Nasihat : Jauhi Jalan Menuju Zina!

Sahabatkku yang dirahmati Allah ta’ala.

Setiap hati yang memiliki firasat baik dan kesucian pandangan, tentu tidak akan memilih jalan kegelapan yang akan menghantarkan kepada kesengsaraan abadi, ia akan berhati-hati dalam memilih jalan yang akan ditempuhnya, ia juga akan melangkah penuh kehati-hatian karena takut akan terperosok kedalam jalan yang gelap dan penuh kesengsaraan.

Inilah salah satu jalan kegelapan yang penuh dengan kenistaan dan malapetaka, jalan yang telah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya tunjukan akan buruknya jalan tersebut.

Allah subhana wata’ala berfirman :

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang).” (QS. Al-Isra: 32)

Zina adalah seburuknya jalan dan diakherat kelak para pezina akan ditempatkan didalam tungku api yang terus menyala dan berkobar dari bawahnya, mereka akan berteriak dan tubuh mereka akan hacur, tapi kemudian akan kembali untuk seperti semula untuk kembali disiksa, begitu seterusnya hingga datang hari kiamat.

Dikisahkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya, dari Amr ibnu maimun  Al-Audi, “Aku pernah melihat pada zaman jahiliyah seekor kera yang menzinahi seekor kera betina, lalu kera-kera lainnya mengerumuni dua kera itu dan merajam mereka sampai mati, bahkan aku ikut merajam kedua kera itu. Sungguh, begitu hinanya perbuatan zina, hingga pelakunya disejajarkan dengan seekor binatang yang tidak berakal, dan di akhirat kelak Allah ta’ala akan mencampakkan para pezina, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits A’masy dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah dia berkata, “Tiga (jenis manusia) yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada Hari Kiamat, juga Allah tidak akan menyucikan mereka dan tidak pula memandang kepada mereka, sedang bagi mereka siksa yang pedih, yaitu: Laki-laki tua yang suka berzina, seorang raja pendusta dan orang miskin yang sombong.” (Hadits riwayat Muslim, 1/102-103)

Sahabatku, Allah ta’ala dan Rasul-Nya telah mengabarkan akan pintu-pintu yang dapat menjerumuskan kedalam perbuatan zina, pintu-pintu yang harus kita ketahui dan hati-hati terhadapnya. Rasul shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

“Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah iblis.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, V/313)

Ketahuilah, bahwa anak panah dapat menancap dalam hati, dan racunnya akan menyebar keseluruh tubuh dan mengantarkannya pada kematian. Pandangan mata adalah pintu diantara pintu-pintu zina, tentu pandangan yang diharamkan. Pandangan mata yang tidak di jaga dan diumbar kesegala penjuru adalah biang keladi dari terjadinya zina hati, tangan, kaki ataupun zina pada sesungguhnya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam,

“Telah dituliskan untuk anak Adam bagiannya dari zina, pasti menjumpainya, tidak mungkin tida. Maka dua mata zinanya memandang, dua telinga zinanya mendengarkan, lisan zinanya bercakap-cakap, tangan zinanya dengan menyentuh, kaki zinanya berjalan, sedangkan hati condong dan mengangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan dan mendustakannya.” (HR. Muslim, no. 4802)

Dijelaskan dalam hadits ini bahwa pandanganlah biang keladi awal dari perbuatan zina, Allah ta’ala tidak melarang kita dalam memandang, kita hanya diperintahkan untuk “menjaga” pandangan mata kita, Allah ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (QS. An-Nur : 31)

Sahabatku, menjaga pandangan adalah perintah yang di dalamnya mengandung banyak kebaikan, menjaga pandangan dapat menentramkan hati, menjernihkan pandangan, dan menjauhkan dari perbuatan zina.

Jalan atau pintu perzinaan yang lain adalah hubungan ilegal sebelum nikah, atau lebih masyhur ditelinga kita dengan istilah “PACARAN”. Sahabatku, bukankah pacaran itu lebih dari sekedar saling memandang hal yang diharamkan? Bukankah pacaran lebih dari sekedar duduk berdua antara bukan mahram? Bagaimana mungkin pacaran tidak akan berbahaya, sedangkan ia menghalalkan yang diharamkan, juga melanggar batasan-batasan syar’i yang telah digariskan? Bahkan pacaran telah mengambil hak yang bukan menjadi haknya! Ketahuilah sahabat, budaya pacaran yang sedang tumbuh pesat bagai cendawan di musim hujan. Ini adalah produk budaya KUFFAR yang bertujuan menghancurkan Pemuda-pemudi Islam, yang berusaha merobohkan sendi-sendi Syari’at Islam, dan berusaha menjauhkan pemeluknya dari perintah suci agama islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” sudah jelas sekali bahwa mengikuti budaya kuffar adalah perbuatan yang mengantarkan kepada kekufuran, naudzubillah min dzalik.

Bahkan, pacaran telah menjadi budaya dan dianggap sebagai “trend modern” dikalangan muda-mudi islam.

Bagaimana masa keemasan islam akan terulang kembali andai generasi islam itu sendiri melupakan ajaran kebaikan dalam islam?

Sahabatku, budaya pacaran tak lain adalah budaya sex bebas yang terlaknat dan hina.

Bukankah realita disekitar kita telah menunjukkan betapa besar dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut? Renungkanlah wahai penuda-pemudi islam! Cegalah hati dan jiwamu dari melakukan perbuatan sia-sia dengan menyibukkan diri dalam hal-hal kebaikan dan mengandung maslahat untuk semua, dunia dan akhirat.

Sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’I:

شباب اليوم رجال الغد

“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.”

Benarlah bahwa para pemuda adalah generasi penerus yang harus sejak dini ditarbiyah (dididik) dengan ajaran islam yang lurus dan suci dari segala bentuk kesesatan, generasi islam hari ini adalah gambaran islam dimasa depan.

Kembalilah! Cintai batasan-batasan suci yang Allah telah tetapkan, karena ia akan membawamu pada kesucian diri dan kebahagiaan masa depan.

Sahabatku, sebelum murka Allahazza wa jalla datang dan menimpa karena kejahilan dari perbuatab dosa kita, marilah kembali kepada kebaikan Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya, mengamalkan dan mendakwahkannya, hingga tersebar kebaikan dan tenggelamlah segala perbuatan maksiat seperti pacaran dan perzinahan.

Semoga Allah ta’ala tunjukkan kepada kita hidayah dan taufiq-Nya; hingga kita terjauh dari perbuatan dosa dan terhindar dari murka serta adzab-Nya. Wallahu ta’ala a’lam.


Penulis : Abdul Aziz Al-Barbazy (Mahasiswa Ma’had Badr Al-Islami Bogor)

Artikel : www.hisbah.net

Gabung di Fans Page kami hisbah.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *