Renungan Ayat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (2)

 

Pada artikel yang berjudul ‘Renungan Ayat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’ kami menyebutkan satu ayat tentang amar ma’ruf nahi munkar dan beberapa pelajaran dari kandungan ayat tersebut. Marilah pada artikel kali ini kita merenung dengan ayat lain tentang amar ma’ruf nahi mungkar yang berbunyi:

كُنتُم خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَت لِلنَّاسِ تَأمُرُونَ بِٱلمَعرُوفِ وَتَنهَونَ عَنِ ٱلمُنكَرِ وَتُؤمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَو ءَامَنَ أَهلُ ٱلكِتَٰبِ لَكَانَ خَيرا لَّهُم مِّنهُمُ ٱلمُؤمِنُونَ وَأَكثَرُهُمُ ٱلفَٰسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran: 110).

Kita dapat memetik bebeberapa pelajaran berharga dari ayat ini, yaitu:

Pertama, Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mensifati umat Nabi Muhamad shallallahu alaihi wa sallam dengan umat terbaik yang pernah ada di dunia, namun sifat terbaik ini terikat dengan tiga hal; (1)Amar ma’ruf, (2)Nahi mungkar (3)Beriman kepada Allah. Artinya umat ini akan senantiasa menjadi umat terbaik selama ada orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran.

Syaikh As-Sa’diy rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat ini:

“Allah subhanahu wa ta’ala memuji umat ini sekaligus memberi tahu  bahwa mereka adalah sebaik-baik umat yang pernah dilahirkan untuk umat manusia, dan kemuliaan ini diperoleh karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman yang mengharuskan mereka untuk menunaikan segala hal yang Allah perintahkan dan juga karena mereka menyempurnakan orang lain dengan menyeru orang lain kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran, dan itu adalah dengan berdakwah kepada manusia untuk menuju Allah dan berjihad kepada mereka untuk tujuan tersebut serta berusaha semampu mungkin untuk mengembalikan mereka dari kesesatan mereka, dengan ini semua Umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menjadi Umat terbaik.”

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan kata-kata yang serupa dengan diatas dan beliau menyebutkan salah satu hadits riwayat Imam Ahmad bahwasanya Seorang laki-laki berdiri di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan beliau berada di atas mimbar. Laki-laki itu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?” Beliau bersabda: “Manusia yang paling baik adalah yang paling mengerti (kitabullah), paling bertakwa, paling sering amar ma’ruf nahi munkar, dan yang paling sering menjalin tali silatur rahmi.”

Ibnu Katsir juga mengatakan: “Umat ini menjadi umat paling dahulu mendapatkan kebaikan karena berkat Nabinya shallallahu alaihi wa sallam, beliau adalah Makhluq yang paling Mulia dan Rasul yang kedudukannya tertinggi disisi Allah. Allah subhanahu wa ta’ala mengutusnya dengan syariat yang sempurna dan agung yang belum pernah diberikan kepada para Nabi atau Rasul sebelumnya. Sehingga beramal menurut ajarannya dan berjalan dijalannya dengan amalan yang sedikit bisa membuahkan hasil yang umat-umat lainnya  tidak bisa mendapatkannya dengan amalan yang banyak.”

Kedua, syarat pertama agar suatu amalan termasuk amar ma’ruf nahi mungkar bernilai disisi Allah subhanahu wa ta’ala adalah iman. Orang kafir yang tidak beriman walaupun beramal baik sebanyak-banyaknya tidak akan bernilai apapun disisi Allah. Allah berfirman:

وَقَدِمنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِن عَمَل فَجَعَلنَٰهُ هَبَاء مَّنثُورًا

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqon: 23)

Oleh karena itu ketika Allah memuji umat ini bahwasanya mereka adalah sebaik-baik umat karena melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, Ia menggandengkannya dengan kata-kata ويؤمنون بالله (beriman kepada Allah), menunjukkan bahwa beriman kepada Allah adalah sebagai syarat.

Ketiga, siapa saja yang ingin termasuk kedalam sifat ‘sebaik-baik umat’ maka harus melaksanakan syarat-syarat yang telah Allah sebutkan dalam ayat ini.

Ibnu Katsir berkata:

Siapa saja dari umat ini yang memakai sifat-sifat ini (mengajak kepada yang baik, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah-red) maka ia masuk kedalam pujian Allah ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah: “telah sampai berita kepada kami bahwa Umar bin Khatthab dalam salah satu hajinya melihat sebagian orang bersikap dengan sikap yang kurang sopan, maka beliau membacakan ayat كنتم خير أمة أخرجت للناس kemudian beliau berkata: ‘barangsiapa yang ingin masuk kedalam umat tersebut maka hendaknya ia memenuhi syarat-syarat Allah  dalam ayat tersebut.’ (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).

Dan barangsiapa yang tidak bersifat dengan sifat-sifat tersebut maka ia sudah menyerupai ahlul kitab yang Allah cela dalam firmanNya:

كَانُواْ لَا يَتَنَاهَونَ عَن مُّنكَر فَعَلُوهُ لَبِئسَ مَا كَانُواْ يَفعَلُونَ

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 79).

Oleh karena itu, setelah Allah memuji umat ini karena memiliki tiga sifat tersebut, Ia mencela ahlul kitab dengan firmannya:

وَلَو ءَامَنَ أَهلُ ٱلكِتَٰبِ لَكَانَ خَيرا لَّهُم مِّنهُمُ ٱلمُؤمِنُونَ وَأَكثَرُهُمُ ٱلفَٰسِقُونَ

…Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran: 110).

Maksudnya ayat ini adalah hanya sedikit dari mereka yang beriman kepada Allah, serta beriman kepada yang diturunkan kepada kalian dan kepada mereka, sedang kebanyakan mereka berada dalam kesesatan, kekufuran, dan kefasikan. (Tafsir Ibnu Katsir, Surat Ali-Imran ayat 110).

Penyusun: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *