Para Shahabiyat Memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Ini adalah masalah penting yang tidak pernah diabaikan oleh para sahabat Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, baik laki-laki maupun perempuan. Karena, hal inilah yang menunjukkan (besarnya) sikap mereka terhadap Islam dan menunjukkan tingginya loyalitas mereka terhadap Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam.

Saya memiliki sebuah contoh yang menjelaskan hal ini, yaitu Sikap Ummu Habibah, isti Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bapaknya hendak duduk di atas kasur Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, dia melipatnya. Bapaknya pun berkata, “Engkau lebih menyukai kasur ini daripadaku, atau lebih menyukai aku daripada kasur ini? “Ummu Habibah menjawab, “Ini adalah kasur Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan engkau orang yang najis lagi musyrik. “Abu Sufyan berkata, “Engkau kualat kepadaku.” (ath-Thabaqat al-Kubra, 8/100; al-Ishabah, 4/306, dan Shifat ash-Shafwah, 2/46)

Di antara kisah-kisah hidup para shahabiyat yang dapat menunjukkan hal ini adalah kisah Ummul Fadhl Lubabah binti al-Harist, istri al-Abbas bin Abdul Muthallib-semoga Allah meridhainya-. Pada saat al-Husain bin Ali –semoga Allah meridhainya- dilahirkan, Ummu Fadhl mengasuhnya, dia berkata, “Aku membawanya kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, lalu beliau membersihkannya dan menciumnya, dan pada saat itu juga ia mengencingi Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- sebagaimana yang telah disebutkan di Thabaqat ibnu Sa’ad dan yang lainnya, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

Wahai Ummul Fadhl, peganglah cucuku ini, dia telah mengencingiku! “Dia berkata, “Aku mengambilnya kemudian mencubitnya dengan cubitan yang membuatnya menangis sambil berkata, ‘Kamu telah mengganggu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-, kamu telah mengencinginya.” Ketika bayi itu menangis, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Wahai Ummul Fadhl, engkau telah menyakitiku dengan apa yang telah engkau perbuat terhadap cucuku ini, engkau telah membuatnya menangis … (ath-Thabaqat al-Kubra, 8/278)

Lihatlah perkataan Ummu Sulaim-semoga Allah meridhainya- , “Aku mengambilnya kemudian mencubitnya dengan cubitan yang membuatnya menangis,” dan perkataannya , “Kamu telah mengganggu Rasulullah, kamu telah mengencinginya.”

Kalimatnya pendek, akan tetapi mengandung makna yang agung, memadukan antara perkataan dan perbuatan yang menunjukkan sikap hormat kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-. Perkataan yang menunjukkan sikap hormat tersebut adalah, “Kamu telah mengganggu Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- kamu telah mengencinginya.” Sedangkan dalam perbuatan adalah dia mengambil bayi itu dari Nabi –shalllahu ‘alaihi wasallam dan mencubitinya sehingga bayi itu menangis.

Dalam hadis ini terdapat sifat mulia Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, yaitu beliau sayang dan belas kasih kepada anak kecil. Hal ini secara jelas terlihat dalam sabda beliau, “ … Wahai Ummul Fadhl, engkau telah menyakitiku dengan apa yang telah engkau perbuat terhadap cucuku, engkau telah membuatnya menangis...”

Dalam Musnad Ishaq bin Rahawaih (1/152) saya mendapatkan hadis lain yang menunjukkan sikap menghormati dan memuliakan oleh shahabiyah ini kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-. Yakni, ketika al-Husain kencing di pangkuan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, Ummul Fadhl berkata, “ Wahai Rasulullah, berikan kepadaku pakaianmu untuk aku cuci.! “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- berkata,

يَا أُمَّ الْفَضْلِ, إِنَّمَا يُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ وَيُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلَامِ

“Wahai Ummul Fadhl, air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup dengan diperciki air.

Wallahu a’lam

Sumber :

Duruusun Min Hayati ash-Shahabiyaat, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani (E.id, 39-40)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *