وَمَهْمَا تَكُنْ عِنْدَ امْرِئٍ مِنْ خَلِيْقَةٍ
وَإِنْ خَالَهَا تَخْفَى عَلَى النَّاسِ تُعْلَمِ
Bagaimana pun akhlak pada diri seseorang
Sekalipun dia mengaturnya agar tidak diketahui orang lain,
Ia pasti akan diketahui
***
Orang yang berdusta, sebenarnya hanya berdusta terhadap dirinya sendiri. Dusta itu, sebagaimana yang dikatakan orang, “talinya pendek.” Dan alangkah buruk sebuah rumah tangga manakala salah seorang dari suami istri merasa pasangannya berdusta kepadanya. Akibatnya kepercayaannya terhadap orang yang paling dekat dengannya lenyap, dan tidak lagi mau menerima darinya, hingga kata-kata cinta sekalipun. Ini adalah kesalahan yang sulit diobati, akan tetapi bukan suatu yang mustahil, dan kadang memang tidak dapat dipadamkan, kecuali dengan pengakuan tulus dan tekad kuat meninggalkannya.
Semua ini jauh kaitannya dengan hukum syariat dalam perkara dusta,-dan kami tidak menjauhkannya-, cukup bagi kita sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-,
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Dan sesungguhnya dusta membawa kepada dosa, dan sesungguhnya dosa membawa ke Neraka. Sesungguhnya seseorang benar-benar gemar berdusta, hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang gemar berdusta (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Alangkah buruk bila salah seorang di antara kita tercatat di sisi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-sebagai seorang pendusta.
Sedangkan kejujuran, semua kebaikan ada di dalamnya, dan jika didalamnya tidak ada keselamatan di dunia, tapi yang pasti mendatangkan keselamatan di akhirat.
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا
Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke Surga, dan sesungguhnya seseorang benar-benar berkata jujur, hingga dia menjadi orang yang jujur (di sisi Allah) (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Para ulama telah menjelaskan bentuk-bentuk dusta yang dibolehkan di antara suami-istri, seperti dalam urusan harga barang yang dihadiahkan, apa-apa yang dapat melanggengkan cinta, menenangkan pikiran, merekatkan hati, menepis kerusakan hubungan yang pasti atau dikhawatirkan terjadi, dengan syarat tidak mengabaikan hak pihak lain, tidak mengingkari janji, atau dalam urusan yang berkenaan dengan hak orang lain.
Dari Ummu Kultsum bintu Uqbah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا -, dia berkata, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – memberikan keringanan dalam berdusta kecuali dalam tiga perkara, di mana Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – pernah bersabda,
لاَ أَعُدُّهُ كَاذِبًا الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ يَقُولُ الْقَوْلَ وَلاَ يُرِيدُ بِهِ إِلاَّ الإِصْلاَحَ وَالرَّجُلُ يَقُولُ فِى الْحَرْبِ وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ وَالْمَرْأَةُ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا
‘Aku tidak menganggap orang-orang berikut sebagai pendusta : (Pertama), seseorang yang mendamaikan di antara orang-orang (yang bertikai), di mana dia mengucapkan kata-kata dusta dan hanya bertujuan mendamaikan dengannya. (Kedua), seorang laki-laki berkata dusta (sebagai siasat) dalam peperangan. Dan (ketiga), seorang suami berbicara (rayuan) kepada istri dan sebaliknya istri berbicara (merayu) kepada suaminya’.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani)
**
Kejujuran adalah musim semi taman hati, kesucian budi pekerti, buah kepribadian yang baik, dan cahaya jiwa.
(Tsabit bin Qurrah) |
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’aadah Maharat wa Wasa-il, Abdurrahman bin Abdillah al-Qar’awi, hal.43-45
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor