Saling pengertian merupakan bagian perkara penting yang menjadi kunci sukses dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam hubungan antara seorang suami dengan istrinya, antara orang tua dengan anaknya maupun hubungan antara anggota keluarga lainnya.
Nah, agar tercipta saling pengertian dalam kehidupan rumah tangga, maka setiap pribadi harus berhias diri dengan akhlak yang mulia. Karena, akhlak yang mulia itulah yang menjadi modal dasar baiknya hubungan antar anggota keluarga ; suami dengan istrinya, orang tua dengan anaknya.
Untuk itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa akhlak mulia yang hendaknya diupayakan oleh setiap anggota keluarga untuk menjadikannya sebagai hiasan dirinya.
1 Pemaaf
Allah telah berfirman,
وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran : 134)
2 Santun (tidak pemarah)
Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Nabi bersabda kepada Asyaj Abdul Qais,
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua pekerti yang disukuai Allah, yaitu sikap santun dan penyabar (HR. at-Tirmidzi, No. 2011)
3 Saling menyayangi
Rasulullah bersabda,
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Tuhan yang Maha pemurah, sayangilah penduduk bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh penduduk langit (HR. at Tirmidzi, No. 1924)
4. Sabar
Kemampuan dan bakat masing-masing anggota keluarga itu beragam. Agar tercipta sikap saling pengertian di antara mereka, maka diperlukan sikap sabar. Sikap sabar ini lebih utama adalah dalam kehidupan rumah tangga untuk mewujudkan sikap saling pengertian antara anggota keluarga. Dalam seminar internasional Pemuda Islam telah dinyatakan : “Di balik beragamnya pendapat manusia, ada hikmah Allah, baik berkaitan dengan masalah kecil maupun persoalan besar, dan berkaitan dengan persoalan duniawi maupun urusan agama. Penyebab adanya hal seperti ini adalah karena mereka diciptakan dengan memilki tingkat pemahaman dan ilmu pengetahuan yang beragam. Sebagaimana mereka diciptakan memiliki kemampuan bakat dan dan keinginan yang beragam, mereka juga memiliki kelemahan dan kekuatan yang beragam pula. Selain itu mereka pun berbeda-beda dalam hal kesabaran, baik dalam hal menuntut ilmu maupun pengalamannya (Fii Ushul al-Hiwar, makalah pada Seminar Internasional Pemuda Islam, hal. 25)
5 Mau meminta maaf
Sikap mau minta maaf akan dapat menghapuskan kesalahan dan mengembalikan anggota keluarga yang bersangkutan kepada jalan yang benar. Sikap mau minta maaf menunjukkan adanya kesadaran akan kesalahan sebelum kesempatan meminta maaf berakhir. Sikap ini juga dapat membuat hati menjadi tenang, mengembalikan sikap saling menghargai, dan menunjukkan kekuatan dan keberanian seseorang. Selain itu sikap ini menunjukkan adanya keinginan untuk mewujudkan ketenangan hati anggota keluarga dan keinginan agar perasaan cinta antara anggota keluarga terus tumbuh. Imam Syafi’i berkata, mengenai hal ini dalam syairnya:
Dikatakan kepadaku
Bahwa si fulan telah berbuat buruk kepadamu.
Kedudukan seorang pemuda
Yang melakukan perbuatan hina adalah sebuah aib.
Aku katakan bahwa orang itu telah mendatangiku dan telah meminta maaf.
Kompensasi sebuah dosa pada saat seperti itu adalah permohonan maaf
6. Tidak bersikap egois
Rasulullah bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Belum sempurna iman salah seorang dari kalian sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (Muttafaq ‘alaihi)
Menghilangkan sikap egois dari diri masing-masing anggota kelaurga dan mencintai anggota keluarga yang lainnya seperti mencintai dirinya sendiri dapat menjadi penopang terciptanya sikap saling memahami di antara mereka. Sikap ini juga dapat membuat setiap individu merasakan cinta anggota keluarga lainnya. Dia akan berusaha memposisikan dirinya pada posisi anggota keluarga yang lainnya dan melihat segala sesuatu dengan kacamata yang digunakan oleh mereka. Jika telah seperti ini, akan mudahlah untuk menciptakan adanya kesepahaman di antara mereka, sikap saling pengertian, dan memperoleh serta menumbuhkan rasa cinta sejati.
Sumber : Disarikan dari, “ هكذا يبلغ الحب بينهما- دليلك إلي السعادة الزوجية “ , Hakadza Yablughu al-Hubbu Bainahuma, Daliluka Ila as-Sa’adah az-Zaujiyyah, Fath-hi Muhammad ath-Thahir Ghayati, Edisi Bahasa Indonesia : Beginilah Seharusnya Suami Istri Saling Mencintai, hal. 339-368.
Amar Abdullah
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,