Hubungan suami istri kadang mengalami kendala dan terancam suasana kritis, disebakan oleh karena sikap kering dari salah satu pihak. Bagaimana jalan keluarnya ?
Di bawah ini ada sebuah pertanyaan dari seorang istri yang pernah diajukan kepada Syaikh ‘Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz semasa hidup beliau :
“Suami saya, semoga Allah memaafkannya, tidak pernah memperhatikan saya di rumah meskipun ia masih terlihat memiliki akhlak mulia dan rasa takut kepada Allah. Ia selalu bermuka masam dan tidak lapang dada kepada saya. Kadang ia mengatakan bahwa sayalah penyebabnya. Padahal Allah mengetahui bahwa saya, al-hamdulillah, senantiasa memenuhi hak-haknya dan selalu berusaha agar bisa menyenangkan, menentramkan dan menjauhkannya dari segala hal yang tidak mengenakkannya. Saya pun selalu bersabar atas segala perangainya terhadap saya. Setiap saya menanyakan sesuatu atau berbicara sesuatu kepadanya, ia marah dan emosi. Ia selalu mengatakan bahwa apa yang saya katakan adalah omong kosong. Padahal, kalau ia bertemu sahabat dan kawan-kawannya, ia selalu bersikap ramah, tetapi kepada saya, belum pernah aku melihat kecuali celaan dan perilaku yang jelek. Hal ini sangat menyakitkan dan menyiksa saya. Bahkan saya sempat berfikir meninggalkan rumah. Alhamdulillah, saya wanita yang punya pendidikan dan menjalankan kewajiban yang ditetapkan Allah.
Wahai syaikh, apakah apabila saya meninggalkan rumah suami, lalu saya didik anak-anak saya, dan saya tanggung sendiri beban hidup saya, apakah saya berdosa ? Ataukah lebih baik saya tetap tinggal bersamanya dengan keadaan seperti ini dan saya menahan diri untuk tidak berbicara, dan tidak usah ikut campur terhadap urusan serta kesulitannya ?
Syaikh Bin Bazz menjawab :
Tidak diragukan lagi bahwa kewajiban suami istri adalah memelihara hubungan yang baik, saling menunjukkan sisi-sisi kasih sayang, saling menunjukkan akhlak yang mulia, perangai yang indah dan sikap yang bagus. Sebab Allah berfirman,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik dan patut (Qs. An-Nisa : 19)
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan para wanita (istri) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf (baik dan patut) (Qs. Al-baqarah : 228)
Nabi bersabda :
البرّ حُسْنُ الْخُلُقِ
Kebaikan itu tidak lain adalah akhlak yang indah (HR.Muslim)
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Janganlah sekali-kali engkau meremehkan perbuatan ma’ruf meskipun sedikit, sekalipun hanya berupa menghadapi saudaramu dengan wajah yang berseri (HR. Muslim)
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا, وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya (HR. at-Tirmidzi)
Dan masih banyak hadis yang lainnya yang menunjukkan dorongan untuk berperilaku baik dan berhubungan yang harmonis antar sesama kaum muslimin secara umum, apalagi hubungan suami istri dan kerabat.
Adalah bagus sekali kesabaran serta ketabahan yang Anda lakukan menghadapi sikap kasar dan perilaku buruk dari suami. Dan saya wasiatkan kepada Anda untuk semakin bertambah sabar lagi dan tidak meninggalkan rumah suami. Sebab, insya Allah, di dalam sikap yang demikian itu terdapat kebaikan yang banyak dan akibatnya pun akan sangat baik.
Allah berfirman,
وَاصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ اللهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ
Bersabarlah, sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang bersabar (Qs. Al-Anfal : 46)
إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan (Qs. Yusuf : 90)
إِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan dipenuhi pahalanya tanpa batas (Qs. Az-Zumar : 10)
فَاصْبِرْ ۖ إِنَّ الْعٰقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ
Bersabarlah, sesungguhnya akibat yang baik hanyalah untuk orang-orang yang bertakwa (Qs. Huud : 49)
Selanjutnya, tidak ada halangan bagi Anda untuk mengajaknya bercanda dan berbicara dengan bahasa yang dapat melembutkan hatinya. Bahasa yang dapat menimbulkan sikap ramahnya dan membangkitkan perasaannya akan hak Anda. Jangan meminta hal-hal yang bersifat duniawi terlebih dahulu selama ia masih menunaikan tugas-tugas wajibnya, sampai suatu saat dada dan hatinya lapang untuk memenuhi permintaan duniawi Anda yang terarah. Insya Allah Anda akan mendapatkan akhir yang terpuji.
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik-Nya kepada Anda supaya semakin bertambah mendapat segala kebaikan.
Semoga pula Allah memperbaiki keadaan suami Anda, memberikan kesadaran kepadanya dan menjadikannya berakhlak, berperilaku dan bersikap baik serta memelihara hak-hak Anda. sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Dzat yang dipanjatkan permohonan kepada-Nya. Dan Dia Maha Memberikan petunjuk menuju jalan yang lurus.
Sumber :
Diambil dengan bahasa bebas dari Fatawa al-Mar’ah, Jama’ Wa tartib : Muhammad al-Musnid, Daar al-Wathan, cet II. 1418 H/1998 M, halm. 127-128
Amar Abdullah bin Syakir
Menekankan utk “jangan meninggalkan rumah”
Hmmm
Tapi tidak memberikan suasana kondusif agar hasrat ingin meninggalkan rumah bisa dibendung.
Bagaimana menjalani rumah tangga yg dominan demikian, lebih sering berkeinginan meninggalkan rumah?
Semoga Allah mengampuni.