Segala puji bagi Allah Dzat yang menciptakan kita makhluk-Nya dengan sebaik-baik bentuk dan melengkapinya dengan hati yang memiliki banyak fungsi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seorang nabi yang baik hatinya.
Pembaca yang budiman…
Termasuk perkara yang penting yang hendaknya waktu kita banyak di manfaatkan untuknya, upaya maksimal kita hendaknya di kerahkan untuk melakuknya adalah “perbaikan kondisi hati dan upaya menjadikannya sehat, terbebas dari segala macam noda yang akan mengotorinya”.
Mengapa hal ini penting dan menjadi keharusan bagi kita untuk mengupayakan? Paling tidak ada beberapa alasan yang mendorong kita untuk melakukan hal ini. di antaranya,
Pertama, karena hati adalah jatuhnya pandangan ilahi.
Abu Hurairah, semoga Allah meridhoinya, berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan tidak pula melihat kepada harta kalian, namun Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Karena hati menjadi perhatian pandangan Allah ta’ala, maka tentu sangat penting seorang hamba senantiasa berusaha memperhatikan kebaikan kondisi hatinya, agar tidaklah Allah memandangnya melainkan yang akan didapati adalah kebaikan kondisinya. Namun demikian pentingnya, sungguh sangat menakjubkan tindakan kebanyakan orang yang sedemikian perhatian dengan wajahnya yang merupakan tempat jatuhnya pandangan makhlukNya, ia merasa tidak nyaman manakala orang memandang dirinya sementara pada dirinya terdapat cacat atau kotoran yang menodainya. Maka, tidak jarang kemudian mereka sangat berusaha untuk membersihkan wajahnya agar terlihat sedemikian indah dalam pandangan mata manusia sesamanya, sehingga tidak jarang kita dapati banyak orang yang kemudian mengorbankan tidak sedikit hartanya untuk membeli sejumlah alat atau sarana yang dengannya wajahnya dapat terbebas dari berbagai macam kotoran, sehingga wajahnya akan terlihat indah dipandang. Sayang sekali justru ia melupakan hatinya yang merupakan tempat jatuhnya pandangan Rabbnya yang telah dan turus memberikan berbagai kenikmatan kepadanya, yang terus dan masih saja memberikan banyak kenikmatan kepadanya hingga tak terhitung berapa banyak jumlahnya. Bahkan, ia membiarkan hatinya menjadi tempat bersarang kotoran dan noda, hingga penuh meliputinya, sehingga hatinya pun mati dibuatnya, ia membatu, ia menjadi keras sehingga tak mampu lagi menerima kebaikan-kebaikan nasehat yang disampaikan kepadanya. Semoga Allah melindungi hati kita dari hal seperti ini. Aamiin.
Kedua, karena hati adalah raja yang dipatuhi, pemimpin yang ditaati.
Sesungguhnya seluruh anggota tubuh mengikuti hati, jika sang hati kondisinya baik, niscaya akan baiklah kondisi anggota tubuhnya. Sebaliknya, manakala kondisi hati itu buruk, maka akan buruklah anggota badan seluruhnya.
Dari Nu’man bin Basyir, semoga Allah meridhoinya, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, yang apabila segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk maka buruklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah bersabda, “Tak akan lurus keimanan seorang hamba sehingga hatinya lurus dan hatinya tak akan lurus sehingga lisannya lurus.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, tidak memberi karena Allah, maka telah sempurnalah keimanannya.”
Maknanya, bahwa seluruh pergerakan hati dan jasad bila mana kesemuanya itu karena Allah ta’ala maka telah sempurnalah keimanan seorang hamba dengan hal tersebut secara lahir dan batin. Kebaikan gerakan hati berkonsekwensi pada baiknya gerakan jasad. Maka bila mana hati itu baik, tidak ada padanya kecuali menginginkan Allah dan menginginkan apa yang diinginkan-Nya niscaya hal tersebut tidak akan mendorong jasad kecuali pada apa-apa yang diinginkan oleh Allah, ia akan bersegera menunaikan perkara-perkara yang diridhoiNya, menahan diiri dari segala yang dimurkainya dan yang berpotensi akan mendatangkan kemurkaanNya. Bila Anda telah mengetahui hal tersebut, maka wajiblah memperhatikan perkara-perkara yang akan menjadikan baiknya hati dan berhias diri dengan hal tersebut, dan wajib pula untuk memperhatikan perkara-perkara yang akan merusak hati agar hal tersebut dijauhi.
Ketiga, karena hati seringkali berbolak-balik.
Dari Miqdad bin al-Aswad, semoga Allah meridoinya, ia berkata, aku tidak berkomentar tentang seseorang bahwa ia baik, tidak pula berkomentar bahwa ia buruk, hingga aku melihat sesuatu yang menjadi penutup baginya -yakni- setelah sesuatu yang aku mendengarnya dari Rasulullah, lalu dikatakan kepadanya, “Apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah?” Ia menjawab, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Sungguh hati ibnu adam (manusia) lebih berbolak balik daripada kuali yang berisi air yang tengah mendidih.” (HR. Ahmad), telah dimaklumi bagaimana cepatnya gerakan air yang mendidih yang terdapat dalam kuali tersebut.
Seorang penyair berkata, “Tidaklah dinamakan dengan “Al-Qolbu” kecuali karena berbolak-baliknya… oleh karenanya waspadalah terhadap hati karena ia berbolak-balik dan berubah-ubah.” (Tafsir al-Qurthubiy, 1/187)
Dari Abu Musa al-Asy’ariy, semoga Allah meridhoinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan hati adalah seperti bulu yang berada di tanah lapang, angin memolak-balikkannya kesana kemari, bagian bawah menjadi bagian atas, bagian atas menjadi bagian bawah.” (HR. Ahmad)
Di sini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan gambaran hati kepada kita, ia seperti halnya bulu yang sedemikian ringannya dan sedemikian mudah terpengaruh oleh fitnah yang menerpanya, baik fitnah tersebut kecil maupun besar, sama halnya seperti kondisi bulu dalam hal mudahnya terpengaruh oleh kecilnya tiupan, ia berubah arahnya, oleh karena kondisi hati yang demikian itulah Rasulullah bersumbah, “Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati.” (HR. Al-Bukhari)
Maka, sesuatu yang paling kecil akan dapat mengotorinya dan memberikan pengaruh terhadapnya, maka hati seperti halnya pakaian yang paling putih warnanya. akan berpengaruh pedanya meskipun sesuatu yang remeh. Dan, seperti halnya kaca yang sedemikian jernihnya, sesuatu yang remeh sekalipun akan memberikan pengaruh padanya. oleh kerena itu, setiap saat ia dapat terpengaruh dengan sedemikian mudahnya. Wallahu a’lam.
Semoga Dzat yang membolak-balikkan hati kita menetapkan hati kita untuk condong kepada ketaatan kepadaNya. Aamiin.
Sumber : Disarikan dari, “Ishlahul Quluub”, Syaikh Abdul Hadi bin Hasan Wahbiy.
Penyusun : Amar Abdullah Abu Umair
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet