Ziarah Pengingat Kematian

Kelalaian seringkali hinggap di benak dan pikiran kita, sehingga seringkali pula kita tidak ingat perkara yang pasti akan menyapa kita, yaitu “kematian” yang tidak ada seorang pun di antara kita yang mengetahui waktu kedatangannya. Maka, mengingatnya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Karena dengan hal itu seorang tersadar dari kelalaiannya. Ia teringat kembali tentang sesuatu yang telah sekian lama terlupakan. Dan, lebih dari itu, ia kemudian terdorong untuk segera mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Oleh karena pentingnya hal ini, maka Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-, seorang Nabi yang dikatakan oleh Dzat yang mengutusnya dalam firmanNya,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alama (Qs. Al-Anbiya : 107).

Diantara yang dianjurkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dilakukan agar seseorang teringat dengan kematian adalah, “ziarah Kubur“ (mengunjungi kuburan). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya dengan sanadnya hingga kepada Abu Hurairah-semoga Allah meridhainya-, ia berkata:

Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah menziarahi kuburan ibundanya, beliau menangis dan menjadikan orang yang berada disekitar beliau ikut menangis pula, lalu beliau bersabda, aku pernah meminta izin kepada rabbku untuk memintakan ampun bagi beliau (yakni, ibunya-pen) namun hal tersebut tidak diizinkanNya untuk aku lakukan. Dan aku juga pernah meminta izin kepadaNya untuk mengunjungi kuburnya, maka hal tersebut diizinkanNya. Oleh karena itu, berziarah kuburlah kalian karena sesungguhnya hal itu akan dapat mengingatkan kematian (HR. Muslim, No. 2304)

Sungguh benar pernyataan beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam-:

فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

“berziarah kuburlah kalian, karena hal tersebut dapat mengingatkan (kalian) akan kematian.”

Betapa tidak, sementara beliau adalah shadiqul mashduuq (seorang yang benar ucapannya lagi dibenarkan oleh wahyu), dia adalah utusan Dzat yang Maha Benar yaitu Allah subhanahu wata’ala. Dari sejak seseorang hendak memasukinya saja, Rasulullah telah mengajarkan sebuah ungkapan yang dengan itu seorang akan teringat dengan kematian. Perhatikan hadis berikut:

إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِىَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ ». قَالَتْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « قُولِى السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ ».

“Nabi menyebutkan perkataan Malaikat kepada beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Istrinya, Aisyah), “sesungguhnya robbmu memerintahkan mu untuk mendatangi/menziarahi kuburan Baqi’ agar engkau memohonkan ampun (kepada Allah) untuk mereka   (orang yang telah meninggal dunia dari kalangan kaum muslimin). (mendengar hal tersebut), Aisyah pun bertanya,  bagaimana yang akan aku katakan kepada mereka (para penghuni kubur) (saat aku menziarahi kuburan mereka)  wahai Rasulullah ? beliau pun kemudian mengatakan, ucapkanlah olehmu, “ semoga keselamatan diberikan kepada penghuni kuburan ini dari kalangan kaum mukminin dan muslimin , semoga Allah merahmati para pendahulu kita (yang telah meninggal dunia) dan orang-orang yang belakangan (akan meninggal dunia), sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusul kalian.” (HR. Muslim, No. 2301)

Sisi yang lain yang mengindikasikan kebenaran pernyatan beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam– di samping memang beliau adalah orang yang benar ucapannya dan dibenarkan oleh wahyu- adalah bahwa ketika seorang berada di kuburan, tentu di dalam benaknya atau di dalam otaknya terselip dugaan yang kuat bahwa di dalam kuburan tersebut terdap orang-orang yang telah meninggal dunia, dengan demikian secara otomatis ia akan teringat dengan perihal kematian.  Hanya saja, apakah kemudian ia akan mengambil pelajaran dari apa yang ada dihadapannya berupa kuburan dan isinya, dan apa yang terjadi di dalamnya berupa ujian, kenikmatan bagi orang yang taat atau siksa bagi orang yang tidak taat, sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam– dalam sabda-sabdanya, seperti:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ. قَالَتْ فَكَذَّبْتُهُمَا وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ دَخَلَتَا عَلَىَّ فَزَعَمَتَا أَنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ فَقَالَ « صَدَقَتَا إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ ». قَالَتْ فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ.

Dari ‘Aisyah, ia berkata, pernah ada dua orang wanita tua Yahudi Madinah menemuiku, lalu keduanya mengatakan sesungguhnya penghuni kubur  diazab di dalam kubur-kubur mereka. Aisyah berkata, akupun mendustakan (apa yang dikatakan) keduanya, dan aku pun tidak terdorong untuk membenarkan ucapan keduanya, lalu kedua wanita itu pun keluar. Bersamaan dengan itu, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- masuk menemui aku. Maka, akupun mengatakan kepada beliau, sesungguhnya dua orang wanita Yahudi Madinah telah masuk menemuiku, keduanya beranggapan bahwa para penghuni kubur itu diazab di kuburan-kuburan mereka. (Mendengar penuturan ku tersebut) maka beliau berujar, “ kedua wanita tersebut benar, sungguh para penghuni kubur itu diazab/disiksa dengan sebuah siksaan yang dapat didengar oleh binatang. Aisyah berkata, maka tak sekalipun aku melihat beliau –setelah itu- ketika shalat melainkan beliau mohon perlindungan kepada Allah dari azab Kubur. (HR. Muslim, No.1349)

Apakah juga kemudian ia tergerak lisannya untuk memohonkan ampun untuk penghuni kubur dari kalangan kaum muslimin, yang meninggal dunia dalam keadaan mentauhidkan(meng-esakan) Allah, ketika ia ikut serta mengiringi jenazahnya hingga ke kuburan dan setelah penguburannya, sebagai pengamalan perintah Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– dalam dalam hadis Utsman:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ « اسْتَغْفِرُوا لأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأَلُ ».

Dari Utsman bin Affan, ia berkata, adalah Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bila telah usai dari proses pemakaman jenazah, beliau berdisi di atasnya lalu bersabda, (kepada hadirin), mintakanlah ampun oleh kalian untuk saudara kalian dan dan mintakanlah untuknya at-Tasbit (ketetapan), karena sekarang ia tengah ditanya (HR. Abu Dawud, No3223)

Orang-orang yang menyakini kebenaran sabda beliau dan mendapatkan taufiq dari Allah lah yang nampaknya akan dapat mengabil pelajaran. Akhirnya, semoga Allah membersihkan dari hati kita dari setiap keraguan terhadap kebenaran sabda Nabi, sehingga 100 % hati kita akan membenarkan apa saja yang disabdakan beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam  dan semoga pula Allah memberikan taufiq kepada kita terbimbing untuk malakukan setiap kebaikan dari ajaran yang dibawanya. Aamiin

Wallahu a’lam

Penulis : Amar Abdullah bin Syakir

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *