Cinta, kau manis tanpa gula
kau indah nan sempurna
kau surgaku
dan kau hidup matiku
Kekasih, kau rinduku
kau sayangku
kau ku cinta
kau ku manja
dan kau belahan jiwaku
Syair-syair nada penumbuh suasana syahwat seperti inilah yang kerap kali melambungkan lamunan generasi muslim. Yang untuk kemudian mengkristal menjadi ruh dari bagian gaya hidupnya. Hingga karenanya, telinga bagaikan tuli dan lidah terasa pahit bila sehari tidak menyenandungkan lagu yang dihaturkan tokoh idolanya.
Bercerita tentang cinta pertama, binar di dua bola matamu, rona memerah dipipimu, senyum kecil bibirmu, dan ratusan pujian serupa hingga sang kekasih tampak begitu sempurna. Apalagi ditunjang dengan panampilan sang kekasih yang jauh dari tuntunan beragama sudah begitu komplek. Hingga tak jarang daya tariknya menyeret onggokan cinta birahi si abang yang mabuk kepayang.
Lebih nyatanya lagi sulutan api pembangkit syahwat seperti ini, terlukis dalam dunia layar perak dan layar kaca. Dengan penyajian adegan seks yang vulgar, jorok dan menjijikan. Tentunya diperankan si cantik dan aduhai, guna membius saku penontonnya yang amoral.
Seks yang merupakan fithrah dan karunia Allah yang indah itu, berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku dalam tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Puncak eksploitasi itu terlihat dengan hadirnya segudang pendatang baru yang kian menantang.
Sungguh, ini adalah racun masyarak yang sangat berbahaya. Film-film yang mengumbar nafsu terus saja diproduksi. Bahkan, pihak prosedur semakin berani dan leluasa , sementara gunting badan sensor Film terasa kian tumpul. Ketumpulan ini membuat produser semakin leluasa membuat film seks dengan alasan kebutuhan pasar. Mereka tak mau rugi, sebagai pedagang tentu keuntungan yang mereka cari, meskipun kebuntungan moral dikikis setiap hari.
Kehancuran moral bangsa ini tercermin dari sekian banyak wanita yang berantrian panjang berebut kursi popularitas, hingga siap melepaskan seluruh auratnya. Tentunya dengan modal. Wajah bisa dijual, karena cantik dan bentuk tubuh yang menawan. Hingga terdengar ringkik kekufuran ini, “Kalau hanya ciuman sih, ayo saja. Tidak dalam film saja, seperti itu biasa kok, bagi mereka yang sudah punya pacar. Cium itu kecil”, lantunnya lantang. Peran apa saja yang dimaui cerita tidak mereka tolak.
Kalaupun hal itu harus melakukan adegan seks. Bahkan sebagian mereka tidak mau menggunakan pemain pengganti. “Kalau saya lakukan sendiri, saya lebih bisa mengontrol baik emosi maupun akting saya. Jelasnya, kami bermain sebaik-baiknya sesuai dengan tuntutan skenario dan selera masyarakat, ucapannya seakan mencerminkan kalbunya yang rusak.
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah, ia adalah hati (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kita mohon kepada Allah –subhanahu wata’ala- semoga Dia menjaga dan memellihara hati kita dari segala hal yang akan mengotori dan merusaknya. Amin
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Amar Abdullah bin Syakir |
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Instagram Hisbahnet,