Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kalian aku beritakan tentang sebaik-baik amalan kalian, paling suci di sisi Pemilik kalian, paling tinggi dalam mengangkat derajat kalian dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian lalu kalian memukul/memenggal leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian?” Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “(Amalan itu adalah) Dzikrullah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3377, Ibnu Majah no. 3790, dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2629)
وعن عبد الله بن بسر رضي الله عنه : أنَّ رَجُلَا قَالَ: يَا رَسُوْلَ الله إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلَامِ قَدْ كثُرَتْ عَلَيَّ. فأَخْبِرْنِي بشَيْءٍ أتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ : لا يَزَالُ لسَانُكَ رَطْبَا مِنْ ذِكْرٍ الله
Dari Abdullah bin Bisr –radhiyallahu ‘anhu– bahwa ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah sungguh syariat-syariat islam telah amat banyak, oleh karena itu, kabarkanlah kepadaku tentang sesuatu yang yang bisa aku bergantung padanya.” Beliau bersabda, “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah.” (HR. At Tirmidzi, no. 3375 dan Ibnu Majah, no. 3793)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang mengingat rabbnya dan orang yang tidak mengingat rabbnya seperti orang hidup dan mati.” (Muttafaq ‘alaihi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِيْ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barangsiapa yang membaca: “(Subhaanallahi wabihamdihi) Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut.” (HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2071)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Sesungguhnya membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)” adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari.” (HR. Muslim no. 2695)
Kita telah mengetahui hadits-hadits di atas. Lalu, apakah kita sudah mengamalkannya? Bukankah kita yakin akan kebenaran itu? Tentu saja kita yakin. Kalau begitu mengapa terkadang kita menyepelekannya? Bukankah sekarang kita diperintahkan untuk berbekal dengan kebaikan-kebaikan sebelum datang hari perhitungan amal? Jangan sampai nanti kita gigit jari karena penyesalan untuk mendapatkan satu atau dua kebaikan saja! Kita memohonpetunjuk kepada Allah agar memudahkan segala urusan kita semua. Amiin.
Sumber : www.islamselect.net/mat/178
Penerjemah : Imam Jamal Sodik
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah
Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet