Sikap objektif termasuk akhlak mulia yang dengannya seorang muslim berbeda dengan yang lain. Selama suami istri membiasakannya, niscaya hidup akan lebih baik dan berbuah ketentraman, saling memuliakan, dan menghargai dalam keluarga.
Di antara bentuk sikap objektif adalah dengan mengakui kelebihan yang dimiliki pasangan, berikut hak, posisi penting, dan perannya dalam rumah tangga. Seorang juga harus mengakui banyaknya palayanan yang telah diberikan pasangannya, tanpa memungkiri sedikitpun, meskipun terjadi silang pendapat antara keduanya. Jika salah satunya salah, maka ia harus berani mengakui kesalahannya dan mengatakan yang benar meskipun merugikan diri sendiri. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi kerena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat … (Qs. An-Nisa : 135)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. Al-Maidah : 8)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ ، وَأَحْسِنْ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ ، وَقُلِ الْحَقَّ وَلَوْ عَلَى نَفْسِكَ
Sambunglah (hubungan kekerabatan) orang yang memutuskan (hubungan) denganmu, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu, dan ucapkanlah yang benar meski merugikan dirimu sendiri. (Shahih al-Jami’)
Ammar bin Yasir berkata :
ثَلَاثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ جَمَعَ الْإِيْمَانَ : اَلِإنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالَمِ وَالْإِنْفَاقُ مِنَ الْإِقْتَارِ
Ada tiga hal siapa yang menghimpunnya, maka ia telah menghimpun iman; (pertama) sikap objektif dari dirimu, (kedua) mengusahakan keselamatan orang lain, dan (ketiga) berinfak saat kikir (Shahih al-Kalim ath-Thayyib)
Seorang penyair berkata :
Jika kamu mau objektif, niscaya kamu dibuat bahagia karenanya.
Jadilah seperti apa yang kamu inginkan dengan sikap objektif
Karena lelaki itu tinggi dengan pencapaiannya.
Banyak orang-orang rendahan menyia-nyiakannya.
Wallahu a’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 67)
Amar Abdullah bin Syakir