Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana yang Dia perintahkan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas sebaik-baik utusan Allah untuk manusia, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik, selama matahari dan bulan masih terbit. Amma ba’du.
Sesungguhnya seorang mukmin pada akhir zaman ini hidup dalam keterasingan yang nyata -meskipun belum meniggalkan rumah, keluarga dan para kekasihnya-. Yang disebabkan oleh perubahan keadaan, banyaknya kemungkaran dan sedikitnya orang yang berpegang teguh dengan syariat, sehingga seorang mukmin yang berpegang teguh dengan agamanya mendapati dirinya sebagai orang asing di antara orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dan semakin bertambah keterasingan itu ketika seorang mukmin berusaha untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya, sebagai bentuk kasih sayang terhadap mereka, juga sebagai pemohonan ‘udzur terhadap Allah (karena telah menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar .pent-), serta dengan harapan untuk memperbaiki kondisi yang ada.
Ketika itulah seorang mukmin yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar mendapati orang-orang di sekitarnya banyak yang berpaling dan menjauh. Bahkan ia juga mendapati permusuhan dan perlakuan buruk dari mereka. Dan ia mendapati gangguan dari lisan-lisan orang di sekitarnya, atau bahkan dari tangan-tangan mereka atau keinginan mereka agar terjadinya keburukan pada diri mukmin tersebut.
Sebagaimana perkataan seorang hamba shalih (Luqman Al-Hakim) :
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧)
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman : 17)
Ketika menjelaskan kepada anaknya bahwasanya siapapun yang menegakkan ibadah amar ma’ruf nahi munkar haruslah mendapati gangguan dan haruslah bersabar terhadap gangguan apapun yang dihadapi.
Karena orang yang mencegah kemungkaran pastilah akan ditimpa kelemahan dan kekurangan seperti halnya yang menimpa orang-orang di sekitarnya. Karena banyaknya anak panah yang mengenainya sehingga melemahkan semangatnya dan ia tak sanggup lagi mempertahankan diri dari anak-anak panah tersebut. Dari sanalah ia tertimpa kemalasan dan futhur (kelemahan) atau menjadi berpaling dari hal tersebut dan meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan orang yang terjaga ialah orang yang Allah jaga.
Sesungguhnya -setelah keutamaan dan taufiq dari Allah- ada banyak sebab yang dapat membantu seorang mukmin untuk konsisten dan istiqamah di atas jalan amar ma’ruf nahi munkar .
Diantaranya adalah bersungguh-sungguh untuk mewujudkan keikhlasan dan memotong ketergantungan hati terhadap para ciptaan Allah dan sebab-sebab (yakni hanya menggantungkan diri kepada Allah semata. pent-).
Dan di antara sebab-sebab tersebut adalah semangat untuk bergaul dengan orang-orang shalih yang membantu dalam kebaikan dan penegakan amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaiman firman Allah ta’ala :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali ‘Imraan : 104)
Dan diantara sebab-sebab yang membantu dalam amar ma’ruf nahi munkar ialah mengharap apa yang ada di sisi Allah berupa balasan yang baik di dunia maupun di akhirat. Allah ta’ala berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ (١١٠)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imraan : 110)
Dan Allah juga berfirman tentang para penegak amar ma’ruf nahi munkar :
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
“Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imraan : 104)
Dan diantara sebab-sebab penting ini juga adalah menghibur diri dan memotivasinya dengan cara memandang kedudukan mulia bagi para penegak amar ma’ruf nahi munkar yang tinggi derajatnya.
Sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalaam kemudian zaman Nabi-nabi Allah jalla wa ‘ala kemudian penutup para Nabi yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaih wasallam kemudian orang-orang yang mengikutinya dengan baik dari kalangan orang-orang shalih hingga hari ini; para imam penegak amar ma’ruf nahi munkar yang memerangi kesyirikan -yang merupakan kemungkaran yang paling besar- dan memerintahkan kepada tauhid -yang merupakan kebaikan yang paling agung. Mereka tidak meninggalkan suatu pintu kebaikan pun kecuali setelah menujukkan kaumnya kepada pintu kebaikan tersebut, dan tidaklah meninggalkan pintu keburukan kecuali setelah melarang kaumnya dari pintu keburukan tersebut.
Maka seorang mukmin mengamati perjalanan Rombongan para penegak amar ma’ruf nahi munkar yang diberkahi ini di hadapan kedua matanya. Kemudian merasukkannya ke dalam relung hatinya.
Sehingga ruh dan jiwanya menjadi tenang, dan hilang darinya semua penderitaan keterasingan dan kesedihan, rindu terhadap pertemuan yang tak ada perpisahan sesudahnya:
Esok kita jumpai para kekasih *** Muhammad dan para sahabatnya
Sesungguhnya menghibur jiwa adalah hal yang mesti dilakukan. Dan ia merupakan cara yang manjur untuk memperkokoh semangat dan keistiqomahan.
Karena cita-cita tidak akan tergapai secara sempurna kecuali dengan mengetahui kisah hidup para rombongan yang diberkahi ini dan sikap-sikap mereka dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan mengetahui kelelahan dan kesulitan yang mereka pernah hadapi serta gangguan dari kaum-kaum mereka, kemudian mengetahui kesudahan yang indah dari semua itu. Allah jalla wa ‘ala berfirman :
وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (١٢٠)
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud : 120)
Allah menjelaskan bahwa kisah merupakan salah satu sebab yang menguatkan hati Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk memberikan kami, para pembaca, dan segenap kaum muslimin taufiq agar kita termasuk dari rombongan yang diberkahi ini. Dan juga kita memohon kepada Allah agar menganugerahkan kepada kita keistiqomahan di atasnya hingga kita menemui-Nya. Sesungguhnya Dia kuasa atas hal itu dan Dialah penguasanya.
Diterjemahkan oleh Triadi Wicaksono dari website www.almohtasb.com
Artikel : www.hisbah.net
Gabung juga di Fans Page kami hisbah.net