Anan bin Malik-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا لَقِيَ الرَّجُلَ فَكَلَّمَهُ لَمْ يَصْرِفْ وَجْهَهُ عَنْهُ حَتَّى يَكُوْنَ هُوَ الَّذِي يَنْصَرِفُ . وَإِذَا صَافَحَهُ لَمْ يَنْزِعْ يَدَهُ ( مِنْ يَدِهِ ) حَتَّى يَكُوْنَ هُوَ الَّذِي يَنْزِعُهَا . وَلَمْ يُرَ مُتَقَدِّمًا بِرُ كْبَتَيْهِ جَلِيْسًا لَهُ قَطُّ
“Apabila Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bertemu seseorang lalu berbicara kepadanya maka beliau tidak memalingkan wajahnya darinya sehingga orang itu sendiri yang berpaling, dan apabila beliau menjabat tangannya, beliau tidak menarik tangan beliau dari tangannya sehingga orang itu yang menarik tangannya lebih dahulu. Dan beliau sama sekali tidak pernah terlihat maju dengan kedua lutut beliau melebihi (lutut) rekan duduknya.” [1]
Rasulullah-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,
تَصَافَحُوْا يَذْهَبِ الْغِلُّ
“Hendaknya kalian saling berjabat tangan, niscaya kebencian akan sirna.” [2]
Anas bin Malik-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata,
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إِذَا تَلَاقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا
“Para sahabat Nabi apabila bertemu, mereka saling berjabat tangan, dan apabila mereka pulang dari safar, mereka saling merangkul.” [3]
Semua bukti-bukti ini dan bukti-bukti lainnya menunjukkan bahwa kedekatan fisik memiliki pengaruh besar dalam mendekatkan hati dan menyatukannya di antara saudara-saudara. Maka tentu begitu juga di antara suami-istri, karena kebutuhan kepada kedekatan fisik bagi pasangan suami-istri adalah lebih besar.
Agar kedekatan fisik di antara suami-istri ini bisa mengakibatkan pengaruh yang positif, maka hendaknya suami-istri memperhatikan kebersihan tubuhnya, sehingga tidak memunculkan bau tidak sedap yang mengganggu pasangan, juga tidak memakai pakaian kotor, atau lalai memperhatikan penampilannya. Kedekatan fisik menuntut keduanya untuk menjaga kebersihan, aroma tubuh, dan penampilan yang baik.
Para istri Nabi menyampaikan kepada kita tentang keadaan Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam hal ini. Aiysah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- berkata,
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ
“Aku pernah mandi bersama Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dari satu bejana, tangan kami saling bergantian (menciduk) air.” [4]
(Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-juga berkata),
وَكَانَ يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ إِلَيَّ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
“Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah menyuruhku memakai kain sarung lalu beliau mencumbuku ketika aku sedang haid. Dan beliau-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga mengeluarkan kepala beliau kepadaku saat beliau beri’tikaf lalu aku membasuhnya saat aku haid.” [5]
Ummu Salamah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-berkata,
حِضْتُ وَأَنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْخَمِيلَةِ فَانْسَلَلْتُ فَخَرَجْتُ مِنْهَا فَأَخَذْتُ ثِيَابَ حِيضَتِي فَلَبِسْتُهَا فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنُفِسْتِ قُلْتُ نَعَمْ فَدَعَانِي فَأَدْخَلَنِي مَعَهُ فِي الْخَمِيلَةِ
“Aku pernah dalam keadaan haid saat aku bersama Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam sebuah selimut, maka aku keluar dari selimut lalu aku mengambil pakaian haidku dan mengenakannya, maka Rasulullah-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda kepadaku,’Apakah kamu haid ?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Lalu beliau menarikku masuk kembali ke dalam selimut tersebut.” [6]
Dari Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-, beliau berkata,
تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي وَفِي يَوْمِي وَبَيْنَ سَحْرِي وَنَحْرِي
“Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- wafat di rumahku, di hari giliranku, dan di antara dada bawah dan leherku.”
Perhatikanlah wahai suami-istri hadis-hadis ini dan segala kandungan di dalamnya yang menjelaskan betapa pentingnya kedekatan fisik di antara suami-istri di samping jalinan hati mereka.
Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اَلْوَدُوْدُ اَلْوَلُوْدُ اَلْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا وَ تَقُوْلُ : لَا أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang wanita-wanita kalian dari kalangan penghuni Surga ? : (yaitu) wanita-wanita yang penuh cinta, banyak anak, dan membawa manfaat bagi suaminya, yang bila suaminya marah, maka dia datang kepadanya lalu meletakkan tangannya pada tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak bisa merasakan tidur sebelum engkau memaafkan (diri-ku).” [7]
Perhatikanlah, “dia datang kepada (suami)nya lalu meletakkan tangannya pada tangan suaminya”, sebuah gerakan indah yang didorong oleh perasaan cinta, yang akan membuat hati semakin saling mendekat dan makin jernih.
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 50-53
Catatan :
[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Al-Albani berkata, “Dhaif (lemah), selain ucapan tentang jabat tangan, ia shahih.”
[2] Diriwayatkan oleh Malik, dan didhaifkan oleh al-Albani.
[3] Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dan dihasankan oleh al-Albani.
[4] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
[5] Diriwayatkan oleh al-Bukhori
[6] Diriwayatkan oleh al-Bukhori
[7] Diriwayatkan oleh an-Nasai dan lainnya dan dishahihkan oleh al-Albani.