Ketika kita mengamati fenomena di zaman sekarang, kita temui orang-orang yang melaksananakan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar terhitung sedikit, sedangkan mereka yang membuka lebar-lebar pintu maksiat sangatlah banyak jumlahnya dibanding para da’i. Segala jalan menuju maksiat begitu lebar terbuka dan dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas. ini bukan karena tidak adanya para da’i, ustadz ataupun kyai, namun karena kurangnya kesadaran dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar. Padahal amar ma’ruf nahi mungkar memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, Allah subhanahu wata’ala memuji umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebaik-baik ummat ketika menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali-Imran 110)
Ini menuntut kita sebagai seorang muslim untuk belajar agama lebih dalam lagi serta menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar sehingga menjadi sebaik-baik umat sebagaimana firman Allah dan bisa menyaingi mereka yang menyeru kepada kemungkaran. Kita tidak tahu mungkin saja kita merupakan salah satu sebab datangnya hidayah dari Allah kepada seseorang melalui dakwah kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرُ النَّعَمِ
“Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran dirimu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” (HR. Bukhari: 3701)
Di sini disebut seekor unta merah karena ia merupakan harta yang paling mahal dan berharga bagi orang arab ketika itu (-red).
Sebab kurangnya kesadaran amar ma’ruf dan nahi munkar dari diri kita sebagai seorang muslim perlu kita ketahui sehingga nantinya bisa memberikan solusi yang tepat.
Ketika ummat ini kekurangan semangat dalam amar ma’ruf nahi munkar maka perlu dilihat sebab-sebabnya. Berikut diantara sebab-sebab memudarnya semangat ihtisab (amar ma’ruf nahi munkar):
- Kurangnya pedidikan sejak dini tentang pentingnya perkara amar ma’ruf nahi munkar.
- Pengaruh teman dan orang-orang terdekat yang mengenyampingkan perkara ini.
- Memandang amar ma’ruf nahi munkar sebagai perkara yang sulit dan beresiko yang akan melahirkan banyak penentangan dan hinaan dari orang-orang sekitar.
- Kurangnya pengetahuan tentang hukum agama, sehingga tak merasa berdosa ketika meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.
- Lemahnya rasa cemburu terhadap adanya kemungkaran dikarenakan lemahnya iman.
- Putus asa dalam merubah kemungkaran, dan menganggap tidak mungkin melawannya.
- Kurangnya keberanian dalam menghadapi kebatilan.
- Terburu-buru dalam mengambil langkah melawan kemungkaran sehingga mengambil jalan pintas dan menyebabkan perlawanan kuat dari pihak yang bersangkutan yang kemudian menyebabkannya shock dan putus asa.
- Salah dalam memahami amar ma’ruf nahi munkar dalam agama Islam sehingga mengira bahwa amar ma’ruf nahi munkar menggunakan cara keras dan lupa kalau agama memerintahkan berdakwah dengan bijak dan nasehat-nasehat yang baik.
- Lemahnya kepedulian kepada saudara sesama muslim.
Setelah mengetahui sebab-sebab yang ada, kita bisa intropeksi diri, kelemahan kita terletak di poin yang mana saja, sehingga bisa kita perbaiki dan mulai ihtisab dengan menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran mulai dari hal-hal yang paling mudah, tentunya disertai dengan ilmu dan cara yang bijak serta dimulai dari diri sendiri dengan niat yang ihklas mengharap ridho Allah semata dan doa kepada Allah subhanahu wata’ala. Untuk memberi kemudahan kepada kita. Yakinlah bahwa Allah subhanahu wata’ala pasti memudahkan kita dalam berihtisab karena Allah telah berjanji bahwa Ia akan menolong hamba yang menolong agamanya, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يآ أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
“Wahai orang-orang yang beriman jika engkau menolong agama Allah niscaya Allah akan menolong kalian.” (QS. Muhammad: 7)
Penulis : Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net