Nikmatnya Kedekatan

Kedekatan suami istri baik jasad maupun jiwa termasuk masalah penting demi keberlangsungan rasa cinta dan kehidupan rumah tangga berdua. Alangkah indahnya saat suami mengecup istri dan memeluknya saat ia masuk rumah, keluar rumah, dan tatkala duduk berdua dengannya, meletakkan kepala di pangkuan istri, mengusap kepala dan rambutnya, atau menepukkan tangan ke bahu istri saat masuk dan keluar rumah.

Istri juga harus mempraktekkan hal-hal yang sama terhadap suaminya, di samping ia mencium kening dan tangan suami, serta perlakuan lain yang dapat membuat masing-masing dekat dengan pasangannya. Jika masing-masing suami istri mengangggap pendamping hidupnya bagaikan anak manjanya, terutama setelah bertambah umur , tentu akan menemukan akibat baik setelahnya dengan izin Allah ta’ala.

‘Aisyah –semoga Allah meridhainya- berkata :

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَرَأْسُهُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ

Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah membaca al-Qur’an sedang kepalanya di pangkuanku, dan aku dalam kondisi haid (Shahih al-Bukhari)

‘Aisyah –semoga Allah meridhainya- juga berkata :

وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهْوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ

Dan bahwasanya beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah mengeluarkan kepalanya dari masjid saat beri’tikaf, lalu aku mencuci kepala beliau sedang aku dalam kondisi haid.” (Shahih al-Bukhari)

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُقَبِّلُهَا وَهُوَ صَائِمٌ

Dari ‘Aisyah-–semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- menciumnya dalam kondisi berpuasa (Shahih Muslim)

‘Aisyah –semoga Allah meridhainya- juga berkata :

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ فَأَقُوْلُ : أَبْقِ لِي أَبْقِ لِي

Aku dan Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah mandi bersama dari satu bejana. Maka, aku katakan : sisakan untukku…sisakan untukku (Shahih Ibnu Khuzaemah)

Bejana maksudnya bejana yang berisi air untuk mandi. Hadis ini mengisyaratkan dekatnya Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- dengan istrinya, bahkan bercanda dengannya saat mandi. Ini menunjukkan bahwa di sana tidak ada pembatas antara keduanya.

Karena itulah seyogyanya pasangan suami istri menghilangkan segala sekat baik perasaan maupun materi, dan mendekat dengan kedekatan hakiki, hingga keduanya merasakan kebahagiaan hakiki pula.

Wallahu A’lam

Sumber :

Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 138)

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *