk memasang tikar di depan pintu kamarku. Aku pun melakukan perintah beliau. Seusai melakukan shalat isya di akhir waktu, beliau keluar ke muka kamar itu. Aisyah melanjutkan ceritanya: manusia yang kala itu berada di dalam masjidpun lantas berkumpul kearah beliau. Lalu, beliau mengimami mereka shalat sepanjang malam. Kemudian orang-orang bubar, dan beliaupun masuk rumah. Beliau membiarkan tikar tersebut dalam keadaan terbentang. Tatkala datang waktu pagi, mereka memperbincangkan shalat yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama oranng-orang yang ada pada malam itu (maka berkumpullah manusia lebih banyak lagi dari sebelumnya. Sehingga akhirnya masjid menjadi bising karena banyaknya orang. Pada malam kedua itu, nabi kembali shalat bersama mereka. Maka dipagi harinya, orang-orang kembali lagi memperbincangkan hal itu, sehingga orang yang berkumpulpun bertambah banyak lagi (pada malam ketiga) sampai masjid menjadi penuh sesak. Rasulpun keluar dan shalat mengimami mereka. Di malam yang ke empat. Disaat masjid tak dapat lagi menampung penghuninya; rasulullah pun keluar untuk mengimami mereka shalat isya di penghujung waktu. Lantas (pada malam itu juga) Rasulullah masuk ke rumahnya, sedangkan manusia tetap menunggunya di masjid. ‘Aisyah lalu menuturkan, Rasulullah bertanya kepadaku, “ orang-orang itu sedang apa ya Aisyah ? saya pun menjawab, “ wahai rasulullah, orang-orang itu sudah mendengar tentang shalatmu tadi malam bersama orang-orang yang ada di masjid ; maka dari itu mereka berbondong-bomndong memenuhi masjid untuk ikut shalat bersamamu. Lalu ‘Aisyah melanjutkan kisahnya : beliau lantas memerintahkan : tolong lipat kembali tikarmu , wahai ‘aisah. Akupun lantas melakukan apa yang beliau perintahkan. Malam itu, beliau berdiam di rumahnya tanpa tidur sekejap pun. Sedangkan orang-orang tetap menunggu di tempat mereka. (sebagian di antara mereka sampai berkata : sholat,sholat !) hingga datang pagi, barulah Rasulullah keluar. Seusai melaksanakan shalat subuh, beliau menghadap kearah orang-orang kemudian membaca syahadat lalu bersabda, amma ba’du :
أيها الناس أما والله ما بت والحمد لله ليلتي هذه غافلا وما خفي علي مكانكم ولكني تخوفت أن يفترض عليكم
“Wahai manusia, sungguh demi Allah, aku sama sekali tidak tidur semalam. Aku pun tahu apa yang kalian lakukan. Namun aku tidak keluar untuk shalat bersama kalian karena aku khawatir shalat itu menjadi wajib atas diri kalian ( dalam suatu riwayat disebutkan :
ولكن خشيت أن تفرض عليكم صلاة الليل فتعجزوا عنها
“Namun aku khawatir kalau shalat itu akhirnya menjadi wajib atas diri kalian sehingga kalian tak sanggup melakukannya.) bebankanlah diri kalian dengan amal perbuatan yang kalian sanggup melakukannya. Sesungguhnya Allah tak akan bosan, meskipun kamu sendri telah merasa bosan”
Dalam riwayat yang laian ditambahkan : imam az Zuhri mengatakan : tatkala rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, manusia tetap menjalankan kebiasaan itu ( yaitu berjama’ah shalat tarawih, namun tidak setiap hari ). Demikian juga pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan awal-awal masa kekhalifahan Umar bin Al Khaththab.” ( HR. al Bukhari, Muslim, Abu Dawud , an Nasai)
Adapun penjelasan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tentang keutamaan shalat tarawih berdasarkan hadits Abu Dzar al Ghifari.
Ia menuturkan, kami puasa ramadhan dan beliau tidak melakukan qiyamullail berjama’ah bersama kami, hingga hitungan puasa tanggal 7 hari ( malam ke-23), maka beliau mengajak kami untuk qiyamullail berjama’ah hingga berlalu sepertiga malam, lalu beliau tidak menegakkannya lagi ketika ramadhan sisa 6 hari(malam ke-24) dan berjama’ah kembali ketika sisa lima hari (malam ke-25) sampai berlalu pertengahan malam, kamipun lantas bertanya : wahai rasulullah, akankah tak sebaiknya engkau sisakan sebagian malam ini agar kami shalat sendiri ? beliaupun menjawab, “ sesungguhnya, barangsiapa yang shalat bersama imam hingga selesai, ia akan mendapatkan ganjaran shalat semalam suntuk.
Pembaca yang budiman…
Mengenai keutamaan shalat tarawih maka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dilakukan karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya (Lihat Fathul Bari, 4:251). Imam Nawawi menjelaskan, “Yang sudah ma’ruf di kalangan fuqoha bahwa pengampunan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa kecil, bukan dosa besar. Dan mungkin saja dosa besar ikut terampuni jika seseorang benar-benar menjauhi dosa kecil.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6:40).
Keutamaan yang lainnya dari shalat tarawih adalah seperti ditunjukkan dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ قَامَ مَعَ إِمَامِهِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ. (رواه أهل السنن)
“Siapa saja yang shalat tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah)
Akhirnya, semoga Allah memberikan taufiq kepada kita sehingga kita mampu melakukan shalat tarawih secara berjama’ah yang dengan itu kita berharap mendapatkan keutamaannya seperti yang telah disabdakan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau. ( Abu Umair)
Artikel : www.hisbah.net
Gabung Juga Menjadi Fans Kami Di Facebook Hisbah.net