Dulu, beliau adalah seorang yang sangat terkenal di kantor besarnya karena merupakan satu-satunya karyawan yang paling banyak mendatangkan nasabah dengan keuntungan bunga yang sangat besar. Beliau sangat bangga dengan pekerjaannya, karena berkat pekerjaannya tersebut beliau bisa membeli rumah mewah, mobil mewah, merasakan hidup mewah bersama istri dan anak-anaknya.

Memang selama tujuh tahun perjalanan karirnya belum ada masalah, semuanya terasa nikmat. Beliau semakin memanjatkan rasa syukur kepada Allah atas rizki yang sangat melimpah selama bertahun-tahun. Beliau juga selalu istiqamah membagikan sebagian hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan dan tak lupa kualitas ibadahnya semakin ditingkatkan.

Kewajiban Allah dan sunnah Rasulullah selalu ditegakkan, sampai akhirnya beliau merasakan kepahitan hidup. Salah satu anggota keluarganya tersandung kasus hukum karena hutang dan beliau harus menanggung hutang anggota keluarganya saat itu juga. Karena kalau tidak dibayar, maka anggota keluarganya akan dimasukkan dalam jeruji besi.

Tidak sampai empat jam, mobil mewahnya rahib terjual, perhiasan mahal istrinya juga raib terjual hanya untuk melunasi hutang anggota keluarganya. Rupanya adzab Allah kepada si pelaku dan pemakan riba ini mulai berdatangan.

Beliau yang dahulu ke kantor selalu membawa mobil mewah, kini hanya membawa motor inventaris kantor. Tak genap satu bulan harta berharganya raib, rupanya Allah melanjutkan adzabnya. Anaknya sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu dan lumayan menghabiskan uang puluhan juta rupiah. Sang anak belum sempat pulih total, harta beliau dihanguskan lagi oleh Allah dengan cara sang istri terserang penyakit dan harus melakukan control dan chek up secara rutin selama satu minggu.

Sedikit demi sedikit harta mulai hilang, beliau harus membayar cicilan rumah dan cicilan lainnya pada waktu yang bersamaan. Beliau merasa seakan Allah menamparnya, tanpa beliau menyadari apa kesalahan beliau. Karena beliau merasa bahwa selama ini beliau sangat khusyu dalam beribadah, beliau juga sangat rajin bersedekah. Tapi mengapa Allah tiba-tiba melimpahkan ujiannya pada beliau dan keluarganya?

Akhirnya beliau pun mulai instrospeksi diri, mengingat-ingat apa yang telah beliau lakukan sehingga Allah terlihat begitu murka pada beliau dan keluarga. Sampai akhirnya beliau sadar, bahwa cobaan bertubi-tubi ini datang dari pekerjaannya selama ini. Akhirnya beliau pun memutuskan untuk segera bertaubat dengan cara resign dari kantor besarnya.

Tak peduli bila beliau akan semakin miskin, beliau menjual satu-satunya asset yang dimiliki yakni rumah mewahnya. Kemudian beliau langsung melunasi hutang-hutannya. Setelah itu beliau benar-benar menjauhkan diri dari riba. Kini, beliau hanya seorang penjual kue brownis bersama sang istri. Sampai pada akhirnya Allah kembali melimpahkan rezekinya kepada beliau dan keluarganya. Walaupun hanya sebagai penjual brownis tapi rezeki selalu lancar, ibadah semakin khusyu hidup pun terasa lebih berkah.

(Dinukil dari http://deprimabondowoso.com/)

Sumber :

30 Dosa Riba yang Dianggap Biasa, Dr. Sa’id Al-Qahthani, Hal. 165

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *