Allah Ta’ala mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab sucinya lewat mereka agar menyeru manusia untuk semata-mata ibadah kepada Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.(QS Annahl: 36)
Namun dalam beribadah juga harus memurnikannya hanya semata-mata untuk Allah Ta’ala, tidak kepada yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS Annisa: 48)
Ini dinamakan kemusyrikan, ada Syirik Akbar, itu yang dapat mengeluarkan seorang muslim dari Islam, karena menyembah selain Allah Ta’ala.
Ada juga yang dinamakan Syirik Ashgar yang berarti kecil, yaitu seseorang beribadah kepada Allah Ta’ala namun juga dengan maksud pamer dan mencari muka dengan ibadahnya sehingga menarik perhatian orang lain.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ اَلْأَصْغَرُ اَلرِّيَاءُ
“Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil: yaitu riya.” (HR Ahmad)
Dan syirik ini meski digolongkan kecil, namun bukan berarti dampaknya kecil.
Bahkan sangat besar dan serius, yaitu hangusnya pahala orang tersebut.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS Azzumar: 65)
Jadi sungguh disayangkan, setelah berletih ibadah namun pahalanya tidak ada.
Apalagi ibadah-ibadah yang pelaksanaannya membutuhkan biaya, seperti umrah, haji, zakat, qurban dan lain sebagainya.
Maka, hendaklah seorang muslim ikhlas beribadah kepada Allah Ta’ala, tidak menyekutukannya dengan sesembahan lain dan tidak dengan tujuan riya kepada orang lain.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al Bayyinah: 5)
Dan bertaubatlah atas kesalahan-kesalahan dalam niat ibadah sebelumnya dan kemudian terus mengerjakan amalan salih lainnya, semoga Allah Ta’ala menggantikan kesalahan itu menjadi kebaikan.
Sebagaimana firman-Nya:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS Hud: 114)
Semoga Allah Ta’ala menerima amalan kita dan memberikan kita taufik untuk istiqamah beribadah kepada-Nya hingga diwafatkan dalam husnul khatimah, Aamiin.
Ditulis oleh:
Muhammad Hadrami, LC
Alumni Fakultas Syariah LIPIA
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor