Perkataan Salaf Tentang Ramadhan dan Puasa

Untaian kata-kata mutiara para salaf tentang Bulan Ramadhan menggambarkan kedudukan bulan mulia ini di dalam diri mereka, dan perbuatan serta amalan mereka merupakan suatu praktek dari kata-kata tersebut. Diantara perkataan mereka adalah:

Umar bin Khatthab berkata, “Selamat datang kepada yang membersihkan kita dari dosa-dosa.”

Ali bin AbiTholib berkata, “Barangsiapa yang perhatiannya hanyalah apa yang masuk keperutnya saja, maka harga dirinya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”

Pernah ada orang yang berkata kepada Al-Ahnaf bin Qais, “Engkau adalah orang yang sudah tua sedangkan puasa akan membuatmu lemah,” Maka ia menjawab, “Saya menjadikannya sebagai persiapan untuk perjalanan yang jauh, karena sabar dalam menaati perintah Allah lebih ringan dibanding sabar menahan adzabNya.”

Nafi’ bin Umar berkata, “Saya belum pernah merasakan kekenyangan dari semenjak saya masuk islam.”

Muhammad bin Wasi’ berkata “Barangsiapa yang sedikit makannya maka ia akan mudah paham dan mudah memberi pemahaman kepada orang lain, dan hatinya akan jernih dan lembut. Sesungguhnya terlalu banyak makanakan memberatkan seseorang untuk menggapai apa yang ia inginkan .”

Abi Sulaiman Ad-Daraniy berkata, “Jikalau engkau ingin memenuhi suatu hajat dari pada hajat dunia atau pun akhirat, maka janganlah engkau makan sebelum engkau memenuhinya, karena makan dapat merubah akal seseorang.”

Abi Imran Al-Juniy berkata, “Dahulu dikatakan: Barang siapa yang ingin hatinya bersinar maka hendaknya ia menyedikitkan makanannya.”

Utsman bin Zaidah berkata, “Sufyan At-Tsauriy menulis surat kepadaku yang berisi: Jika engkau ingin badan musehat dan tidurmu sedikit maka sedikitkan lah makananmu.”

Ibrahim bin Adham berkata, “Barangsiapa dapat mengontrol perutnya niscaya ia akan dapat mengontrol agamanya, dan barang siapa yang dapat menahan laparnya niscaya ia akan memiliki akhlak yang terpuji.”

Hasan bin Yahya Al-Khusyaniy berkata, “Barangsiapa yang menginginkan air matanya menetes dengan deras, serta memiliki hati yang peka maka hendaklah ia makan dengan jatah setengah perutnya.”

“Saya belum pernah merasakan kekenyangan dari semenjak enam belas tahun yang lalu, karena rasa kekenyangan menyebabkan badan berat untuk melakukan apa pun, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mendatangkan ngantuk, dan menjadikan seseorang lemah untuk beribadah.”

Aisyah berkata, “Bid’ah pertama yang diadakan setelah wafatnya Rasulullah shallallahualaihi wasallam adalah kekenyangan berlebihan, sesungguhnya suatu kaum ketika perut mereka kekenyangan menjadikan diri mereka condong kepada dunia.”

Sumber : www.almohtasb.com

Penerjemah : Arinal Haq


Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah
Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *