Puasa Ibadah yang Sangat Utama

Sesungguhnya puasa termasuk ibadah yang sangat utama dan ketaatan yang sangat agung. Tentang keutamaannya dan agungnya kedudukannnya disebutkan di dalam sejumlah nash.

Di antara keutamaannya adalah :

 

  1. Bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىmewajibkannya terhadap seluruh ummat.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [البقرة : 183]

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (al-Baqarah : 183)

Kalaulah puasa bukan merupakan ibadah nan agung niscaya makhluk tidak membutuhkan untuk beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengannya dan tidak membutuhkan pula terhadap hal yang menjadi konsekuensi dari ibadah nan mulia ini berupa pahala apa yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-wajibkan terhadap semua umat.


  1. Bahwa pahalanya tidak terikat dengan jumlah tertentu, bahkan orang yang berpuasa diberi pahala tanpa batas.

Imam al-Bukhari dan imam Muslim di dalam shahih keduanya meriwayatkan dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-ia berkata, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

((قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ))

Allah berfirman : Setiap amal anak Adam untuknya, kecuali puasa, sesungguhnya  puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang mebalasnya. Puasa itu perisai. Pada hari salah seorang di antara kalian berpuasa janganlah ia melakukan rafats dan jangan pula ia berteriak-teriak. Jika ada seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan (kepada orang tersebut) ‘sesungguhnya aku seorang yang tengah berpuasa.’ Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada minyak misik. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan ; kala berbuka, ia bergembira, dan kala berjumpa dengan rabbnya, ia pun bergembira karena puasanya.(Muttafaq ‘Alaih)

Di dalam riwayat Muslim :

((كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ ؛ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي))

Semua amal anak Adam dilipatgandakan ; satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat. Allah-عَزَّوَجَلَّ-berfirman, ‘kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya, orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya dan makannya karena Aku [Muslim (1150)]


  1. Bahwa pada hari Kiamat puasa itu akan memberikan syafaat kepada orang yang mengerjaknnya.

Imam Ahmad, dan al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -, dan al-Hakim mengatakan ‘shahih berdasarkan persyaratan Muslim’ bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda,

((الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ؛ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، قَالَ فَيُشَفَّعَانِ))

Puasa dan al-Qur’an akan memberikan syafa’at terhadap seorang hamba pada hari Kiamat ; puasa akan mengatakan, ‘Wahai rabbku ! Aku telah mencegahnya makan dan minum di siang hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Dan, al-Qur’an pun akan mengatakan, ‘Aku telah mencegahnya tidur di malam hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Lalu keduanya (puasa dan al-Qur’an) memberikan syafaat. [Musnad al-Imam Ahmad (2/174, no. 6626), Mustadrak al-Hakim (1/740)]

 

  1. Bahwa bagi orang-orang yang berpuasa diberikan sebuah pintu di Surga yang dinamakan ar-Rayyan di mana tidak akan ada yang masuk melalui pintu tersebut melainkan orang-orang yang berpuasa.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda,

((إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ))

Sesungguhnya di Surga ada pintu yang disebut ar-Rayyan, pada hari Kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut. Tidak akan ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Akan dikatakan, ‘di manakah orang-orang yang berpuasa itu ?’ maka mereka pun berdiri. Tak akan ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Lalu, apabila mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup, sehingga tak seorang pun akan masuk melalui pintu tersebut. [Shahih al-Bukhari (1896) dan Muslim (1152), dan lafazh ini milik imam al-Bukhari.]

 

  1. Bahwa seorang hamba apabila melaksanakannya sebagaimana yang disyariatkan dan menunaikannya dengan penuh keikhlasan kepada Allahسُبْحَانَهُ وَتَعَالَىdan mengikuti rasul-Nya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – hal tersebut akan mendatangkan banyak buah nan indah ; berupa kekokohan di atas kebenaran, bertambahnya keimanan, kuatnya keyakinan, terhiasi dengan akhlak yang indah, terkendalikannya syahwat, menumbuh suburkan amal-amal hati berupa rasa takut, harapan dan kecintaan (kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) dan amalan hati yang lainnya.

Ibnu al-Qayyim-رَحِمَهُ اللهُ –mengatakan,“Dan makasudnya adalah bahwa kemaslahatan-kemaslahatan puasa ketika dapat disaksikan dengan akal sehat dan fithrah yang lurus, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mensyariatkannya terhadap para hamba-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya terhadap mereka, dan sebagai bentuk kebaikan kepada mereka, serta sebagai penjagaan dan tameng bagi mereka. [Zaadul Ma’ad, 2/28]

 

Ya Allah ! Jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang mengetahui tentang keutamaan puasa dan golongan orang-orang yang mengamalkannya dengan konsekuensinya berupa keikhlasan, melaksanakan secara baik, dan menyempurnakannya sesuai dengan apa yang akan mendatangkan keridhaan-Mu.

Aamiin

 

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Fadhlu ash-Shiyam, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى. Dengan ringkasan

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *