Pentingnya Mengetahui Makna Kalimat Tauhid
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ “”
Telah diketahui secara pasti bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islam, pokok agama, dan tiang bangunannya.
Tidak diragukan lagi bahwa keadaan seperti ini tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui maknanya, karena urutan ini (ilmu, keyakinan, ucapan, dan amal) bagaikan urutan bangunan dan pondasinya, serta cabang pokoknya. Karenanya, siapa saja yang tidak mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau di saat tidur, tidak mengetahui apa yang ia ucapkan (Syahadah an Laa Ilaaha Illallah, hal.23-24)
Yang demikian itu, karena setiap yang mengerti akan adanya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, ia mengetahui secara pasti bahwa yang dimaksud dari dua kalimat syahadat adalah hakikat dan maknanya serta yang mencakup ilmu dan amal. Adapun sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan tanpa menyakini hakikatnya, maka ini tidak akan memberikan manfaat dan juga tidak akan membebaskan seorang hamba dari kesyirikan dan cabang-cabangnya.
Ibnu Jarir ath-Thabari –رَحِمَهُ اللهُ-(wafat th.310H) ketika menafsirkan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ [الزخرف : 86]
“…kecuali orang-orang yang menyaksikan dengan benar dan mereka mengetahui.” (Qs. Az-Zukhruf : 86)
Beliau–رَحِمَهُ اللهُ-berkata ,”Persaksian dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap tauhid maksudnya : kecuali yang beriman kepada Allah dan mereka mengetahui hakikat tauhid (Tafsir ath-Thabari (XI/219)
Jadi, sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim adalah memahami kalimat yang agung ini, yaitu kalimat tauhid ” لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ” dan mengetahui kandungannya dengan benar.
Pentingnya mengetahui makna kalimat tauhid ” لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ” semakin ditekankan ketika banyak orang yang menyimpang dari pemahaman yang benar, dan semakin jarang orang yang serius menjelaskan dan menjabarkan makna kalimat ini. Betapa banyak penafsiran-penafsiran kalimat ini yang keliru menghiasi buku-buku dan lisan-lisan banyak orang, serta berakibat pada penyimpangan dalam agama seseorang. وَاللهُ الْمُسَتَعَانُ (Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ [الممتحنة : 4]
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja…”(Qs.al-Mumtahanah : 4)
Dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (28) [الزخرف : 26 – 28]
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.”
Dan (lbrahim-عَلَيْهِ السَّلَامُ) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu (Qs. az-Zukhruf : 26-28)
Maksudnya, Ibrahim-عَلَيْهِ السَّلَامُ-menjadikan loyalitas kerena Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dan berlepas diri dari setiap sembahan selain-Nya sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya yang terus diwariskan oleh para Nabi dan pengikutnya, dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Yang dimaksud adalah kalimat tauhid لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Inilah yang diwariskan oleh imam orang-orang yang hanif kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari Kiamat.
Dengan kalimat tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Allah menjadikan fitrah seluruh makhluk di atas kalimat ini. Di atasnya agama dan kiblat itu dibangun, serta pedang-pedang jihad dihunuskan. Ia murni hak Allah atas seluruh hamba-Nya, sekaligus kalimat yang melindungi darah, harta dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan Neraka. Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya.
Ia adalah tali yang jika seseorang tidak berpegang dengannya, niscaya ia tidak akan sampai kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Ia adalah kalimat Islam dan kunci pembuka Surga yang penuh keselamatan. Dengannya, manusia terbagi menjadi orang sengsara, bahagia, diterima ataupun ditolak. Dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri keimanan, serta terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehinaan.
Wallah A’lam
Amar Abdullah bin Syakir