Pertama kita harus mengucapkan syukur Alhamdulillah, karena walau bagaimanapun, Bulan Ramadhan tetap memiliki tempat di hati-hati kaum muslimin sebagai bulan suci, meskipun terkadang sepanjang tahun mereka tidak soleh/solehah, yang laki-laki hanya sibuk bekerja, yang wanita tidak menutup aurat. Tapi ketika Ramadhan tiba, mereka merasa mendapatkan momen untuk saatnya beribadah, jika sebelumnya mereka tidak pernah bangun subuh untuk shalat, kini mereka bisa bangun jauh sebelum azan untuk menyantap menu sahur, Alhamdulillah.
Puasa adalah menahan haus, lapar, dan seluruh hal-hal yang dapat membatalkan dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
Defenisi diatas tidak ada satupun dari Umat Islam yang tidak mengetahuinya, dari yang dewasa sampai yang terkecil, meski awam sekalipun, sekali lagi Alhamdulillah.
Namun ada satu hal besar yang luput pada sebagian, yaitu bukan hanya menjaga diri dari pembatal, namun juga tetap harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang lainnya, terutama shalat! Mengapa? Karena secara urutan dalam rukun Islam, shalat diatas puasa, maka tidak masuk akal, seseorang tidak menempatkan sesuatu sesuai yang dengan prioritasnya.
Berikut haditsnya:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan”.
(HR Bukhari)
Nah, maka sebab besarnya perkara shalat ini, jika ada seseorang yang berpuasa namun tidak shalat, maka sejatinya dia hanya sedang tidak makan dan minum, jadinya tidak bernilai ibadah sama sekali.
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak seorang yang berpuasa tidak ada bagian dari puasanya melainkan lapar dan berapa banyak seorang yang bangun beribadah pada malam hari tidak ada bagiannya dari bangun malamnya kecuali begadang.” HR. Ibnu Majah
Maka, apakah kemungkaran dan kebatilan terbesar selain meninggalkan kewajiban, apalagi shalat?
Oleh karena itu, Umar Bin Khattab berkata:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الشَّرَابِ وَالطَّعَامِ وَحْدَهُ; وَلَكِنَّهُ مِنْ الْكَذِبِ, وَالْبَاطِلِ وَاللَّغْوِ.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bukanlah berpuasa dari makan dan minum saja, akan tetapi (berpuasa juga-pen) dari dusta, kebatilan dan perbuatan sia-sia.” (Al Muhalla, 4/305.)
Jadi, hendaklah kedatangan bulan suci ini tidak disia-siakan begitu saja.
Semuanya mengakui bahwa dirinya sepanjang tahun telah lalai dan ingin lebih baik di bulan ini, maka berhati-hatilah! Jangan sampai bulan ini habis namun ternyata kita tidak termasuk yang mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala.
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم صَعِدَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ قُلْتَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ؟ قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغَفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ آمِينَ فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُبِرَّهُمَا فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبَعْدَهُ اللَّهُ , قُلْ : آمِينَ , قُلْتُ : آمِينَ.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaiki mimbar, lalu beliau bersabda: “Amin, amin, amin,” lalau beliau ditanya: “Sesungguhnya engkau ketika naik ke atas mimbar, mengucapkan: “Amin, amin, amin?”, beliau menjawab: “Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam telah mendatangiku, ia berkata: “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan dan tidak diampuni dosanya, akhirnya ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkanAllah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin”, Ia berkata: “Barangsiapa yang mendapati kedua orangtunya atau salah satunya tetapi ia tidak berbakti kepada keduanya, maka tidak diampuni dosanya, dan ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkan Allah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin”, ia berkata: “Barangsiapa yang disebutkan namamu didepanya dan ia tidak bershalawat atasmu lalu ia meninggal dan masuk ke dalam neraka dan dijauhkanAllah (dari surga), katakanlah: “Amin”, lalu akupun mengucapkan: “Amin.”
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
Semoga Allah Ta’ala memberikan pahala yang besar atas puasa kita, dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik kedepannya.