Seni Mengambil Hati Orang Lain Dalam Berdakwah (Bagian 2)

Hati selalu merindukan keramahan dan kelemah-lembutan dan membenci paksaan dan tekanan. Satu maksud yang sama namun disampaikan dengan dua cara yang berbeda dapat menyebabkan dampak yang berbeda pula. Orang tua yang menginginkan anaknya shalat dengan berkata “sholatlah kamu nak biar tidak masuk neraka!” berbeda dampaknya dengan orang tua yang mengatakan, “nak, sholat yuk biar kita sama-sama masuk syurga.” Maksud dari keduanya sama namun bekas dihati anak berbeda. Inilah yang disebut dengan kemahiran dalam memainkan seni berinteraksi dengan orang lain.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada teladan termulia yang telah mengajari ummatnya dengan perkataan dan perbuatannya. Seorang Nabi yang disifatkan oleh kekasihnya ‘Aisyah dengan perkataan, “Akhlaq beliau adalah Al-Qur’an.” Maksudnya beliau seakan Al-Qur’an berjalan dalam akhlaq dan perilaku sehari-harinya kepada orang-orang disekitar beliau. Itulah rahasianya mengapa beliau berhasil memikat hati jutaan manusia bahkan musuh sekalipun.

Siapa yang tidak luluh membaca kisah beliau tatkala berada dirumah Sayyidah Aisyah lalu seorang istri beliau yang lain mengirimkan makanan di suatu piring melalui seorang pembantu, lalu Aisyah memukul tangan pembantu tersebut lantaran rasa cemburu sehingga piringnya jatuh dan pecah, Rasulullah mengumpulkan makanan yang berserakan dan berkata, “Ibu kalian (Aisyah) sedang cemburu” seraya memerintahkan Aisyah untuk memberikan piring lain kepada pemiliknya sebagai pengganti. Semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepadamu wahai Rasulullah.

Ini hanyalah salah satu contoh keagungan Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan Akhlaq yang seperti inilah yang perlu dimiliki oleh orang yang berdakwah sehingga bisa memikat hati orang lain sebelum ia menasehati mereka. Pada artikel sebelumnya yang berjudul ‘Seni Mengambil Hati Orang Lain Dalam Berdakwah

(1)’,  kami sudah menyebutkan beberapa poin yang dapat menjadi masukan bagi seorang dai dalam menyampaikan nasehat kepada orang lain, dan berikut adalah beberapa poin lanjutannya:

1. Sebutlah kebaikannnya dan bertutup matalah dari kekurangan-kekurangannya.

Seburuk apapun seseorang ia akan tetap selalu senang dipuji dan disebut kebaikannya, dan tidak suka apabila keburukannya disebut apalagi dihitung satu persatu. Kewajiban kita adalah berdakwah dan bukan mengawasi kebaikan atau keburukan orang lain. Sehingga tiada gunanya kita untuk tampil sebagai pengawas lalu ketika menemukan seseorang melakukan kesalahan kita menegurnya dengan mengatakan ‘mengapa kamu melakukan ini dan itu’. Alangkah baiknya kita memulai nasehat dengan memuji orang yang kita nasehati dan tidak menyebutkan kekurangannya misalnnya dengan mengatakan, “kamu salahnya ini, dan yang benar adalah begini”. Jika memungkinkan untuk mengajari orang yang berbuat salah tanpa menyalahkannya maka itu lebih baik daripada menyalahkannya kemudian mengajarinya.

Sebagai suatu contoh pada suatu hari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mendengar seorang anak lelaki menyanyi dengan suara yang merdu, maka ia mendatangi anak lelaki tersebut dan berkata, “andai saya mendengar keindahan suaramu itu pada bacaan Al-Qur’an pasti aku akan tahu bahwa itulah kamu yang sebenarnya.” Setelah Ibnu Mas’ud berlalu anak tersebut bertanya “siapakah orang itu?” maka dijawab oleh seseorang, “dia adalah Ibnu Mas’ud” lantas dengan rasa bersalah anak tersebut bergegas menghampiri Ibnu Mas’ud dan memegang bajunya, kemudian Ibnu Mas’ud berbalik dan memeluknya seraya berkata, “selamat bagi orang yang dicintai oleh Allah.”

2. Hindarilah perbedaan dan perdebatan.

Segala bentuk perbedaan jika tidak disikapi dengan bijaksana maka dapat menjadi penghalang dan jarak antara kedua belah pihak. Terkadang mengungkapkan nasehat menyebabkan perdebatan lantaran orang yang dinasehati tak ingin menerima nasehat atau tidak sependapat dengan yang menasehatinya. Maka sebaiknya dari awal menutup segala pembicaraan yang dapat memicu perbedaan dan perdebatan, jika sudah terlanjur terjadi maka kita harus dapat menyikapinya dengan baik dan tidak memaksa orang lain menerimanya, Karena kewajiban kita adalah menyampaikan sedang selanjutnya kita serahkan kepada Allah.

3. Tampakkanlah akhlaq yang terbaik

Akhlaq dan tutur kata yang baik adalah bekal utama untuk menembus relung hati seorang pendengar. Dengan akhlaq yang santun yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kita dapat menarik hati orang yang mendengarkan kita sehingga ia akan lebih mudah menerima. Akhlaq yang baik ini mencakup semua poin yang sudah disebutkan baik pada artikel ini atau artikel sebelumnya.
Semoga dengan beberapa hal diatas dapat menjadi dorongan dan masukan bagi kita untuk ikut berkiprah dalam membela agama Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم

“hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7).

Wallahua’lam

Penulis : Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *