Puasa Ramadhan dan “Kebangkrutan”

Saudaraku…

Waspadalah ! Ketika berpuasa Ramadhan boleh jadi mengantarkan diri Anda kepada “Kebangkrutan”

Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:, mengingatkan kita semua, orang-orang yang selalu berpuasa Ramadhan, bahwa boleh jadi puasa yang kita lakukan tidak mengantarkan kita kepada keuntungan yang dijanjikan, namun justru mengantarkan kita kepada “kebangkrutan”, kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga semata.

Kita memohon keselamatan dan ‘afiyat kepada Allah ‘azza wa jalla.

Beliau-shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ

Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang didapatkan dari puasanya adalah lapar (HR. al-Hakim)

 

Dalam riwayat lain, beliau bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ

Betapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali rasa lapar belaka (HR. Ibnu Majah)

 

Dalam riwayat lain, beliau bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa baginya dari puasanya adalah lapar dan dahaga (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaenah)

Apa sebabnya ?

 

Di antara sebabnya adalah :

 

1. Boleh jadi karena ia tidak menghindari berbicara yang seronok dan porno, padahal Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- telah bersabda,

إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ

Pada hari seseorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berbicara seronok … (HR. Ahmad).

Dan Rafats juga bisa bermakna jatuh di dalam perbuatan maksiat.

 

2. Boleh jadi pula karena ia tidak meninggalkan ucapan dusta dan (tetap) melakukannya.

 

Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan (tetap) melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat bahwa orang itu meninggalkan makanan dan minumannya (berpuasa) (HR. Al-Bukhari)

 

Maka dari itu, hendaklah orang yang berpuasa meninggalkan semua perbuatan haram, seperti dusta, juga ghibah (menggunjing) dll, karena perbuatan-perbuatan haram tersebut dapat menghapus seluruh pahala puasanya.

 

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Munajjidsemoga Allah menjaganya- berkata,

 

Dan, di antara hal yang dapat menghapus pahala kebajikan dan mendatangkan dosa-dosa adalah sibuk dengan menonton teka-teki (radio atau tv), perlombaan, film-film, sinetron, pertandingan, nongkrong-nongkrong yang tidak berguna, mondar-mandir di jalan-jalan bersama-sama rekan-rekan buruk yang suka menyia-nyiakan waktu, main motor, berdesak-desakan di trotoar dan lorong-lorong, hingga bulan yang seharusnya diisi dengan tahajjud, dzikir dan ibadah (baca : bulan Puasa) –bagi kebanyakan orang- menjadi bulan ngorok (tidur) di siang hari agar tidak merasa lapar yang menyebabkan terabaikannya shalat wajib dan shalat berjama’ah; kemudian di malam hari yang ada hanya senda gurau dan tenggelam di dalam lembah nafsu syahwat. Bahkan sebagian mereka ada yang  menyebut bulan Ramadhan dengan keluh kesah karena akan kehilangan berbagai kelezatan, dan sebagian lagi ada yang bepergian di bulan Ramadhan ke negeri orang-orang kafir untuk menikmati liburan panjang !!! Dan yang lebih fatal lagi adalah banyaknya kemungkaran terjadi di masjid, seperti banyaknya wanita yang datang ke masjid dengan tabarruj (perhiasan dan dandanan kecantikan) dan parfum, bahkan Baitullah pun tidak luput dari bencana ini. Sebagian di antara mereka ada yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai musim untuk berleha-leha, tidak butuh kepadanya ; dan sebagian lagi ada yang bermain-main dengan sesuatu yang membahayakan seperti petasan dan kembang api ; ada juga yang sibuk bertransaksi di pasar dan shopping di swalayan dan supermarket ; dan ada pula wanita-wanita yang sibuk dengan menjahit pakaian dan mengumpulkan berbagai mode pakaian serta mengoleksinya pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang merupakan hari-hari kemuliaan, hingga membuat banyak orang lalai dan tidak sempat untuk meraih pahala dan kebajikan. (Sab’una Mas-alatan Fii ash-Shiyam,1/6)

 

Wallahu A’lam

 

Referensi :

  1. Sab’una Mas-alatan Fii ash-Shiyam, Muhammad bin Sholeh al-Munajjid
  2. Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, Muhamad bin Abdillah al-Hakim an-Naisaburiy
  3. Sunan Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid al-Qazwainiy
  4. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhariy
  5. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ahmad
  6. Shahih Ibnu Khuzaemah, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaemah an-Naisaburiy

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *